Gio mengusap wajahnya ketika sampai di rumah. Kurang dari 8 minggu lagi ia dan Rara akan menikah.
Ia harus menanyakan alasan ibunya menjodohkan dirinya dengan Rara. Menurut Gio, Rara tidak ditakdirkan untuk dirinya.
Mengapa ibunya tega menjodohkan Rara yang baik hati itu dengan playboy macam dirinya?
Ternyata, ibunya ada di ruang keluarga lantai atas. Ibunya sedang menonton TV. Gio pun duduk disamping ibunya.
"Ma...." panggil Gio kepada ibunya yang sedang berkonsentrasi kepada film yang ditayangkan.
"Kenapa?" tanya Carmel tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi.
"Kenapa Mama jodohin aku sama Rara?" tanya Gio blak-blakan.
Carmel menoleh, lalu tersenyum. "Karena dia gadis baik, Gio. Sekarang sulit untuk mencari perempuan seperti Rara," jawabnya.
"Tapi dia terlalu baik buat Gio, Ma. Mama tau kan gimana Gio?" Gio menghela napas dengan keras, lalu melanjutkan, "dan Gio bukan orang yang mudah berubah, Ma."
Carmel tersenyum. "Karena itulah Mama menjodohkan kamu dengan Rara, Gio. Mungkin kamu nggak sadar sekarang, tapi nanti kamu akan menyadarinya."
--------------
Tak terasa sudah 3 minggu Rara dan Gio tidak bertemu. Itu dikarenakan kesibukan Gio mengurus perusahaan, dan ia harus pergi ke Amsterdam dan Brussels selama 10 hari.
Terkadang mereka hanya chatting, untuk saling mengakrabkan diri satu sama lain.
Handphone Gio berbunyi, menandakan bahwa Rara telah membalas pesannya.
Gio Pratama: Aku udah di jakarta. Aku baru balik dari Brussels nih
Ferdina Haura N: Terus?
Gio Pratama: Aku bawain coklat. Ada di kantor nih
Ferdina Haura N: Harus sekarang ya?
Gio Pratama: Emangnya kamu lagi dimana?
Ferdina Haura N: Di cafe yang ada di deket kantor kamu. 5 menit lagi aku ke kantor kamu
Gio Pratama: Ok. Ditunggu
Ketika sampai di kantornya, Gio langsung pergi ke lobi untuk menunggu Rara.
Tak lama kemudian, Rara datang sambil membawa minuman dingin di tangannya.
Rara menyerahkan minuman itu. "Buat kamu. Diminum dulu," katanya.
Gio mengambilnya dan langsung meminumnya. Mocha Frappuccino. Minuman kesukaannya.
Gio tersenyum. "Makasih ya," balasnya.
Rara mengangguk. "Oh iya, coklatnya mana, Mas?"
Gio menyerahkan bungkusan yang dipegangnya. Rara mengambilnya dan membukanya. Ada coklat berbagai macam bentuk dan juga ada coklat putih.
Mata Rara berbinar. "Makasih, Mas," ucapnya senang.
Wajar kalau Rara senang. Dia adalah penyuka coklat yang berasal dari Belgia, dan hanya 2 kali dia pernah memakannya.
Gio mengambil salah satu coklat, membukanya, lalu menyuapkannya ke Rara.
"Gimana? Enak?" tanya Gio kepada Rara yang masih mengunyah coklat.
Rara mengangguk. "Enak banget," katanya setelah menelan coklatnya.
Gio tersenyum. Biasanya para mantannya menolak memakan coklat karena takut gemuk, padahal mereka sudah sangat kurus.
Tapi Rara yang memiliki tubuh agak berisi saja tidak berpikir untuk menolak coklat.
"Kita makan siang yuk, Ra. Aku kangen seafood nih," ucap Gio memelas.
Rara tertawa. "Ayo, Mas."
----------------
"Ceritain tentang keluarga kamu," kata Gio kepada Rara.
"Aku punya satu kakak perempuan. Namanya Adelina Safira Maharani. Aku juga punya dua adik, namanya Soraya Ferrin Aurellia dan Julian Devario Putra. Aku juga punya bunda, tapi udah dijemput sama Yang Maha Kuasa," celoteh Rara.
Wajah Gio berubah. "Sorry..."
Rara mengedikkan bahu. "Don't say that. Btw, gantian dong, Mas. Kamu lagi cerita."
Gio tersenyum. "Aku punya dua adik. Namanya Allena Celine Pratama dan Juno Febrian Pratama. Ana orangnya over-protective sama aku, dan Juno orangnya jahil."
"Ana mungkin nggak bisa menerima aku," kata Rara pelan.
Gio mengedikkan bahu. "Entahlah. Aku nggak terlalu mikirin gimana reaksi Ana. Mungkin ada saatnya aku jadi milik orang lain secara sepenuhnya," jawabnya santai.
"Kenapa kamu nerima perjodohan ini?" tanya Rara serius.
Gio tersenyum tipis. "Sama kayak kamu. Aku mau orangtuaku bahagia. Selama ini....aku suka membangkang."
Tanpa disadari Gio, raut wajah Rara berubah. Ia terlihat....kecewa?
Rara bertanya di dalam hatinya. Mengapa ia merasa kecewa terhadap jawaban Gio? Pantaskah dia kecewa?
Apakah dia telah....jatuh cinta kepada Gio?
Rara segera membuang jauh-jauh pemikiran konyol itu. Mana mungkin ia menyukai seseorang yang baru dikenalnya dalam waktu kurang dari sebulan?
Gio mengernyitkan dahinya ketika melihat Rara yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada apa dengan gadis itu?
"Kamu kenapa, Ra?" tanya Gio bingung.
Rara pun tersadar dan menatap kearah Gio. "Eh?" sahutnya, dan Rara terlihat seperti orang linglung.
"Kamu kenapa geleng-geleng gitu, Ra? Kamu sakit kepala?" tanya Gio.
"Eh, nggak kok. Aku gak papa, Mas," sahut Rara pelan.
Dan tiba-tiba, pesanan mereka berdua datang. Akhirnya Rara dan Gio menikmati makanan dalam keadaan diam.
Dan sambil berkutat dengan pikiran masing-masing.
--------------
Saat Gio sedang berkonsentrasi terhadap berkas-berkas yang ada dihadapannya, ada seseorang masuk ke kantornya.
"Bukannya udah saya bilang saya nggak mau-"
Perkataan Gio terputus saat melihat bahwa yang datang adalah sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Aldin.
"Oh, Aldin. Long time no see," sapa Gio santai.
"Kapan pernikahan lo sama Rara?" tanya Aldin tanpa basa-basi.
Gio mengerutkan dahinya. "Kalo nggak salah sekitar 5 minggu lagi. Kenapa lo tiba-tiba peduli?"
Aldin menatap tajam kepada Gio. "Meskipun lo sahabat gue, jangan coba-coba buat nyakitin Rara. Dia adek gue. Gue bakal ngelindungin dia gimanapun caranya.
Dan gue tau lo balikan sama Mira, Yo. Gue tau lo balikan sama dia sejak sebulan yang lalu. Gue harap lo nggak main-main dengan Rara. Lo sangat mengenal gue, Gio," tukas Aldin.
Gio terlihat kaget. Tentu saja ia kaget. Memangnya Rara adik Aldin dari pihak keluarganya yang mana?
"Dia sepupu lo, Din?" tanya Gio bingung.
"Dia adek angkat gue. Dia kayak adek kandung gue sendiri. Dia sangat-sangat berharga gue. Lo harus tau itu," jawab Aldin tegas. Kemudian Aldin meninggalkan ruangan Gio.
Meninggalkan Gio yang tiba-tiba merasa gusar.
Dan itu semua karena seorang Ferdina Haura Natasha.
*********
Picture: Ferdina Haura Natasha
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [1]
RomanceRara, gadis yang baru lulus SMA. Menyetujui untuk menikah dengan Gio untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut. Meskipun Rara tidak begitu mengenal Gio, namun mencintai Gio yang sering bersikap manis kepadanya adalah sesuatu yang...