Disaster (Part 15)

19K 881 39
                                    

Saat ini, Rara bosan karena harus menunggu Ana yang sangat pemilih dalam membeli dress.

"Ra, kita ke butik sebelah, yuk. Aku nggak sreg sama yang disini," bisik Ana.

Rara menghela napas dan mengangkat dress yang ada ditangannya. "Kamu duluan. Aku nyusul. Aku mau bayar ini dulu."

Ana mengangguk lalu keluar dari butik. Rara ke kasir dan mengantri untuk membayar dress nya.

Saat Rara keluar dari butik dan hendak ke butik sebelah yang dimaksud Ana, seseorang memegang lengannya. Rara menoleh dan mendapati Elle yang memegang lengannya.

"Bisa ikut aku sebentar? Aku perlu bantuan kamu," pinta Elle.

Rara kebingungan. "Tapi, Ana..."

Elle tersenyum, dan Rara tak tau itu adalah senyum palsu. "Aku udah bilang sama Ana kalo kamu ikut sama aku."

Rara mengangguk. "Ok."

Elle membawa Rara ke mobil yang dipinjamnya dari Andro. Lalu ia mengendarainya ke tempat yang sudah direncanakannya. Sebelumnya, ia telah menghubungi seseorang di tempat itu.

Sedangkan Ana menggerutu karena saat ia selesai membayar, Rara tak muncul. Ana langsung keluar dari butik tersebut.

Mata Ana menyipit ketika melihat Rara berada di dalam sebuah mobil yang baru saja berjalan menjauhi butik. Kaca mobil itu memang tak terlalu gelap, dan penglihatan Ana memang tajam. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga Ana tidak sempat mengejar Rara.

Ana menutup mulutnya karena kaget dan ketakutan, lalu mengingat nomor platnya. Entah kenapa, ia merasa pernah melihatnya. Ana mengecek ponsel, dan Rara tidak ada menghubunginya.

Ana buru-buru masuk ke dalam mobil dan menelpon Rara. Namun tidak ada jawaban dari Rara. Ana mulai khawatir.

"Aldin..."

"Kenapa, Sayang?"

"Rara pergi tanpa bilang sama aku. Aku nggak tau sama siapa, tapi aku ingat nomor plat mobilnya. Astaga, aku nggak sempet ngejar dia, kamu tau kan gimana kemampuan nyetir aku?"

"Sebutin nomor platnya."

Ana menyebutkan nomor plat mobil yang membawa Rara.

"Ana, kamu yakin itu nomor platnya?"

Ana mendengus. "Kamu kira mataku udah gak sehat?"

"Itu nomor plat mobil Andro, Sayang. Andro, sahabat aku."

Ana merasa gusar. "Astaga. Apa dia yang ngebawa Rara?"

"Dia ada disini, Ana. Aku ada dikantornya. Sebentar..."

"Siapa yang bawa mobil itu, Aldin? Ya Tuhan, cepetan."

"Elle yang meminjamnya. Kamu nungguin aku ke kantor Andro aja. Aku bakal nyuruh orang buat ngikutin mobil itu, terus aku dan yang lainnya nyusul Rara."

"Astaga. Cepetan, Din. Aku nggak pernah percaya sama perempuan yang satu itu."

"Iya. Sekarang kamu cepetan kesini dulu."

"Ok."

---------

Gio mengusap wajahnya. Saat ini mereka sedang mencoba menyusul Aldin. Mereka memakai mobil Ryan, dan Ryan juga yang menjadi supir.

Ryan berusaha untuk secepat mungkin menyusul Aldin. Namun, ada beberapa tempat yang macet sehingga memperlambat perjalanan mereka.

Dan Aldin memberi kabar lagi kepada mereka tentang keberadaan Rara.

Setelah menempuh perjalanan dengan waktu yang cukup lama dan diiringi oleh omelan Gio, akhirnya mereka sampai di tempat yang sepertinya agak sepi penduduk.

Aldrin yang mengetahui nomor plat mobil Andro, langsung menyuruh Ryan berhenti ketika melihat mobil Andro yang terparkir di sebuah rumah.

Mereka masuk perlahan ke rumah tersebut. Terdengar jeritan Rara, sehingga Gio berjengit dan helaan nafas Gio tersendat-sendat. Mereka mendapati beberapa penjaga tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

Tampaknya Aldin berhasil melumpuhkan para penjaga secara diam-diam.

Jeritan Rara terdengar dari sebuah kamar. Dan mereka mendapati Aldin dan dua pengawalnya sedang di tangga untuk menuju kamar itu.

Pada saat mereka sampai di atas, mereka berempat dihalangi oleh beberapa preman mengelilingi mereka. Jumlah preman itu lebih banyak dari mereka, namun tak sebanyak yang dikira Aldin.

Mereka berempat bertatapan, lalu menghajar para suruhan Elle tersebut. Terjadi perkelahian sengit di tempat itu.

Sementara di dalam kamar itu, pipi Rara lebam dan sudut bibirnya berdarah. Dia ditampar dengan keras sampai kursi yang menjadi tempat dirinya diikat, ikut tergeser.

Elle yang mendengar perkelahian diluar, tersenyum sinis dan menghampiri Rara. Ia mencekik leher Rara dan merenggut rambut Rara. Rara megap-megap karena kesulitan bernapas.

Elle memandang Rara sinis. "Sepenting apa kamu, sehingga ada yang menolong kamu, hm?"

Tiba-tiba, ada seseorang yang mendobrak pintu kamar tersebut. Refleks, Elle melepas cekikan dan renggutannya pada Rara.

Aldin dan Ryan memukul kepala para pesuruh Elle dengan keras secara tiba-tiba, sehingga tak dapat dihindari dan akhirnya mereka tumbang.

Keempat pria itu menyerbu masuk, berlari kearah Rara, namun Elle langsung mengarahkan pisau yang entah didapatnya darimana, ke leher Rara.

"Getting closer to her, and I'll kill her," ancam Elle. Matanya mengawasi keempat pria itu dengan liar.

Karena posisi Elle yang berada dibelakang Rara, membuat keempat pria itu kesulitan untuk menghentikan Elle.

Tiba-tiba Aldrin mendapat ide ketika melihat kaki Elle yang tak terlindung dari kursi yang diduduki Rara. Meskipun ia merasa enggan untuk memakai barang kesayangannya ini, tapi melihat keadaan Rara yang sangat mengenaskan membuatnya tak ragu lagi.

Aldrin menyenggol Gio untuk mengalihkan perhatian Elle, dan untungnya Gio paham. Sedangkan Aldin dan Ryan hanya ternganga melihat keadaan

"Kenapa kamu ngelakuin ini, Elle?" bentak Gio. Aldrin merogoh saku celananya dan menggenggam pisau lipatnya dan mengeluarkannya secara diam-diam, lalu membuka pisau itu dibalik jasnya.

Elle tersenyum sinis kearah Gio. Sekarang ia hanya fokus kepada Gio. "Kenapa? Alasannya adalah kamu, Gio."

"Kenapa? Ada apa dengan aku?" tanya Gio bingung.

Ditengah perdebatan kedua orang tersebut, Aldrin berbisik kepada Ryan dengan sangat pelan, namun dapat didengar Ryan. "Setelah gue lempar pisau gue, lo langsung lari ke arah Rara dan jauhkan pisau itu dari Rara. Jangan banyak nanya."

Aldrin merapalkan doa dengan harapan pisaunya yang memiliki ketajaman yang tak perlu diragukan itu tak meleset. Lalu Aldrin melempar pisaunya kearah kaki Elle dan Ryan langsung berlari kearah Rara.

Saat pisau Aldrin menyayat kaki Elle dan Elle menjerit kesakitan, pisau yang dipegangnya menyentuh dagu Rara dan sedikit menggoresnya, namun Ryan dengan sigap merebut pisau itu.

Aldin langsung menyeret Elle untuk menjauhi Rara dan Gio melepaskan ikatan erat yang melingkari tubuh Rara.

Rara melingkarkan tangannya di leher Gio, dan Gio langsung menggendongnya. Tubuh Rara terasa lemah.

Gio langsung keluar dan membawa Rara ke rumah sakit dengan mobil Ryan. Sedangkan Aldin, Ryan, dan Aldrin menyusul dengan mobil Andro.

Di perjalanan, Rara sudah tak sadarkan diri. Gio menggenggam tangan Rara tanpa berniat melepasnya. Dia takut kalau sampai terjadi apa-apa dengan Rara.

Sepanjang perjalanan, Gio selalu berdoa dengan harapan Rara akan baik-baik saja.

Agreement [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang