Rara menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya yang berwarna hitam pekat diikat seperti ekor kuda. Rara memakai kemeja putih dan dilapisi dengan sweater hitam tipis, celana jeans dan sneakers biru.
Rara terlihat manis dan keren. Setidaknya, Gio tidak akan lari ketika melihat dirinya.
Rara terkekeh ketika pemikiran itu muncul. Dan cengirannya makin lebar, mengingat dia tidak bersiap-siap secara sembarangan seperti yang biasanya dia lakukan.
"Rara!!! Gio udah dateng!" seru Elin, kakak Rara.
Rara bergegas turun ke bawah, lalu menuju ke ruang tamu.
Gio sedang duduk di sofa sambil memainkan handphone nya. Rara akhirnya berdiam diri, menunggu Gio sadar akan kedatangannya.
Tak lama kemudian, Gio sadar bahwa Rara ada dihadapannya. Gio mendongak dan menatap kearah gadis manis tersebut.
Gio berdiri, lalu mengulurkan tangannya. "Rara, kan? Aku Gio. Algiovanni Nevano Pratama," katanya memperkenalkan diri.
Rara menyambut uluran tangan Gio dengan ragu. "Iya. Ferdina Haura Natasha," sahutnya pelan. Rara harus mendongak ketika menatap wajah Gio, karena tingginya hanya setara dengan lengan Gio.
Menurut Rara, Gio sangat tampan. Tatapan tajam dari mata yang berwarna hijau yang dihiasi gurat coklat itu sempat membuat Rara terpana.
Rara jadi minder. Pasti banyak perempuan yang mencibirnya nanti. Gio terlalu tampan untuknya.
Gio mengangguk. "Ayo kita berangkat," ajaknya. Rara hanya mengangguk dan mengikuti Gio keluar.
Rara bertemu dengan Elin di garasi. "Kak, Rara berangkat dulu ya," pamitnya kepada Elin. Elin hanya mengangguk.
Rara masuk ke dalam mobil mewah milik Gio, lalu mobil Gio berjalan meninggalkan komplek perumahan tersebut.
Tidak ada yang memulai pembicaraan saat di perjalanan. Gio masih bingung dengan Rara dan Rara merasa canggung atas situasi ini.
Karena bosan akibat terjebak macet, akhirnya Gio mengajak Rara bicara.
"Umur kamu berapa?" tanya Gio.
Rara menoleh kearah Gio. "16 tahun. Kamu?"
Gio tampak terkejut. "Masih 16 tahun?"
Rara mengangguk. "Iya. Oh, enaknya aku manggil kamu apa? Mas, abang, kakak, om, atau apa?"
"Apapun. Tapi mas boleh juga, asalkan jangan om," Gio tersenyum tipis, "Btw, umurku 30 tahun."
"Oh gitu," sahut Rara sekenanya.
Gio mengangguk pelan. "Iya."
"Btw, kita mau kemana?" tanya Rara, mengalihkan pembicaraan.
Gio mengedikkan bahu. "Liat aja nanti."
-------------
Ternyata Gio mengajak Rara ke sebuah restoran Italia. Gio berjalan mendahului Rara, sedangkan Rara hanya mengikuti Gio di belakang seperti anak ayam. Mereka menuju ke salah satu meja yang berdempetan dengan dinding kaca.
Ketika mereka lewat, ada orang yang secara tak sengaja menatap kearah mereka, dan kebanyakan perempuan menatap aneh kepada Rara. Mungkin melihat pria tampan seperti Gio membawa gadis muda seperti Rara adalah hal aneh bagi mereka.
Memangnya Rara mau dijodohkan begini? Dia sebenarnya tidak mau, meskipun Gio tampan. Dia tidak mengenal Gio. Dan Gio akan menjadi suaminya sebentar lagi. Yang benar saja, siapa yang bisa bahagia dengan keadaan itu?
Gio tersenyum kepada Rara yang duduk dihadapannya. Rara terlihat cemberut. Tentu saja Gio mengetahui alasannya. Dia pun sadar dengan mata jahil yang menatap mereka. Dan baru kali ini ada perempuan yang cemberut gara-gara jalan dengan dirinya.
Gio merasa Rara berbeda. Apakah sebenarnya Rara juga tidak menginginkan pernikahan ini? Tapi, masa ada perempuan yang se-menderita ini karena akan menikah dengan dirinya?
Gio mengusap pelan tangan Rara. "Udahlah, jangan ditanggepin tatapan dari mata jahil mereka," katanya menenangkan.
Rara pun refleks menggerakkan tangannya dengan keras karena terkejut. "Astaga. Mas ngangetin aja," omelnya.
Gio menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia merasa Rara memang aneh. Gadis ini memiliki sifat yang aneh. Tadi pendiam, sekarang galak.
Seorang waitress datang membawa daftar menu, dan mencatat pesanan Gio dan Rara. Lalu waitress tersebut pergi setelah selesai mencatat pesanan mereka.
"Kenapa kamu menerima perjodohan ini?" tanya Gio kepada Rara. Rara yang sedang memainkan handphone langsung mendongak.
Rara tersenyum tipis. "Memangnya aku punya pilihan? Kalaupun aku bisa nolak, aku nggak mungkin mampu buat ngeliat ayahku kecewa dan menderita. Aku nggak mau adik-adikku sampai ngerasa kesusahan," sahutnya tenang.
Gio terpekur. Selama ini, dia kadang berdebat dengan ayahnya. Terkadang ibunya kecewa dengan sifat playboy nya. Dan gadis ini merelakan kebahagiaannya demi keluarganya?
Mungkin gadis ini biasa saja. Tidak secantik mantan-mantannya. Tapi dia memiliki hati yang baik. Gio pun mulai berpikir. Mengapa ibunya tega menjodohkan gadis baik ini dengan lelaki seperti dirinya?
Dia harus bertanya kepada ibunya nanti.
-----------
Algiovanni Nevano Pratama. Itulah nama lengkap Gio, calon suaminya. Setidaknya, Rara harus mengetahui beberapa hal tentang Gio sebelum mereka menikah.
Mata indah Gio adalah pemandangan kesukaan Rara. Apalagi dengan tatapan tajam dari mata indahnya, yang seakan ingin membuat hati para perempuan meleleh karenanya.
Rara jadi cengengesan sendiri hanya karena memikirkan pria tampan bernama Algiovanni Nevano Pratama. Lelaki yang akan menjadi suaminya.
*********
Picture: Algiovanni Nevano Pratama
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [1]
RomanceRara, gadis yang baru lulus SMA. Menyetujui untuk menikah dengan Gio untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut. Meskipun Rara tidak begitu mengenal Gio, namun mencintai Gio yang sering bersikap manis kepadanya adalah sesuatu yang...