"Hai!" sapa Lizzy kepada Gio dan Rara yang berdiri didepan pintu apartemen Ryan. Rupanya Lizzy belum kembali ke New York.
"Kenapa belum pulang, Liz?" sambar Gio. Rara menepuk lengan Gio, menegurnya.
Lizzy terkekeh. "Duh, ngusir gue, ya? Lama nggak kesini dibilang sombong, pas gue kesini malah diusir."
"Kelamaan lo nya. Udah ah, gue mau masuk," kata Gio sambil menggeser badan Lizzy agar tak menghalangi jalannya untuk masuk.
Lizzy memukul tangan Gio. "Jangan pegang-pegang!" katanya sewot.
Gio melenggang masuk dengan cuek sambil menggandeng Rara. "Ayo masuk, Ra. Biarin aja si nenek sihir jaga pintu," ucapnya cuek.
Lizzy mencubit lengan Gio. "Enak aja," gerutunya.
"Apasih ribut-ribut," gerutu Ryan yang baru saja selesai mandi.
"Rara mau makan pasta bikinan lo, katanya. Bikinin 2, ya," pinta Gio seenaknya.
Ryan melotot. "Enak aja. Lo pikir gue tukang masak. Bahannya juga nggak ada."
Rara memelas. "Ayolah, Ryan. Masa kamu nggak mau?"
Ryan memberikan Rara senyum terpaksa. "Rara sayang, kalo buat kamu apa sih yang enggak? Tapi cuma kamu yang hamil, bukan suami kamu. Ngapain aku bikinin dia."
Ryan berjalan keluar dari apartemen untuk membeli bahan makanan tanpa mendengarkan gerutuan Gio, membuat Lizzy dan Rara terkikik geli.
"Ra, ulang tahun kamu minggu depan, kan?" tanya Lizzy.
Rara mengangguk. "Iya, Liz," jawabnya dan mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Lizzy bangkit dari duduknya dan masuk ke kamarnya. Rara mengerutkan kening. "Lizzy kenapa, Mas?" tanya Rara heran.
Gio mengedikkan bahu. "Nggak tau. Mungkin dia patah hati, kan pacar tersayangnya itu lagi digosipin sama cewek lain," sahutnya asal.
Tiba-tiba Lizzy datang dan mencubit bahu Gio, sehingga Gio meringis. "Gue sama Tristan baik-baik aja, kok. Gue udah ngomong juga sama Freya," sahut Lizzy kesal.
Rara mengerutkan kening. "Kamu punya pacar? Terus, Tristan sama Freya siapa?"
"Tristan Williams itu pacarku. Dan yang kumaksud adalah Freya Alexandra. Aku baru aja pacaran sama Tristan," jawab Lizzy.
Rara melotot. "Mereka berdua itu model, kan?"
Lizzy mengangguk, sehingga Rara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kenapa kamu nggak bilang kalo kamu kenal mereka?" tanya Rara heboh.
Lizzy terkekeh. "Udah deh, aku mau ngasih kamu kado ini. Aku bakal balik ke New York besok," kata Lizzy sambil menyodorkan kotak kecil biru yang berpita merah.
Rara mengambil kotak itu dan tersenyum kepada Lizzy. "Makasih, Liz."
----------
"Ra, kamu mau ngerayain ulang tahun dimana?" tanya Gio sambil mengelus kepala Rara. Mereka sedang menonton film The Proposal.
"Dimana aja," sahut Rara tanpa mengalihkan pandangannya kearah televisi.
Gio menjadi gemas, sehingga ia memegang wajah Rara dan memalingkannya agar menghadap wajahnya. "Aku lagi serius, Rara!"
"Aku juga serius. Dikira aku bercanda apa," gerutu Rara sambil menjauhkan tangan Gio yang mencubit pelan pipinya.
Gio merangkul pinggang Rara. "Kamu mau ngerayain di luar negeri?" tanya Gio.
Rara memutar bola matanya. "Cuma ulang tahun kok, Mas. Ngapain pake acara ke luar negeri. Lagian, ulang tahunnya kan minggu depan."
Gio terkekeh. "Nggak papa. Kan cuma setahun sekali. Kamu maunya kemana? Bilang aja sama aku."
Rara tersenyum lebar. "Aku mau ke Paris," katanya ceria.
Gio tertawa dan mengecup kening Rara. "Beneran?"
Rara mengangguk bersemangat. "Iya, Mas."
"Ok, kita ke Paris 3 hari lagi, ya?" kata Gio kepada Rara.
Rara terbelalak. "Secepat itu? Emang bisa?" tanyanya heran.
Gio mengambil ponselnya. "Sebentar," sahutnya, lalu berdiri dan meninggalkan Rara. Tampaknya Gio sedang menghubungi seseorang.
Tak lama kemudian, Gio kembali duduk disamping Rara dan merangkul bahu istrinya. "Kita berangkat 3 hari lagi."
Rara mengerutkan keningnya. "Terus visa dan yang lainnya?"
"Kan kita ke Amsterdam bulan kemarin. Jadi visanya masih berlaku," jawab Gio santai.
Mereka memang ke Belanda bulan kemarin, dan dalam rangka mengunjungi keluarga Gio dari pihak ibunya disana. Rara pun baru tahu kalau suaminya ini berdarah Belanda.
Rara tersenyum senang dan langsung memeluk Gio erat. "Makasih, Mas!"
---------
"Rara bentar lagi ulang tahun, ya?" tanya Carmel saat makan malam.
Rara mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Ma."
"Kapan, Kak?" tanya Juno, adik Gio yang jarang ada dirumah ini. Juno memang memilih untuk belajar di salah satu SMA yang ada di Perth, sehingga ia hanya pulang pada saat liburan, seperti sekarang ini.
Rara tersenyum kepada Juno. "Minggu depan," sahutnya.
"Ke 17 kan, Ra?" tanya Ana sambil mengambil air putih.
Rara mengangguk. "Iya, Na."
Carmel tampak bersemangat. "Wah, kita harus ngerayain, dong," katanya.
Gio menggeleng tegas. "Nggak, Ma. Aku sama Rara udah punya rencana sendiri," sahutnya.
Ayah Gio tertawa. "Ke Paris?" Pertanyaan Ares yang tepat sasaran membuat Gio terkekeh.
Carmel mulai cerewet. "Ke Paris? Terus gimana kandungan Rara? Emang nggak papa? Disana kan bentar lagi musim dingin. Mana kalian baru balik dari Amsterdam."
Ana menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mama, dokter ngizinin, kok."
"Bentar. Kok cuma Mama yang nggak tau kalo kalian mau ke Paris?" tanya Carmel curiga.
"Aku juga nggak tau kok, Ma," sahut Juno santai.
"Lo kan numpang doang disini," cibir Ana kepada Juno.
"Demi kehidupan yang lebih baik. Daripada ketemu lo mulu, gila ntar gue," balas Juno.
"Juno, Ana," tegur Ares, tatapannya memerintahkan kedua anaknya itu untuk berhenti berdebat.
Juno dan Ana langsung mengerti. "Ok, Pa." Mereka menjawab secara serempak.
"Kapan kalian berangkat?" tanya Carmel.
"3 hari lagi, Ma," jawab Rara.
"Ra, apa kamu udah konsultasi ke dokter tentang vitamin yang kamu perlukan? Gimana kalo kamu malah kecapekan disana gara-gara perubahan suhu," kata Carmel khawatir.
Gio menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mama, semua kemungkinan itu udah aku urus. Mama kan tau aku orangnya gimana."
Carmel masih tampak cemas. "Beneran?"
"Carmel sayang, kalo kamu terus-terusan ngerecokin mereka, yang ada rencana acara ulang tahun Rara malah kacau," kata Ares yang sedari tadi hanya diam melihat istrinya yang terlalu khawatir kepada Rara dan kandungannya.
"Ya udah, pokoknya nanti kamu harus hati-hati, Rara. Dan kamu harus bener-bener jaga mereka, Gio," kata Carmel sekali lagi, sehingga Ana menepuk dahinya dan Juno tertawa tanpa suara.
"Iya, Ma," sahut Rara dan Gio secara serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [1]
RomanceRara, gadis yang baru lulus SMA. Menyetujui untuk menikah dengan Gio untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut. Meskipun Rara tidak begitu mengenal Gio, namun mencintai Gio yang sering bersikap manis kepadanya adalah sesuatu yang...