Proyek Yang Tidak Disetujui
"Beliau tidak setuju dengan proyek ini, Profesor," kata Lawrence dengan nada takut.
Aku belum mendengar gerakan sama sekali semenjak Lawrence masuk ke ruang kerja. Kakek juga belum bicara karena suara yang kudengar hanya lah suara Lawrence yang berbicara tentang proyek. Aku terus menempelkan telingaku ke lubang pintu sambil terus berharap aku akan mendapatkan sesuatu.
"Aku tidak terkejut, Lawrence!" kata Profesor, yang tak lain adalah kakekku.
Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Lawrence, tapi jelas sekali kalau ia sangat terkejut dengan jawaban Profesor.
"Bukankah anda sendiri yang merancang proyek ini, Profesor?" Tanya Lawrence dengan nada getir. Aku masih bertanya-tanya proyek apa yang sedang direncanakan Kakek dengan Departemennya.
"Ya," kata Profesor enteng. "Kau sudah mengatakan kalau proyek ini tidak disetujui, kan?. Dan menurutku, kalau proyek ini tidak disetujui, kita juga tidak perlu melanjutkannya."
Mereka diam.
"Proyek ini sangat berarti untuk saya, Profesor," kata Lawrence. Sekilas aku dapat melihat raut wajah kakekku yang tenang dan kasihan. Lawrence sepertinya memandang langsung kakekku karena aku tidak dapat melihatnya dengan jelas.
"Lanjutkan, Lawrence!" kata Kakekku.
Lawrence menunduk. "Saya dapat kuliah di sini karena bekerja sebagai asisten penjaga perpustakaan King's College. Dan pekerjaan itu sangat penting karena hanya pekerjaan itu yang menghidupi saya. Saya membayar uang kuliah dan perlengkapannya dengan uang beasiswa. Meskipun begitu, saya masih harus menanggung biaya hidup adik dan kakak saya yang tinggal di apartemen. Sebenarnya, Profesor, proyek anda lah yang akan lebih meringankan beban hidup yang saya tanggung." Kata Lawrence. Aku mulai bersandar pada pintu karena mendengar cerita Lawrence.
Joseph Lawrence adalah mahasiswa fakultas Sejarah Asia Timur dari asrama Fitzwilliam. Lawrence berasal dari Sussex dan merupakan mahasiswa dengan standar menengah di kelasnya. Dia lulus A-Level dengan predikat A dan berhasil masuk Cambridge dengan bantuan beasiswa dari CIE.
"Aku sangat menyesal, Lawrence," kata kakek sambil menatap Lawrence dengan penuh arti. "Meskipun aku seorang Profesor, aku masih memiliki batas-batas tertentu. Jika kau mau, kau boleh datang kapan saja ke rumahku. Aku akan sangat senang sekali."
Aku terkejut dengan apa yang dikatakan kakek. Lawrence pasti sangat sedih sekali mendengarnya. Aku tahu karena aku sangat mengenal Lawrence. Aku segera mengintip dari lubang kunci untuk mencari tahu apakah Kakek akan mengatakan sesuatu lagi.
Lawrence berdiri. "Terima kasih, Profesor. Selamat malam," katanya.
Aku segera bangkit karena Lawrence sedang berjalan ke arah pintu dimana aku diam-diam menguping pembicaraannya dengan kakek. Aku mundur beberapa langkah sambil merapikan jaketku agar Lawrence tidak curiga saat melihatku berdiri di depan pintu.
Pintu terbuka dan Lawrence keluar. Dia terlihat sangat kalut. Aku berdiri beberapa meter di belakangnya. Lawrence berbalik dan akhirnya menemukanku.
Aku diam.
Dia tersenyum, tapi terlihat sangat dipaksakan. "Hai Alannise!" katanya, lalu bergegas menuruni tangga.
Aku tersenyum kecil. Lawrence keluar dengan wajah lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of The Scientist Self-Portrait
Mystery / ThrillerTerbunuhnya sang kakek meninggalkan teka-teki. Sebuah lukisan tua menjadi karya penuh misteri. Alannise harus menembus kabut untuk menyingkap kebenaran. Apakah yang sebenarnya terjadi?