Aku dan Aaron saling pandang. Alex, Hale, dan Inspektur Lesburke memandang ke arah pintu. Lawrence membuka pintu lebih lebar dengan senyum mengembang. Aku bertanya-tanya siapakah orang dibalik semua teka-teki ini. Dan mengapa ia masih tinggal di sini, bukan kabur sejauh mungkin. Pembunuh macam apa dia?.
Seorang pria tua yang sepertinya berusia 70 tahunan masuk. Posturnya yang kurus dan jangkung serta berambut putih dengan kumis yang sudah memutih pula, mengingatkanku dengan tokoh Dokter John Watson, sekaligus mengingatkanku dengan mendiang kakekku. Mereka kembar identik.
Aku bisa melihat wajah Alex, Inspektur Lesburke, dan Aaron. Mereka terkejut, tapi tidak untuk Hale. Dia tersenyum penuh kemenangan.
“Selamat pagi,” kata pria tua itu. “Kehadiranku mungkin mengejutkan. Tapi kalian tentu sudah mengenal namaku di kalangan Profesor di seluruh Inggris.” Dia tersenyum.
“Siapa anda?” Tanya Inspektur Lesburke.
Tapi Alex malah berjalan menghampiri pria itu. “Kakek, tapi…..” dan dia segera berlari memeluk pria itu. Aku tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Alex, jadi aku hanya memandangnya saja.
“Inspektur, beliau adalah Profesor Jim Walter yang sesungguhnya,” kata Lawrence sambil tersenyum. “Masih bernafas, sehat wal afiat, dan…..”
“Diam kau!” sahut Alex, lalu melepas pelukannya. “Kakek, tapi-bagaimana…”
Pria itu melihatku. “Allen,” katanya sambil mengulurkan tangannya yang keriput padaku. “Kemari.”
Aku melihat Aaron untuk meminta pendapatnya, dan dia mengangguk sambil mendorongku maju. Aku berjalan pelan menghampiri pria itu. Saat dekat dengannya, dia segera menarikku ke pelukannya.
“Kau baik-baik saja,” katanya hampir seperti bisikan. “Maafkan kakek telah meninggalkan kau dan Alex.”
“Apakah anda benar kakekku?” tanyaku. “Tapi….” Tapi dia malah melepas pelukannya, lalu berjalan ke tengah ruangan. Aku melihat Inspektur Lesburke yang memandang kakekku dengan aneh, Hale, sebaliknya. Dia seperti sudah mengenal kakekku lama sekali.
“Senang bertemu dengan anda, Profesor,” katanya, lalu menjabat tangan kakekku dengan erat.
“Aku tidak mengerti,” sahut Inspektur Lesburke.
“Begini, Lesburke,” kata Hale. “Aku sudah menjelaskanmu tentang jejak itu, kan?. Nah, jejak itu memang milik Profesor yang asli, dan beliau tidak sengaja meninggalkannya. Aku tidak menuduh Verne karena Verne sedang berada di rumah dan dia tidak tinggal di sini untuk menunggu sesuatu, atau dengan kata lain, menunggu investigasi selesai. Itu berarti ada orang lain yang melakukan pembunuhan itu dan masih tinggal di sini. Dan seperti yang kita lihat sekarang, Profesor Walter yang asli.”
Insepktur Lesburke mengerutkan kening. “Kau bermaksud mengatkan kalau Profesor yang meninggal itu palsu?.”
“Mari kita dengarkan penjelasan Profesor Walter,” kata Hale, lalu menarik kursi yang berada di samping meja kecil dan duduk di sana. Lawrence menutup pintu.
“Peristiwa ini berawal saat ayahmu,” kakekk menunjuk aku dan Alex, “memecahkan kode untuk membuka jembatan menuju alam semesta. Aku berfungsi sebagai peneliti sejarah yang membantu ayahmu menelusuri kebenaran teori dan kode yang dipecahkannya. Dia berhasil membuka jembatan itu, namun Jacques, adik kembarku yang terbunuh tadi malam, tidak menyukai penemuan itu. Saat ayahmu meneliti portal itu, Jacques meembunuhnya. Dia juga bermaksud membunuhku karena dia ingin mengklaim penemuan itu adalah penemuannya sendiri, tapi dia tidak berhasil membunuhku. aku melarikan diri dengan membawa segala sesuatu yang ditinggal ayahmu tentang penemuan itu. Aku menyembunyikannya di sini. Aku melindungi keamanan berkas-berkas itu dengan menyandikannya pada lukisan yang kubuat untuk menghormati ayahmu.
Jacques tidak menyerah. Dia tahu aku membuat lukisan tersandi. Lalu dia datang kemari dan ingin membunuhku lagi lima hari yang lalu. Dia menculikku ke rumahnya di Highland. Berkat pertolongan Lawrence, aku bisa menyelamatkan peninggalan ayahmu.
Lawrence memanfaatkan proyek yang kurencanakan setahun lalu untuk menspionase gerak Jacques. Namun Jacques tahu kalau Lawrence, anak tunggalnya yang paling dibencinya, sedang mengawasinya sehingga dia membatalkan proyek itu. Dia datang lagi kemarin untuk protes terhadap pembantalan proyek itu, tapi Jacques sudah tahu kalau Lawrence akan menganggu investigasinya terhadap penemuan ayahmu. Jadi dia segera memindahkan lukisan itu, tapi Alex sudah mengetahui arti sandi pada lukisan itu, jadi dia segera memukulnya karena dia terburu-buru. Lawrence datang lagi sore harinya dengan membawa ancaman, tapi dia tidak gentar sehingga membuat Lawrence berpikir cepat dengan membuka kunci jendela lalu menutupinya dengan tirai. Dia pulang lalu menceritakan rencananya dan aku mengikutinya.
Jacques terkejut dengan kedatanganku. Saat itu dia sedang meneliti berkas-berkas itu. dia segera menyimpannya dan kami beradu pendapat. Dia lalu ingin membunuhku dengan pisau lipat yang disimpannya, tapi aku lebih cepat. Aku mencekik lehernya dengan tali. Lalu aku berpikir tentang bunuh diri dan saat itu lah aku membuat strategi untuk menipu polisi. Tapi aku lupa tentang lukisan yang tertinggal di dalam, jadi aku kembali untuk mengambilnya setelah penyelidikan selesai.” Kakek bercerita panjang lebar.
“Tapi apa hubungannya dengan Alex?” tanyaku.
“Kau seharusnya bisa berpikir mengapa si tua Jacques keluar dari kamar dengan membawa lukisan dan mengunci pintunya. Kau tahu, kan, aku berada di dalam!” sahut Alex sebal.
“Dia berkata kalau kau pergi ke London!” kataku sengit.
“Kalau aku pergi ke London, aku pasti akan pamit dulu padamu walau hanya dengan membunyikan klakson mobil!” kata Alex setengah berteriak.
Aku membuang muka kesal.
“Baiklah, Pak Polisi,” kata kakek. “Aku menyerahkan diri. Tapi aku menginginkan lukisan beserta apa pun yang ada di sini diberikan kepada cucuku, atas nama Alessandro dan Alannise Walter.”
Hale dan Inspektur Lesburke saling pandang. Lalu mengangguk.
“Aku juga, Pak,” kata Lawrence.
“Oh, tidak, Lawrence,” kata Kakek. “Aku sangat berterima kasih padamu. Aku akan sangat berterima kasih lagi jika kau juga mau membantu Alex dan Allen.”
“Tapi aku terbukti bersekongkol dengan anda, Profesor,” sanggah Lawrence.
“Kau dengar apa kata Profesor?” Tanya Inspektur Lesburke.
Lalu Inspektur membawa kakekku keluar dari ruangan, diikuti Hale yang melambaikan tangan padaku, Alex, Aaron, dan Lawrence. Mereka menghilang di balik pintu yang tertutup.
“Baiklah,” kata Alex, lalu duduk di kursi yang tadi ditempati oleh Hale. “Aku ingin mengunjungi rumah sakit.”
“Aku akan sangat senang jika aku boleh membantu kalian,” kata Aaron ramah.
“Boleh saja,” kata Alex. “Kau bawa aku ke rumah sakit. Kau bawa mobil, kan?.”
Aaron mengangguk.
“Terima kasih, Lawrence!” kataku.” Maksudku, Sepupu Lawrence!.”
Lawrence tersenyum. “Sama-sama, sepupu.”
Aaron membantu Alex berjalan ke luar dari ruangan. Lawrence berjalan di sampingku.
“Bagaimana dengan symbol segitiganya, Alex?” tanyaku.
“Besok kita pikirkan!” kata Alex sambil terus berjalan. Dia masih memegangi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of The Scientist Self-Portrait
Mystery / ThrillerTerbunuhnya sang kakek meninggalkan teka-teki. Sebuah lukisan tua menjadi karya penuh misteri. Alannise harus menembus kabut untuk menyingkap kebenaran. Apakah yang sebenarnya terjadi?