Berita Kematian

148 5 0
                                    

“Permisi, Mrs. Combe. Saya ingin bertemu dengan Alannise Walter.”

Semua mata kini tertuju pada Sang Ketua Murid, Aaron. Aku tidak bisa melihat Aaron dari tempatku berdiri. Ethan duduk lagi.

Aaron melongokkan kepalanya. “Ayo, Al. Ini penting sekali!” kata Aaron.

Aku segera keluar dari kelas. Aku bahkan sempat melihat Nathan mendengus keras karena tidak berhasil mengerjaiku. Aku tersenyum tipis.

Aaron berjalan cepat di depanku. Aku tidak bisa melihat raut wajahnya, tapi dia terlihat sangat gelisah dan cemas. Kenapa dia?.

“Aaron, ada apa?” tanyaku.                                                                

“Kita, atau mungkin kau saja, harus pulang, “ katanya dengan cepat.

Aku segera berlari dan berhenti di depannya. Dia terkejut melihat aku memotong jalannya. Aku melihat raut wajahnya berubah. Apa yang terjadi?. Aku memandangnya nanar.

“Al,” katanya hampir terdengar seperti bisikan. “Profesor Walter…meninggal.”

Aku memandangnya kosong. Aku merasakan seluruh tubuhku lemas. Lalu aku jatuh terduduk. Aaron membantuku berdiri. Tidak mungkin. Tidak secepat itu. Tidak hari ini. Tidak pada saat ini. Tidak sekarang.

“Al,” kata Aaron pelan. “Kau harus pulang.”

“Tapi-tapi….,” aku mencoba bicara. “Bagaimana bisa, Aaron?!.”

Tapi Aaron tidak menjawab pertanyaanku. “Kau pulang sendiri. Mereka melarangku mengantarmu. Tapi aku akan segera datang ke rumah Profesor jika aku sudah pulang.” Dia menatapku. “Semua akan baik-baik saja, Al.”

Lalu seorang laki-laki tua datang. Dia adalah Mr. Johnson, staf administrasi. “Sudah siap?.”

Aku segera berjalan keluar. Mr. Johnson berjalan di belakangku. Aaron hanya berdiri di depan ruang administrasi, memandangku dengan sedih. Dia juga merasa kehilangan.

Sepanjang perjalanan dengan mobil, aku diam. Mr. Johnson tidak bicara. Mungkin dia ingin memberiku waktu untuk bergumul dengan diriku sendiri. Kakekku meninggal. Aku belum bertemu dengannya pagi ini. Sungguh, aku tidak bisa percaya begitu saja.

Jalanan kompleks menuju rumah kakekku suram. Beberapa orang berjalan memakai pakaian lengkap, tergesa-gesa. Mereka adalah mahasiswa yang tinggal di dekat rumah kakekku. Aku bisa melihat orang-orang keluar masuk rumah. Banyak mobil mewah terparkir di sepanjang jalanan kompleks. Tapi yang paling membuatku heran adalah tiga atau empat mobil polisi yang terparkir beberapa meter dari halaman rumah.

Begitu mobil berhenti, aku segera menghambur keluar dan masuk ke dalam rumah. Kenapa ada mobil polisi di sini?. Sebenarnya apa yang terjadi?. Beberapa orang laki-laki duduk di ruang tamu, tapi aku tidak mempedulikan mereka. Aku berlari mendaki tangga menuju ke kamar kakekku. Koridor ini sepi seperti biasanya. Aku mendengar suara beberapa orang laki-laki berbicara. Aku segera membuka pintu kamar tidur kakekku. Beberapa orang laki-laki ada di dalam kamar. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan, tapi kakekku tidak ada di sana.

Aku segera berlari ke koridor timur, ke ruang kerja kakekku. Suara orang-orang yang berbicara semakin terdengar jelas.

“Menurutku, Profesor Walter bunuh diri,” terdengar suara laki-laki dari dalam. Aku mendobrak masuk. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu menoleh.

“Siapa dia?” tanya seorang laki-laki gempal memakai topi bowler.

Seorang pria jangkung besar menghampiriku. “Nak, apa kau Alannise Walter? Cucu dari Profesor Jim Walter?” tanyanya dengan lembut.

Aku mengangguk. “Ya,” kataku. “Dimana kakekku?.”

Mereka saling pandang.

“Dengar, nak,” kata pria jangkung besar yang menanyaiku tadi. “Kakekmu baik-baik saja. Dan untuk sementara TKP tidak boleh didekati siapa pun…..”

“Apa yang anda maksud dengan baik-baik saja?” tanyaku. “Dan siapa kalian semua?.”

Pria jangkung besar yang menanyaiku tadi menjawab, “Profesor sudah meninggal dan akan baik-baik saja. Kami dari kepolisian. Kami berada di sini untuk menyelidiki penyebab kematian Profesor Jim Walter. Jika kau tidak keberatan, bolehkah kami berada di sini sampai penyelidikan selesai?.”

Aku melihat pria gempal dengan topi bowler memandangku penuh selidik. “Ya, boleh saja. Asalkan aku diperbolehkan berada di sini selama penyelidikan,” kataku, membuat beberapa di antara polisi-polisi itu mendengus kesal.

Secret of The Scientist Self-PortraitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang