Day 19

124 20 0
                                    

Hai Diary, namaku Anna.


Sekarang aku kembali berada dirumahku. Aku-merasa sedih, aku menulis ini didalam kamarku yang terasa sesak entah kenapa. Di atas meja sana terdapat serangkaian obat yang tidak pernah aku minum. Aku benci minum obat. Aku tidak meminumnya sejak lama.

Kedua orang tuaku menatapku. Aku melirik sekilas kedua mata mereka yang memancarkan kepedihan yang mendalam.

Pada titik ini. Mereka bertanya, Kamu kenapa? Kenapa banyak obat-obatan? Apa yang terjadi?


Aku tak menjawab.

Ayahku duduk disampingku dan berceloteh soal pekerjaanya. Ayahku tadinya memiliki perusahaan besar yang dipimpin oleh Ayah dan kakeku. Namun, salah seorang pegawai kepercayaan Kakek berkhianat dan membunuh kakek serta nenek dan membuang Ayahku dan keluargaku.

Ibuku duduk dibelakangku dan memeluk diriku. Dirinya bercerita saat aku menginjak usia sekolah, dirinya tidak mampu membiayai aku masuk kesekolah, kondisi Ayah yang tidak bekerja dan begitu liar. Membuatnya terpaksa bekerja di club malam, dan ternyata dirinya menikmatinya lebih daripada tanggung jawabnya sebagai ibu. Ia kecewa karena tidak bisa membiayaiku tepat waktu dan lupa akan tanggung jawab.

Mereka menatapku penuh penyesalan. Akhirnya mereka mengakui luka mereka dihadapanku dan dihadapan diary ini.

Aku bahagia!

Bu! Ayah! Akhirnya kalian membongkar semua luka yang ada dihati kalian dan melirik diriku!

Aku bahagia!

Terta-Ah darah. Tidak. Darah dari hidungku menodai diary kesayanganku.



Tertanda,

Anna.

Kindness Diary {Blanc}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang