Raj's POV
Saat itulah, aku melihat seorang pegawai yang sedang tertawa manis dengan salah seorang pembeli.
"Silahkan pilih, Tuan," kata pegawai tadi membuyarkan lamunanku. Aku hanya mengangguk cuek. Kemudian pegawai tadi berlalu karena ada seseorang memanggilnya.
Ah.. cantik sekali dia. Eh? Apa tadi aku baru saja memujinya??
Aku memilih baju dan kain saree yang kurasa cocok untuk Priya. Sesekali aku melirik ke arah gadis itu, dia masih tersenyum manis kepada pembeli tadi. Setelah beberapa menit, kulihat dia berlalu dan berjalan menuju ke arahku. Aku pura-pura akan berbalik memilih kangna atau gelang ketika tiba-tiba aku mendengar teriakan. Kontan, refleks aku berbalik dan menangkap sesosok yang akan jatuh membentur lantai.
Aku menahan dirinya selama beberapa menit. Jika aku langsung bergerak, dia pasti jatuh mengingat hampir seluruh tubuhnya berada di pelukanku. Perlahan, ia mendongakkan kepala dan menatapku terkejut..
Mata yang indah. Wait.. Bukannya ini gadis yang tadi ya??
***
Meera's POV15 menit setelah butik dibuka, seorang pelanggan datang dan menepuk pundakku. Aku berbalik dan tersenyum..
"Wah.. Nona Thakur. Ada yang bisa saya bantu?"
"Aku hanya ingin membeli beberapa saree terbaik untuk pernikahan saudaraku. Apa ada?" Kata Nona Thakur.
"Pasti. Mari aku tunjukkan beberapa kain yang baru saja datang," ajakku ke sudut barat butik.
"Bagaimana kabar Ishoo?" Tanyanya. Nona Thakur sangat ramah dan kami memang sudah lama kenal karena dia rajin ke butik ini.
"Baik. Sebentar lagi dia lulus SMA," aku mengambilkan kain saree biru yang masih sangat lembut. "Bagaimana dengan ini?"
"Wah.. lembut sekali. Warnanya bagus. Yang itu juga, bisa tolong ambilkan?" Pintanya sambil menunjuk beberapa kain yang diinginkannya.
"Seleramu memang sangat bagus, Nona," pujiku. Dia tertawa.
"Kau sudah punya kekasih belum?" Tanyanya dengan tatapan jahil. Aku mendelik kemudian menjawab,
"Belum. Masih tidak ada yang cocok. Ada yang tampan, tapi tidak setia. Ya pokoknya begitu lah," jawabku sekenanya diakhiri dengan tawa.
"Sepertinya kamu selektif sekali memilihnya, hahaha"
"Aku tidak mau merugi setelah menikah nanti, Didi," tukasku. "Kau suka dengan kainnya?"
"Ini memang yang terbaik. Dhanyavad 6. Aku harus pergi dulu, maaf tidak bisa berlama-lama," pamitnya. Aku mengangguk. Dia pun berlalu menuju kasir.
Aku berjalan menuju sudut butik yang lain untuk merapikan barang saat kulihat seorang pria dengan polo shirt dalam balutan jaket kulit hitam yang menurutku pasti bermerek terkenal dan celana panjang hitam sibuk memilih kain dan akan berjalan menuju area gelang.
Kain itu mungkin untuk ibu atau kekasihnya. Sebaiknya aku bantu saja
Aku lupa bahwa lantai yang akan kulewati masih licin karena baru saja dipel. Alhasil..
"Aahhh!!" aku terpeleset! Aku memejamkan mata bersiap membentur lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Love
FanfictionMeski baru mengenalnya selama beberapa hari, Meera merasa seolah ada yang kosong ketika di sampingnya tidak ada Raj si tukang usil nan perhatian. Siapa sangka rasa penasaran Meera pada kehidupan Raj berubah menjadi cinta? Raj yang misterius, masa ke...