Part 9

452 52 14
                                    

[Jangan lupa Vote sehabis baca]

------------------------------------------------

Meera's POV

Raj masih diam. Ekspresi datar dan rahangnya yang mengeras belum juga hilang. Aku menyerah, malas mempersulit suasana meskipun aku penasaran setengah mati. Kualihkan pandanganku ke luar jendela sambil menerka-nerka kira-kira apa hubungan di antara mereka.

"Seberapa besar rasa ingin tahumu?" Tanya Raj dingin.

"Sangat besar. Heran saja bagaimana orang sepertimu bisa dekat dengannya," jawabku cuek.

"Orang sepertiku? Maksudmu?" Ketusnya.

Ups! Sepertinya aku salah bicara.

"Sudahlah, kalau kau memang malas menjawab, ya sudah!"

"Kenapa kau jadi marah begitu?"

"Aku tidak marah,"

"Kau cemburu ya?"

"Dih, buat apa juga?"

"Aku akan memberitahumu, tapi jangan katakan pada siapapun tanpa seizinku, samjhe 33?"

Aku menoleh antusias. "Sungguh kau akan memberitahuku?"

Dia melirikku sekilas. "Sebegitunya ya rasa ingin tahumu?"

"Raj," panggilku dengan penuh penekanan.

"Buka saja dasbor mobilku, di sana ada foto Harshdeep," suruhnya.

Aku mengernyit, tapi kuturuti saja. Kulihat ada beberapa foto, kebanyakan foto Raj dan dua adiknya yang diambil di mobil ini, dan hanya ada satu foto Harshdeep dengan.. seorang pria?

"Pria itu kakak angkatku," ujar Raj menjawab kebingunganku.

Pose bridal style. Harshdeep tampak cantik dengan ghagra biru lautnya, sementara pria yang menggendong Harshdeep tampak gagah dan tampan dengan sherwani hitam. Mereka berpandangan penuh cinta. Aku jadi iri.

"Itu foto prewedding mereka,"

"Terus? Kenapa Harshdeep menikah dengan Tuan Subramaniam?"

"Kakakku meninggal sehari sebelum pernikahan," jelas Raj datar, tapi aku menangkap kesedihan di matanya.

Jemariku tergerak untuk menggenggam tangan Raj yang mengepal di setir kemudi. "I'm sorry, Raj,"

"Dia meninggal karena kecelakaan. Pembunuhan berencana,"

"Pembunuhan berencana? Oleh siapa?" Tanyaku.

Raj seakan tersadar akan sesuatu. Dia menggeleng. "Belum waktunya kau tahu, Meera,"

"Lho, memangnya kenapa? Rahasia sekali ya?"aku mendekat. Raj terdiam sejenak.

"Karena kita sudah sampai di tujuan, Meera sayang," dia tersenyum manis.

"Hah?" Aku mengerjap menatap sekitar, tak percaya dengan tempat di mana kami berada.

"Ayo," Tahu-tahu Raj sudah membukakan pintu dan mengulurkan tangan.

Aku mendongak, lalu menerima uluran tangannya. Raj menuntunku dan berhenti tepat di tepi danau.

"Welcome to the Powai Lake, Meera," bisiknya tepat di telingaku. Nafasnya terasa menggelitik. Tapi aku menahan diri untuk tidak menoleh agar pipiku tidak bersentuhan dengan bibirnya.

Untitled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang