Part 8

531 55 6
                                    

[Jangan lupa Vote sehabis baca] -- Pencet Vote gak sampai satu detik kok. Gaboleh pelit.

------------------------------------------------

Raj's POV

Aku sampai di rumah menjelang tengah malam. Rumah tampak sepi sekali. Kubuka perlahan pintu kamarku lalu..

"HAYOOO!!" Suara seseorang mengejutkanku dari dalam. Lampu pun menyala dan kulihat dua adikku menyeringai jahil.

"Astaga," kuelus pelan dadaku. "Jangan seperti itu lagi!"

"Kan tadi Raj bhai juga mengejutkan Meera didi seperti itu," sanggah Veer.

Kukerjapkan mataku. Aku mengernyit.

Bagaimana mereka bisa mengetahuinya ya?

"Bingung kan, kita tahu dari mana?" Goda Veera. Kupasang raut datarku dan menunjuk pintu.

"Sudahlah. Besok saja kalian beritahunya. Aku lelah,"

Veera mengerucutkan bibir. Wajah imutnya mengingatkanku pada Meera.

Ah, Meera lagi Meera lagi. Ada apa sebenarnya dengan otakku ini?

"Hati-hati insomnia gara-gara penasaran," Veer menarik tangan Veera keluar dan menutup pintu.

Aku langsung merebahkan diri ke kasur tanpa memperdulikan tubuhku yang lengket. Dari dulu aku dilarang mandi melebihi pukul 6 sore apalagi di tengah malam karena tidak baik untuk kesehatan.

Aku berusaha melupakan rasa penasaran dan tidur. Tapi dering HP sialan ini sukses membuatku gagal memejamkan mata.

Mataku melotot melihat display name yang tertera, Dev Anand Kapoor.

"Halo, Raj?"

"KYA?!" Jawabku sama seperti Meera sebelum ciumanku sampai di pipinya.

"Sabar dude. Oke, maaf aku mengganggumu tengah malam begini,"

"Kalau sudah tahu ini tengah malam kenapa masih menelepon? Kau kan bisa menemuiku besok," geramku.

"Uh, maaf. Entahlah Raj. Sepertinya ini sudah jadi kebiasaanku meneleponmu di tengah malam saat aku.. yah, you know lah," kudengar helaan nafas berat di seberang sana.

Aku tahu apa maksud Dev. Aku menggelengkan kepala, prihatin mendengar segala curhatan Dev. Sekilas pikiran yang menggangguku melintas.

"Kau yang mengirim mata-mata untuk mengawasiku dan Meera tadi ya, Dev?" Tuduhku.

"Kenapa kau jadi menuduhku begitu, Raj? Kau mulai tidak percaya padaku ya?"

"Aku merasa ada yang aneh dengan kalimatmu. Apalagi, kalau tidak salah ingat, aku sempat melihat mata-mata andalanmu, siapa itu namanya.." aku mencoba mengingat-ingat "Ah ya, Nandu kan?"

Untitled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang