Aku benar-benar tak mengerti apa yang ia bicarakan. Bertemu keluargaku? Mengenalku lebih jauh? Maksudnya??
"Bagaimana? Bolehkah?"
"Saya tidak mengerti pak."
"Aku berkunjung ke rumahmu, bertemu keluargamu, mengenalmu dengan baik. Bagian mana yang tidak Fia mengerti?"
"..." aku terdiam sambil memandangnya.
"Fia, apa aku tidak boleh ke rumahmu?"
"Bu.. bukan begitu, hanya saja..."
"Ya?"
"Saya akan tanya orang rumah dulu pak."
"Ok kalau begitu. Aku harap secepatnya bisa berkunjung ke rumahmu. Aku boleh minta nomor hp Fia?" sambil menyodorkan handphone nya padaku perlahan aku ambil hpnya. Tanganku agak bergetar, aku tekan nomorku dan ku kembalikan padanya.
"Makasih, aku boleh menghubungimu kan?"
"I.. iya..." saat bersamaan hpku berdering. Kakakku sudah menungguku di depan kampus. "Saya permisi pak, kakak saya sudah menunggu di depan."
"Baiklah, hati-hati di jalan." Aku mengangguk dan berlari sekuat tenagaku.
Ku abaikan jantungku yang semakin berpacu dengan cepat, aku harus terus berlari untuk mengumpulkan pikiranku yang sempat tercecer tadi. Melihat kakakku memarkir sepedah motor di pinggir jalan, kuhampiri dan memintanya untuk mempercepat.
Selama aku dijalan, aku ulang kembali apa yang sebenarnya barusan terjadi.
'Pak Andre ingin berkunjung ke rumah, bertemu keluargaku, mengenalku dengan baik yang berarti ia ingin memulai suatu hubungan denganku. Hubungan apa? Apa hubungan serius? Oooh... tapi aku belum mengenalnya.'
Aku masih tak habis pikir, dikamar hanya tidur-tiduran. Banyak sekali pikiran terbesit di otakku. Hpku bergetar tanda ada sms masuk. Tanpa nama hanya nomor.
Pak Andre :
'Besok ke kampus? Andre.'
Ibu memanggil untuk makan malam, aku rasa ini waktu yang tepat untuk bilang ibu dan kakakku. Karena ayahku kerja di luar pulau jadi hanya ibu dan kakakku yang dapat aku mintai pendapat. Di meja makan ada aku, adik, ibu, kakak dan kakak ipar.
"Bu, seandainya..." aku berhenti dan berpikir.
'Ku sebut apa ya pak Andre? teman? jelas bukan. pacar? apalagi. kenalan? sepertinya terlalu kasar. Aku menyebutnya apa?' Aku mengunyah makananku perlahan.
"Seandainya apa? Kalau ngomong itu dilanjut, jangan di potong. Kebiasaan."
"Seandainya ada... seseorang yang berkunjung ke rumah... boleh?"
"Sopo? (siapa?)" sergah kakakku.
"Seseorang yang ingin mengenalku dengan baik."
"Kamu punya pacar? Anak mana? Kok aku nggak tahu?" lanjut kakakku.
"Sebentar mas, adekmu kan belum selesai ngomong. Pacarmu, mbak?" tanya ibu lembut, aku masih bertampang datar mendengar rentetan pertanyaan kakak.
"Bukan bu, dia... dosen di kampusku. Dia bilang mau berkunjung kesini."
"Kunjungan dosen? Ngapain? Kamu bikin masalah di kampus?" kakakku menyelidik.
"Nggak mas, kan aku sudah bilang tadi kalau dia mau bertemu keluargaku dan mengenalku dengan baik." Jelasku, aku mulai kesal dengan kakakku yang selalu menduga-duga tidak jelas begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu di Akad
RomanceYang membuatku terkejut bukanlah si pengawas itu datang tiba-tiba namun, yang jadi pengawas adalah Pak Andre. Dosen yang telah membuat hatiku kacau sejak 2 hari yang lalu.