Ya Allah... Engkau Maha membolak balikkan hati.
Semester ini sebagian besar aku habiskan untuk proposal. Setelah mendapat dosen pembimbing dan judul aku langsung melakukan penelitian pendahuluan di laboratorium. Berminggu-minggu aku habiskan di lab dan kadang masih membantu mahasiswa baru untuk pratikum mereka.
Setelah ujian akhir semester angkatan 2013 dan mahasiswa transfer termasuk aku, sidang proposal. Agak deg degan walaupun dulu waktu D3 sudah pernah merasakan sidang tapi tetap saja rasanya berbeda. Aku datang di awal waktu sebelum mahasiswa lain datang. Ternyata pak Andre juga baru sampai di kampus. Jadi di parkiran hanya ada motor kami berdua. Ia parkir menjejeri sepeda motorku.
"Gimana Fia?" Tanyanya saat dia dengan mudah menyusulku meninggalkannya di parkiran. Jalanku tak bisa cepat karena hari ini memakai rok.
"Gimana apanya pak?" Tambah deg degan gara-gara nih orang.
"Perasaanmu mau sidang?" Aku berhenti di depan tangga menuju lantai dua dan menatapnya.
"Kelihatannya seperti apa pak?" Ia tersenyum lalu tertawa setelah memperhatikan wajahku. Pasti perasaan cemas itu terlihat jelas.
"Jangan khawatir pak Sugik dan pak Sutris nggak akan menghabisimu." Katanya. Jujur aku bersyukur bahwa bukan pak Andre yang jadi dosen pengujiku. Bisa-bisa mati kutu aku. Nggak fokus sama sekali.
Aku menaiki tangga menuju ke lantai 3 sedangkan pak Andre belok ke lantai 2 menuju ruang dosen. Sebelum belok ia berkata.
"Fia, jangan lupa bismillah." Aku menoleh dan mengangguk kecil padanya.
Entah kenapa hubungan kami seperti teman. Pak Andre masih menyemangatiku seperti dulu. Ah, jangan mikirin ini dulu. Sidang dulu yang lebih penting.
Dan setelah disidang selama 1 jam. Aku keluar dengan wajah lega dan cukup senang karena dosen penguji tak memberikan banyak revisi kecuali penambahan sitasi dan membolehkan aku untuk melanjutkan ke skripsi. Ku duduk sendirian di depan kelas, ku pandangi jam tangan yang melingkar di tangan kiriku. Hadiah dari ibu waktu ulang tahunku tahun lalu.
'Meskipun hari ini engkau tak hadir namun ku yakin doamu selalu menyertaiku. Terima kasih bu. Aku akan berusaha lebih keras lagi setelah ini.'
Tak terasa air mataku mengalir, tanpa sadar pak Andre sudah duduk di sebelahku.
"Ada apa Fia?" Ujarnya. Aku menatap sambil menyeka air mataku. Aku menggeleng pelan dan menunduk lagi. "Dosen penguji memberi banyak revisi?" Aku masih menggeleng. "Terus kenapa nangis?"
"Nggak apa-apa kok pak, hanya setelah ini aku harus lebih berkerja keras lagi untuk tugas akhir supaya tidak mengecewakan ibu." Aku masih menunduk. Kulihat bayangan tangannya ingin menyentuh kepalaku namun di urungkan karena anak-anak yang lain mulai naik ke lantai 3 lagi untuk sesi ke dua yang belum menjalani sidang setelah istirahat siang.
Begitulah hubunganku dengan pak Andre sekarang, ya terkadang kami seperti dulu kadang kami canggung atau lebih tepatnya aku yang canggung. Namun pak Andre berusaha untuk menjaga komunikasi denganku. Terlebih lagi saat KKN, beliau menjadi dosen pengawas di desa sebelahku. Untungnya.
"Gimana kondisi desamu Fia?" Tanyanya waktu di kantor kecamatan saat selesai pertemuan mingguan.
"Baik-baik saja pak walaupun tidak ada sumber air." Jawabku. Mataku melihat kesana kemari, tak sanggup menatapnya.
"Kerahkan ilmu teklingmu untuk menyelesaikan problem di situ." Katanya sambil menatapku serius. Nggak semudah itu. Butuh waktu dan biaya yang lumayan untuk membuat saluran air bersih. Sedangkan KKN ini hanya 1 bulan dan sudah banyak biaya yang kami habiskan untuk setiap program kerja. Aku hanya mengangguk-angguk.
Lalu saat penutupan KKN, tugas kami membuat pameran program desa yang sudah kami kerjakan. Aku dan temanku mengerahkan banyak hal disini. Dengan membuat maket desa kami dari stik es krim. Pak Andre menghampiri stan desaku. Ia menatapku yang memang bertugas untuk menjaga sambil tersenyum. Lalu melihat apa saja yang ada di meja stan.
"Lho ini kok sama seperti punya kelompok ku?" Menunjuk tas yang terbuat dari bungkus minuman instan. Ia menyuruh mahasiswanya membawa tas karya mereka yang sama terbuat dari bungkus juga.
"Wah sama... Kamu bikin sendiri kah mbak?" Kata mahasiswa itu setelah menyodorkan tas recycle ke pak Andre.
"Iya, aku sempat belajar sebentar dengan ibu-ibu kader sampah di dekat kampus 2." Jelasku.
"Tapi masih cantik punya kita." Ejek pak Andre. Aku jadi tersulut.
"Tapi punya bapak nggak ada kain lapisan dalamnya, kalau bawa uang koin nanti kececeran." Ujarku. Ia pun tertawa.
"Iya juga ya..." lalu mahasiswa tadi disuruhnya kembali ke stan dengan membawa tasnya.
"Ini konsepnya bagus, boleh nih kalau bikin maket untuk jurusan kita." Katanya lagi seperti nggak ingin berhenti berbicara denganku. Belum sempat aku menjawab, ada yang menepuk pundakku.
"Gantian mbak, istirahatlah. Biar aku yang jaga." Kata Dio, mahasiswa manajemen yang satu desan KKN denganku. Aku memang sedikit lelah. Maket ini baru jadi tadi pagi karna aku harus memberikan finishing.
"Permisi pak Andre, kalau ada yang mau di tanyakan tolong ke mas Dio saja." Aku pun berbalik dan menuju ke kursi dekat stan untuk duduk. Capek, sungguh tapi aku harus kuat untuk 3 jam lagi hingga semua acara selesai. Pak Andre menatapku sebentar yang sedang duduk lalu pergi ke stan lain.
Setelah acara penutupan berakhir, kami membubarkan diri dan kembali ke Surabaya. Selama ini aku pulang pergi menggunakan motor karna harus mengurus revisi setelah sidang dan tetap ngajar, khusus hari ini aku di barengin Dio naik motor kembali ke Surabaya bersama teman-teman yang lainnya. Setelah membereskan stan, kami sekelompok kembali ke kelurahan untuk pamitan secara resmi ke kelurahan.
"Fia..." pak Andre memanggilku sebelum aku naik ke motornya Dio.
"Sebentar ya Dio, dosenku manggil." Dio hanya mengangguk.
Aku menghampiri pak Andre yang berdiri di dekat pilar parkiran. Raut wajah pak Andre menunjukkan kesal.
"Ada apa pak?"
"Kamu pulang boncengan sama dia?"
"Iya pak tapi sebelum itu..." belum selesai aku bicara pak Andre memotong perkataanku.
"Bukannya kampus nyediain bus? Kalau kamu nggak suka naik bus bisa sama aku. Aku bawa mobil sendiri." Aku memang agak nggak suka naik bus karna mudah mabuk.
"Tapi pak..."
"Harus!" Lagi-lagi pak Andre menyela perkataanku. Duh, Nanti apa kata yang lainnya kalau aku dapat perlakuan khusus dari dosen?
"Pak Andre bukannya membarengi dosen lain?" Masih ingin kutolak tawarannya.
"Mereka naik bus. Aku sudah bilang kalau hari ini aku mengangkut mahasiswiku yang membawa barang banyak." Lha... gimana nih?
Asal kalian tahu dari jurusan Teknik Lingkungan memang cuma 3 org yang ikut KKN karena ini masuk semester ganjil. Dan hanya aku seorang yang hari ini ikut penutupan sedangkan mbak Ita dan bu Sri ngantor.
"Baik kalau begitu pak, tapi saya mau ke kelurahan dulu untuk pamitan ke pak Lurah dengan teman-teman." Kataku akhirnya aku menyetujui walaupun sebenarnya nggak enak.
"Ya sudah, aku juga antar anak-anak dulu pamit dulu ke desannya. Nanti aku jemput di kelurahanmu." Aku mengangguk. Dan ia menepuk-nepuk kepalaku sambil tersenyum. OH MY GOD!!!
Pak Andre mengantar anak-anaknya sedangkan aku naik ke motor Dio menuju kelurahan kami.
"Mbak Fi, itu dosen kayaknya perhatian banget sama kamu." Ujar Dio saat kami di jalan.
"Menurutmu begitu?" Ujarku pelan. Kan? Duh aku nggak mau kalau ada yang curiga tentang kita. Ups.. emang aku dan pak Andre ada hubungan apa? Cuma sebatas mahasiswa dan dosen kan. Walau memang akhir-akhir ini pak Andre agak aneh atau perasaanku aja??
Aneh nggak sih dia tiba-tiba nepuk-nepuk kepalaku gitu? Padahal selama ini nggak ada kontak fisik kecuali salaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu di Akad
RomanceYang membuatku terkejut bukanlah si pengawas itu datang tiba-tiba namun, yang jadi pengawas adalah Pak Andre. Dosen yang telah membuat hatiku kacau sejak 2 hari yang lalu.