"Fia..." suara laki-laki memanggilku dari arah samping. Aku menoleh dan kutatap wajah yang tak asing, wajah seseorang dari masa lalu yang tak ingin aku temui saat ini atau sampai kapan pun.
"Nggak nyangka bisa ketemu disini!" Ujarnya saat kami sudah berhadapan. Aku masih terpaku menatapnya. "Apa kabar? Hampir aku nggak ngenalin kamu, kamu makin cantik aja."
"Baik, kamu sendiri?" Balasku lirih.
"Yah seperti yang kamu lihat." Sambil berlagak sok dan kekanakan, masih sama seperti dulu. Aku hanya menimpali senyum kepura-puraan. "Sendirian?"
Kujawab dengan anggukan."Baguslah, kebetulan aku juga lagi nungguin mama shopping jadi agak bosen. Gimana kalau kita ngobrol-ngobrol sebentar? Udah lama kan kita nggak ketemu." Sambil menarik tanganku seenak jidatnya. Kutarik paksa tanganku.
"Maaf, tapi aku masih ada urusan lain." Aku beranjak pergi. Bahuku ditarik, aku hampir terjengkang tapi ditahan olehnya. Kenapa sih harus ketemu manusia satu ini lagi?
"Ayolah, cuma sebentar. Kamu nggak kangen sama aku?" Ia mendorong tubuhku pelan menuju eskalator untuk naik ke lantai selanjutnya. Aku berbalik badan dan berhenti sambil menatapnya.
"Aku nggak mau!" Nadaku agak keras. Kami seperti orang pacaran yang sedang bertengkar.
"Oke. Oke... nggak sampai 10 menit aku janji!" Aku menggeleng.
"Fia, gimana pun kita dulu teman, bukan?" Ia mencengkram bahuku dan menjajarkan wajahnya dengan wajahku.
"Dulu."
"Please, aku cuma ingin bicara sama kamu."
"Pembicaraan apa lagi? Sudah berakhir 5 tahun yang lalu." Aku semakin muak melihatnya.
"Rian..." seorang wanita paruh baya memanggilnya.
"Ma, lihat deh siapa yang aku temui." Wanita itu menghampiri kami berdua.
"Ini Fia? Beneran Fia?" Aku senyum terpaksa sambil mengangguk. "Ya Allah, pangling aku. Apa kabar?" Tante memelukku dan mencipika cipiki.
"Baik tante, tante sendiri sehat?" Kupasang wajah topengku.
"Alhamdulillah sehat. Cuma ya gitu Rian masih sering bikin tante sakit kepala." Sambil memukul lengan Rian pelan.
Rian adalah mantan pacar sekaligus mantan sahabatku. Kami satu sekolah sejak di bangku SD oleh karena itu kami menjadi sahabat dekat. Aku tahu Rian seperti apa, cowok manja dan egois yang suka bergonta-ganti pasangan dan selalu mengenalkan pacar-pacarnya padaku. Dan persahabat kami harus rusak karena ia menyatakan cintanya padaku.
Saat Rian menyatakan cintanya, aku sempat menolak dan bersikukuh bahwa lebih baik kita tetap berteman tapi sikapnya yang nggak nerima kata tidak akhirnya kuputuskan untuk ku terima. Kupikir dengan begitu aku bisa merubah sifatnya itu namun ternyata salah. Hanya 1 bulan hubungan kami berjalan dan dia menggandeng cewek lain disaat aku mulai memiliki perasaan padanya.
Aku sakit hati di khianati seperti itu. Dia mengatakan bahwa menyesal telah melakukan itu dan ingin kami kembali berteman tapi seperti yang kalian ketahui, ayahku juga seperti itu. Karena itu aku tidak bisa mentolerir sebuah penghianatan. Hingga akhirnya aku memutuskan semua sambungan komunikasi dengannya selepas SMA.
Dia berusaha untuk mencari keberadaanku namun aku menutup semua akses komunikasi dengannya dan kebetulan keluargaku pindah rumah jadi ia semakin tidak dapat menemukanku.
"Ma, ajak Fia makan bareng kita, sambil ngobrol-ngobrol." Ia memakai ibunya untuk alasan.
"Ide bagus, ayo Fia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu di Akad
RomanceYang membuatku terkejut bukanlah si pengawas itu datang tiba-tiba namun, yang jadi pengawas adalah Pak Andre. Dosen yang telah membuat hatiku kacau sejak 2 hari yang lalu.