Keesokan harinya pak Andre menjemputku untuk pas baju akad. Saat pas baju, pak Andre memilih untuk menyuruhku tetap di ruang ganti.
"Kalau sudah ganti kebaya jangan tunjukin ke aku." Katanya lalu pergi ke ruang ganti yang lain. Aku pun menurut saja.
Kebaya ini bahannya ibu yang pilihkan tapi rancangan dan dijahit oleh butik ini. Aku suka dengan model tertutup dan panjang di belakang walaupun tak sampai tanah.
"Mbak, lingkar badannya nyusut nih. Agak longgar jadinya." Celetuk penjahitnya. Memang rasanya longgar di bagian lingkar dadanya.
"Nggak apa-apa mbak, nantikan aku mau jilbabnya yang panjang menutupi dada."
"Kalau itu sih nggak apa-apa, tapi jangan terlalu diet lho mbak, kasihan suami nanti." Lanjutnya. Kami pun tertawa. "Ngerasa ada yang kurang nggak mbak?"
"Nggak sih, aku rasa sudah cukup. Suka kok mbak." Lalu aku kembali berganti baju biasaku lagi dan keluar dari ruang ganti, kulihat pak Andre memakai jas warna hitam memunggungiku sambil mematut diri di depan kaca.
"Gantengnya..." ujarku lirih. Pak Andre menoleh kepadaku lalu masuk ke ruang gantinya sambil tersipu.
Eh, tunggu, beneran kayak ... malu gitu. Lucu deh. Aku terkekeh pelan.Setelah itu kami memberesi sisa pembayaran. Sekarang tinggal menyebarkan undangan.
"Dek, undangan untuk orang kampus biar aku saja. Nanti kalau kamu butuh anter undangan punyamu ke temen-temenmu bilang ya."
"Nggak apa-apa mas, biar aku anter sendiri. Lagipula temenku juga nggak banyak yang aku undang. Untuk yang keluarga bisa minta anter kakak."
"Ya sudah kalau gitu."
Akhirnya aku menulisi nama di undangan, cuma seratus tapi temanku sendiri hanya sekitar 30 orang yang aku undang. Sahabat dekat sejak SMA dan kuliah dulu. Pas malam minggu aku menemui sahabat-sahabatku yang dari SMA. Aku mengajak ketemuan di food court mall deket rumah.
"Gitu ya?! Nikah nggak bilang-bilang?!" Sergah Indri. Saat setelah aku menyodorkan undangan pernikahanku.
"Mangkanya aku comblangin nggak ada kelanjutannya." Terus Caca.
"Bales dendam nih ceritanya?" Lanjut Ina.
Aku cuma menatap mereka senyam-senyum.
"Maaf, tahu sendiri kemarin aku sibuk ngurus skripsi sama pernikahan ini." Ucapku.
"Lha gitu kenapa hari ini nggak diajak calonmu, biar kita kenal?" Tanya Caca.
"Nggak ah, toh kalian juga gitu pas nikah. Jadi aku juga sama. Nanti aku kenalin waktu sudah SAH."
"HHUUUU DASAR!" Aku pun di serbu ibu-ibu beranak satu.
"Tapi ganteng lho Fi, pinter juga kamu carinya." Indri kepo.
"Alhamdulillah." Sambil tersipu dan untuk kedua kalinya aku di serbu. Bagaimanapun mereka tahu bahwa akhirnya aku menemukan tambatan hati.
Setelah itu aku mengantar undangan ke teman-teman yang lain. Tanggapan mereka sama.
'Lhoalah, nggak denger pacarannya...'
'Kok nggak bilang-bilang sih Fi?'
'Diem-diem sebar undangan nih. Patut di contoh!'
Alhamdulillah, memang seperti ini cerita yang dituliskan Allah SWT untukku. Begitupun dari keluarga besar yang kaget mendengar berita aku menikah. Karena memang aku jarang komunikasi kecuali dengan ibu. Ibu sendiri juga nggak mau cerita tentang prosesku awal kenalan hingga persiapan menikah.
Kurang seminggu pernikahan kami, aku pun melakukan perawatan diri. Paling tidak saat hari H aku kelihatan fit dan fresh. Setelah spa seharian, aku pergi ke mall deket rumah karena baru ingat kalau bedakku habis. Memang sih di peningset kemarin ada tapi ya masa' aku bongkar untuk di pakai beberapa hari kedepan?
'Posisi dimana dek?' Pak Andre menelfonku saat aku sedang memilih bedak.
"Di mall deket rumah pak, ada apa?"
'Peningsetnya ada yang kurang ya? Kok nggak bilang?'
"Nggak kok pak, ada hal yang ingin saya beli."
"Apa?"
"Sesuatu." Sambil tertawa kecil.
'Ya sudah, Aku kesitu ya.' Lalu klik. Telfon dimatikan. Selalu deh.
Aku pun asyik melihat-lihat baju dan sepatu setelah membeli kosmetik. Setelah bosan aku keluar distro, saat berjalan keluar aku di panggil seseorang.
"Fia..." suara laki-laki memanggil dari arah samping.
Aku menoleh dan ternyata sosok laki-laki yang tak ingin aku temui dari masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu di Akad
RomanceYang membuatku terkejut bukanlah si pengawas itu datang tiba-tiba namun, yang jadi pengawas adalah Pak Andre. Dosen yang telah membuat hatiku kacau sejak 2 hari yang lalu.