Aku masih penasaran dengan angka 18. Sambil mengingat-ingat kenangan kami yang ada hubungannya dengan angka 18.
"Door! Ngelamun aja!" Aku kaget setelah sholat isya' masih duduk di sajadahku sedang mas Andre habis pulang dari masjid.
"Aku nggak ngelamun cuma mikir."
"Sama aja..." Ia menepuk kepalaku lalu keluar kamar nonton tivi bersama April. Aku pun mengikutinya.
"Eh dek, mbakmu kalau di rumah emang sering diem gitu?" Tanya mas Andre tiba-tiba. Aku menoleh padanya.
"Siapa bilang mas?! Ini masih awal-awal dia jaim nanti kalau sudah terbiasa, kuat-kuat deh kupingnya buat dengerin suaranya yang cerewet."
"Aku cerewet juga ada sebabnya tauk!"
"Iya tapi nggak setiap hari juga kan?"
"Lha kamu emang bikin kesel tiap hari mau gimana?" Mas Andre yang di tengah-tengah kami berdua langsung duduk menghadapku.
"Udah-udah kok malah berantem. Tapi bagus deh, soalnya seharian ini kamu banyak diemnya." Ia memegang kedua pipiku.
"Ehem... adek temenin ibu di bawah yuk." Panggil ibu dari teras lantai 2.
"Nemenin ngapain bu? Nontonnya masih seru nih"
"Udah ikut aja." Lalu pintu keluarga di tutup oleh ibu dari luar. Sepertinya ibu mau ngasih privasi ke kita berdua dan untuk kebaikan adek, ia disuruh kebawah. Lagian kamarnya juga di bawah. Mas Andre menarikku ke kamar dan kami duduk di kasur berhadapan.
"Akhirnya cuma berdua aja. Enaknya ngapain ya?" Tanya mas Andre yang kembali memegang pipiku. Kupegang tangannya untuk melepaskan tangannya dari pipiku.
"Cerita."
"Huh? Cerita? Cerita apa?"
"Arti 18, aku masih nggak ngerti maksudnya." Mas Andre tersenyum kecil.
"Sepertinya memang cuma aku aja yang ingat."
"Maksud mas?"
"Saat pertama kali kita ketemu. Inget nggak tahun 2012 kamu ngapain?"
Ku kerutkan keningku, 2012 tentu aja banyak hal yang aku lakukan dan waktu itu aku masih D3 semester akhir.
"Aku masih kuliah D3 mas."
"Iya, kita bertemu saat itu. Saat aku masih berstatus mahasiswa S2 dan kamu D3 di tempat kuliah kita dulu." Aku membelalakkan mata, beneran kita pernah ketemu? Yah tapi namanya juga manusia aku mungkin lupa atau nggak terlalu memperhatikan. Lalu mas Andre pun bercerita.
Andre POV flashback
2012
Cuaca hari ini cerah ceria, kulihat langit biru dengan sinar matahari pagi yang tidak terlalu menyengat menimpah wajahku. Cuaca hari ini sama cerahnya dengan hatiku karna hari ini pengumpulan tesis dan aku siap sidang 2 minggu lagi, itu berarti tak lama lagi gelar master akan kusandang. Kulihat jam melingkar di tangan kiriku, masih pukul 9.15 pagi. Aku rasa ke UPT Bahasa untuk ambil hasil tes TOEFL kemarin ide yang bagus. Kulajukan motorku ke arah UPT Bahasa, sesampainya di UPT bahasa ku ambil hasil tes ku dan Alhamdulillah lulus dengan score 525. Memenuhi syarat kelulusan S2 walaupun sedikit kurang dari targetku.Brrrr...brrrrr... hapeku bergetar ada telfon masuk.
"Selamat pagi."
"Pagi, dengan Pak Andre?"
"Iya saya sendiri."
"Saya dari Humas Universitas XXX memberitahukan bahwa pak Andre dimohon ke kampus II fakultas teknik untuk menandatangani kontrak kerja sebagai dosen disini. Silakah pak Andre menemui Pak Irawan di ruang kemahasiswaan jam 9 pagi besok. Apa bisa?" tak kusangka bahwa aku belum lulus namun sudah di terima menjadi dosen di kampus swasta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu di Akad
RomanceYang membuatku terkejut bukanlah si pengawas itu datang tiba-tiba namun, yang jadi pengawas adalah Pak Andre. Dosen yang telah membuat hatiku kacau sejak 2 hari yang lalu.