Setelah abis air mataku, aku kembali ke kampus. Mengambil kunci di ruang senat.
"Mbak abis ngapain kok sembab?" Peluk siti yang melihatku mengambil kunci. Senyum simpulku kutunjukkan.
"Nggak apa-apa kok."
Kubuka lab dan menyelesaikan pekerjaanku. Pukul 4 sore ku bereskan lab dan mengembalikan kunci lab di lt.2. Saat menyantolkan kunci ketempatnya, tak sengaja ku lihat di ruangannya, pak Andre sedang menundukkan kepala di lipatan tangannya di meja. Maafkan saya pak. Aku berlari keluar kampus dan melajukan motorku untuk pulang.
Sampai di rumah kulanjutkan acara nangisku. Air mataku tak bisa ku stop dengan mudah, adekku hingga bingung dengan apa yang terjadi denganku. Untungnya hari ini aku tak kerja dan anak-anak sedang libur, maka tidak ada kegiatan apapun sehingga aku tak perlu menunjukkan wajah bengkakku karna nangis.
Setelah kejadian itu aku menjalani hari-hari seperti biasa. Pak andre tak pernah menghubungiku dan saat aku hadir di matakuliah yang ia ajar selalu bawaannya bad mood dan dingin. Tak jarang seperti kesal terhadapku, ia memberikan tugas yang banyak dengan waktu yang mepet ke seluruh kelas. Contohnya ia memberikan tugas tentang membuat makalah pengendalian air bersih dengan jumlah artikel yang dikutip minimal 15 buah. Dan harus di presentasikan di pertemuan selanjutnya. Padahal menemukan 5 buah artikel saja sudah sangat beruntung, ini malah minta 15 buah dan kami juga masih ada tugas dari matakuliah lain. Mau nggak mau, suka nggak suka tetap kami kerjakan. Untungnya tugas ini berkelompok, satu kelompok 3 orang. Akhirnya aku bagi tugas dengan mbak Ita dan bu Siti.
Minggu depannya, makalah dan ppt sudah siap di presentasikan setelah begadang 3 hari dan ternyata pak Andre ijin pada ketua kelas bahwa tidak bisa mengajar karena sakit.
"Ealah.. padahal kita udah begadang dan ngebut ngerjaiinnya, eh malah dia yang sakit." Celetuk bu Siti.
"Emang sih dari tadi pagi nggak kelihatan." Gumamku.
"Ya akibat mau di angkat jadi kaprodi mungkin, jadinya alih tugas mulai di kerjain sama dia." Sahut mbak Ita.
Iya juga, bisa jadi begitu karna memang aku dengar dari bu Rere, pak Andre wira wiri akhir-akhir ini untuk menghadiri rapat-rapat. Bu Hayati pelan-pelan melimpahkan tugas ke pak Andre supaya nanti pas bener-bener diangkat jadi kaprodi langsung nguasain. Hati ini tidak bisa memungkiri bahwa aku ingin tahu kondisinya. Ku keluarkan hpku dan mencoba menulis pesan singkat di wa, namun ku urungkan. Senyum hambar pun terukir di wajahku. Apalah aku hanya remah-remah rempeyek?
Minggu selanjutnya, presentasi untuk tugas pak Andre di presentasikan. Kelompokku di urutan kedua. Kelompok pertama membahas pengendalian air bersih di bidang pariwisata. Tak banyak di tanyakan oleh pak Andre karena artikelnya sudah banyak dan jelas. Lalu giliran kelompokku presentasi, kami mengambil tema pengendalian air bersih di lingkungan rumah tangga. Artikel yang aku tampilkan pas 15 artikel dan kami bergantian presentasi sesuai bidang masing-masing. Dan menurutku sudah cukup jelas metode yang kami gunakan namun lain halnya dengan pak Andre.
"Lalu apa bedanya ecotech garden dengan wetland?" Tanyanya sambil menatapku.
"Prinsipnya sama namun, bentuk penempatan media untuk ecotech berbentuk saluran sedangkan wetland memerlukan lahan yang cukup luas." Aku menjawab.
"Kalau prinsip sama kenapa jadi salah satu metode yang kamu pakai?" Duh, nih orang cari-cari deh.
"Karena jika wetland untuk komunal sedangkan ecotech untuk per rumah." Jawabku sambil menatapnya.
"Oleh karena itu kami pisah." Lanjut mbak Ita.
"Kalau prinsip sama gak perlu kamu pisah bilang aja ecotech adalah sejenis dengan wetland." Kok kesel ya jadinya? Aku melirik mbak Ita. "Ya sudah di tutup saja." Lanjutnya.
Karena teman-teman tidak ada yang tanya lagi, kami akhiri presentasi ini. Aku kembali ke bangkuku langsung meletakkan kepalaku menghadap ke sebelah kananku, mbak Ita. Mbak Ita hanya menepuk-nepuk punggungku. Aku tersenyum. Lalu aku mendengar pak Andre berdiri dan menyetop kelompok selanjutnya.
"Oke, yang presentasi cukup dua kelompok saja. Hardcopy makalah tolong dikumpulkan sekarang dan untuk softcopy makalah dan ppt segera kirim ke email saya. Saya tunggu hingga jam 9 malam ini." Katanya.
Aku masih meletakkan kepalaku, malas menatapnya. Ku dengar bu Siti menggerutu karna pilih kasih untuk yang presentasi.
"Dek, tolong kasihkan ke dia makalahnya. Males aku!" Kata bu Siti ketus. Aku berdiri dan mengambil makalah dari tangan bu Siti lalu meletakkan makalah itu di mejanya.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
Kami saling bertatapan. Ia menatapku tajam. Terlihat sekali bahwa ia masih marah padaku. Aku pun berbalik. Ya waktu yang akan menyembuhkan.Di lain hal ibu jadi sering bertanya kenapa pak Andre sudah tak pernah main ke rumah.
"Andre kok nggak pernah main kesini lagi mbak? Kalian baik-baik saja?" Tanya ibu lembut.
Aku memang tak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada keluargaku. Aku memilih bungkam dan berbohong.
"Dia sibuk bu, kampus sedang banyak kegiatan." Lain waktu aku akan mengatakannya.
Aku hanya tak ingin ibu salah kira tetang pak Andre.
Seiring berjalannya waktu, aku baik-baik saja akan ini semua. Pak Andre tetap dingin dan tak pernah menyapaku lagi hingga semester ini berakhir. Aku berusaha menyapanya seperti biasa sama dengan dosen lain. Namun ia tetap dingin dan kadang hanya mengangguk aja tanpa senyum. Hal yang wajar. Aku terima perlakuannya, aku sadar bahwa aku memang pantas mendapatkan perlakuan begitu.Minggu depan adalah ujian akhir semester. Aku menyelesaikan urusan administrasi supaya bisa ikut ujian. Aku membayar dari gaji yang aku kumpulkan dari fast food. Untuk perkerjaan di fast food aku berencana resign hari ini karna banyak hal yang membuatku tak ingin meneruskan. Lagi pula uang yang aku dapat untuk kuliah semester depan sudah cukup. Aku akan mencari perkerjaan lain jika terkendala lagi.
"Pak Indra, saya minta maaf sebesar-besarnya jika selama saya kerja disini banyak bikin kesalahan" ujarku pada manager yang sedang tugas hari ini.
"Sama-sama Fia. Nanti kalau kamu sudah lulus ngirim aja lamaran lagi kesini nanti bisa jadi manager."
"Baik pak terima kasih atas tawarannya."
Aku pun meninggalkan store. Semoga aku tidak kembali kesini lagi. Aku tersenyum dalam hati.
Ku buka catatan kuliah ku semester ini untuk mereview apa yang kira-kira keluar nanti ujian. Setelah dua jam duduk manis menekuni catatan aku pun berdiri sambil meregangkan badan, ku cek status wa teman-teman. Salah satunya pak Andre.
Semangat untuk ujiannya ya!
Hmm... baper tolong pergilah. Kubalik hpku dan langsung menghempaskan badanku di kasur. Kupejamkan mata masuk ke alam mimpi.
Minggu ujian telah dimulai. Yang jaga sesuai dengan dosen matakuliahnya masing-masing. Ada yang open book ada juga yang close book sesuai dengan tingkat kesulitan ujian. Tapi alhamdulillah semua terlewati dengan baik. Ujian di hari terakhir adalah ujiannya pak Andre. Setelah ujian kami masih di kelas ngobrol sedangkan pak Andre juga masih mengurutkan lembar jawaban sesuai Nomor induk mahasiswa.
"Dek, kamu masih kerja di fast food itu?" Tanya mbak Ita. Kami duduk di depan. Kulihat pak Andre melirik ke arahku. Ku pelankan suaraku.
"Sudah nggak mbak. Alhamdulillah keuanganku terpenuhi." Jawabku lirih sambil melirik pak Andre. Sekilas ia terlihat seperti tersenyum tipis.
"Syukurlah dek, eman banget kamu kalau kerja di tempat gitu untuk waktu yang lama. Lanjutin aja bimbel kamu di rumah. Insya allah lebih barokah."
"Iya mbak, moga semester depan semuanya kelas pagi jadi nggak kesulitan ngatur jadwal les."
"Aamiin."
Lalu kulihat pak Andre berdiri dari tempatnya untuk keluar ruangan.
"Ok, tolong hp nya nanti jangan mati ya, biar nggak ketinggalan kalau ada info remidi." Ujarnya.
"Lho pak kok ada remidi segala? Kan nilainya nggak hanya di tentukan dari ujian saja?" Celetuk Edo si ketua kelas.
"Tadi saya bilang kalau ada." Sambil berlalu. Nih orang bener-bener ya. Temen-temen yang lain mulai menggerutu nggak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu di Akad
RomanceYang membuatku terkejut bukanlah si pengawas itu datang tiba-tiba namun, yang jadi pengawas adalah Pak Andre. Dosen yang telah membuat hatiku kacau sejak 2 hari yang lalu.