sore ini Irene termenung di pinggir kolam di belakang rumahnya. Memainkan percikan air dengan kakinya. mencoba memikirkan isi amplop coklat yang ia temukan dikamar ayahnya.
"gimana bisa gue gatau? apa yang sebenarnya papa rencanain?" berbicara sendiri seperti orang gila membuatnya bingung dengan jawabannya.
hari mulai larut. Senja berganti menjadi malam. Datang dan pergi menjadi kodrat sebuah waktu. Irene melangkahkan kakinya menuju rumah violet yang hanya beberapa blok dari rumahnya. irene, violet,alana,aurel dan kiki memang tinggal satu komplek. setelah mengetuk berkali-kali pintu rumah violet, irene menunggu sang empunya rumah keluar. Saat pintu terbuka, alana memandang violet dengan wajah -tidak suka- nya.
"kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu?" tanya irene.
"gue gapapa" vio berbohong. "yaudah masuk gih" lanjutnya.
Seperti biasa, mereka akan langsung masuk ke kamar, bergosip ria dan melakukan yang memang seharusnya di lakukan oleh anak perempuan. Namun, kali ini violet tampak tak bersemangat. Tanpa basa-basi vio berterus terang kepada irene.
"rene, gue mau tanya sesuatu"
"apa??"
"lo suka sama ari?"
"hah? gak mungkin lah. ari itu sahabat gue. jadi gamungkin gue suka sama dia"
"terus waktu dia rooftop sekolah itu apa? gue liat semua. Gue liat lo pegang pipi ari, gue liat lo ketawa bareng dia" tanya vio sambil menundukkan kepalanya.
"vi.. dengerin gue" irene memegang bahu violet kuat. "lo gaboleh salah paham sedikit pun. gue ga cinta sama ari. bahkan kalo lo mau gue bakal bantu lo deket sama ari. jadi jangan pernah salah paham ya" lanjutnya.
violet tersenyum dan memeluk irene erat seerat kasih sayang mereka. Malam ini irene menginap di rumah violet. dengan senang hati vio mengijinkannya.
<pagi>
pintu mobil terbuka. Irene dan vio keluar dari mobil dengan senyum mengembang dibibir mereka.
"wesss ada apa ni? kok lo pada kek kakak ade gini. lengket amat" tanya alana kepada mereka ketika sampai dikelas.
"tapi kalo di pikir-pikir ni ya, muka kalian berdua mirip tau"
"eh iya ya? kok bisa HAHAHA"
"apaan sih lo pada? berisik amat". setelah duduk di bangkunya irene kembali mendapat pemandangan menyakitkan. Michael mencium pipi febby. ya Tuhan kuatkan aku. batin irene berdoa.
saat mengeluarkan buku fisika dari dalam tasnya, irene merasakan ada sesuatu yang mengalir dari hidungnya. Darah. Irene mimisan.
"ren! lo mimisan!" pekik kiki yang melihat irene. irene segera berlari. Dia mengangkat tangannya. menandakan 'dia bisa sendiri'.
sesudah membersihkan darahnya, irene menatap cermin di depannya.
"gue kenapa ya? kok jadi sering pingsan sama mimisan gini" setelah berpikir cukup keras dan tidak ada jawabannya, irene kembali kekelas.
<di lain tempat>
melihat ke arah jendela, ode tampak gelisah. jalanan di pagi hari memanglah sangat macet. hingga tiba disekolah gerbang sudah di tutup. bersamaan dengan itu ada seseorang yang juga terlambat seperti ode. Dia garry.
"eeh lo ode kan? lo telat juga?"
"hehe iya"
"truss sekarang? gimana?" garry bertanya dengan nada dingin.
"gue gatau"
"yaudah kita panjat aja ya gue gendong lu dulu terus sampe atas lo tarik gue" ode mengangguk.
saat berhasil masuk kedalam sekolah, ode dan garry sama-sama masuk kedalam kelas masing-masing.
"ode? kenapa kamu bisa telat?" tanya bu gina dengan sorot mata yang tajam.
"ehmm macet bu"
"alasan kamu klasik! sekarang kamu cepat bersihkan toilet selama pelajaran saya berlangsung." wajah ode menunjukkan wajah kepasrahannya.
saat hendak menuju toilet dia melihat garry juga berada disana sedang meyikat lantai toilet pria.
"garry? lo di hukum juga?" garry mengangguk. tanpa banyak basa basi, ode mengambil sikat lalu ikut menyikat wc wanita yang kebetulan bersebrangan dengan toilet pria.
setelah 30 menit bergumul dengan toilet, ode dan garry menghentikan aktifitas mereka.
"de, ikut gue yuk kita ke kantin. lo laper sama haus kan?"
"yaudah boleh yuk" . sesampainya di kantin mereka berdua memesan makanan yang akan menghilangkan lapar dan dahaganya.
selama garry melahap baksonya, tak henti-hentinya ode memandang wajah rupawan garry. memandang matanya yang sayu namun cool. Dan tersenyum-senyum sendiri.
"ehmm lo kenapa ngeliatin gue gitu?" tanya garry yang merasa ada yang memeperhatikannya.
"eh gapapa" jawab ode gugup.
setelah kenyang dan puas dengan makanan mereka, garry dan ode memutuskan pergi ke taman untuk menghabiskan waktu yang ada sampai istirahat berakhir. secara tidak sadar, garry menarik tangan ode, menggenggamnya hingga ke taman. Ode merasa seperti ada kupu-kupu yang menggelitik perutnya.
YOU ARE READING
Snatch Love
Teen Fiction" seperti hujan yang pergi meninggalkan pelangi, seperti malam yang pergi menyisakan pagi, seperti mentari yang pergi digantikan bintang, seperti itu pula diriku yang akan pergi menintipkan bahagia. " -Irene (snatch love)