Tiba-tiba lewatlah seseorang yang alana kenal. Leo, kekasihnya. Leo berjalan bersama keysha. Irene yang mengikuti arah mata Alana pun kaget melihatnya. Sebagai seorang sahabat, irene juga merasakan seperti ada sebuah luka di hatinya. Entahlah batin seorang sahabat sangat kuat. Gue tau lo kuat al! Guman Irene sambil menatap miris sang sahabat.
"Ehmmm makanannya di makan yukk" ajak irene mencoba mencairkan suasana. Alana langsung beralih ke nasi goreng di hadapannya dan mencoba menghapus air matanya.
"Al! Bagi gue yak baksonya" berusaha menghibur alana, irene sengaja menggodanya.
"Ah elu kek monyet kelaperan aja rene"
"Serah lo al serahh adek lapar" senyum muali menyungging di bibir alana.
Gabisa gue biarin pokoknya pulang sekolah gue harus ngomong sama leo! Liat aja lo udah buat alana kek gini! Abis lo! Gerutu irene dalam hati.
<bel pelajaran> "guys balik yukk udh bel nih ntar bu era marah lagi"
"Iye iye buruan gue belum ambil buku biologi lagi dari loker!" Vio menepuk jidatnya.
Saat Kiki berada di ambang pintu, Natan menahaannya, "yang rajin ya belajarnya! Nanti kalo ada pr yg susah tanya aku aja" ucap Natan sambil mengusap pucuk kepala kiki. Kiki hanya tersenyum dan langsung masuk ke kelas.
<skip pulang sekolah>
Irene yang sudah tidak sabar langsung menuju ke lapangan basket. Untuk menemui leo. Natan yang melihat irene datang ke arah mereka, langsung menanyai kiki. "Eh elo rene.. Kiki mana? Ga bareng?" Tanyanya.
"Gak gue sendiri liat leo gak?" Tanya irene langsung.
"Tuh di bawah pohon ngadem sama kesha" tunjuk natan dengan dagunga mengarah ke tempat leo berada.
Sialan tuh anak! Gatau malu! Lagi lagi irene geram di buat leo. Tak perlu basa-basi, irene mendatangi leo dan menarik baju basket leo yang sedikit basah tsb.
" heh lo! Manusia gatau diri! Cowok brengsek! Lo tuh ya! Cowo apa banci? Bisanya mainin cewek!" Wajah irene memerah.
"Wait..wait.. Apa-apaan lo datang datebg main narik baju gur udah gitu ngatain gue brengsek! Apasih? Gue gangerti!"
"HALAH LO GAUSAH NGELAK LAGI! Nanti sore temuin gue di cafe depan!" Irene pergi berlalu dengan tangan mengepal dan nafas yang ter engah engah. Itulah irene, hatinya akan selembut sutra jika semua baik baik saja namun dia akan sekuat baja bila semua 'tidak' baik-baik saja.
Irene pun kembali bergabung bersama teman-temannya di parkiran.
"Lo tuh ya! Lama banget taugak gue ampe gosong kek pantat panci" omel vio.
"Udah elah naik langsung aja ke mobil" dan aurel langsung menyetir mobilnya.
Selama di perjalanan alana terlihat gelisah dan terus menatap keluar jendela.
<skip>
Setelah bersiap-siap, irene bergegas menuju cafe tempatnya dan leo akan bertemu. Dan sampailah ia didepan sebuah cafe tempat para anak remaja berkumpul.
"To-the-point aja. Lo mau ngapain ketemu sama gue?" Tanya leo dengan wajah kusutnya.
"Gue mau nanya, lo sebernanya sayang gak sih sama alana? Cinta gak sih?" Tanya irene dengan wajah yang mulai gemas melihat leo.
"Ci..cin..cinta kok! Emang kenapa?" Tanya leo.
"Terus kenapa lo jalan bareng sama keysha dan lo nyakitin alana bego!" Emosi irene memuncak.
"Ya gur terpaksa.."
"Terpaksa kata lo? Dengan muka bahagia lo bilang terpaksa? Hellooo coba lo jelasin ke gue!" Pinta irene.
"Jadi, bokap sama nyokap gue jodohin gue sama keysha dan gue gamau. Gue udh coba berkali kali yakinin mereka kalo gue cuma cinta sama alana! Tapi mereka bilang tolong bahagiain keysha, karena... Umurnya gak akan lama" leo menunduk.
Irene tidak percaya dan memasang muka cengonya. "What??!! Maksud lo keysha kenapa?"
"Keysha kena kanker ganas rene". Tak terasa tetesan air mata irene mulai membasahi pelupuk matanya.
"Tolong sampein maaf gue sama alana ya" pinta leo sambil tersenyum tulus.
"Pasti! Karena gue tau ini semua yang terbaik buat keysha. Bilang juga sama keysha supaya tetap semangat ya.." Ucap irene sambil menepuk bahu leo. Lalu pulang dengan perasaan yang mulai mereda mendengar semuanya.
<skip besok>
Terik mentari mulai menyusup di celah celah tirai Irene. Jam yang berdering membangunkan irene dari tidurnya. Tak sabar ingin menjelaskan semuanya pada Alana. Irene terlalu semangat.
"Maa Irene pamit ya" kata irene setelah mencium tangan mamanya.
(Sekolah)
Menyusuri koridor sekolah menuju kelas, irene melihat jeremy datang kepadanya. "Rene!" Panggil jeremy.
"Apaan jer?"
" jadi gini...." Jeremy mulai membisikkan sesuatu kepada irene. Lalu irene tersenyum manis ke jeremy. Sekarang dia tau kenapa akhir-akhir ini aurel selalu murung dan tampak sedih. Segera dia melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
Meletakkan tasnya di atas meja lalu mulai membaca novel kesukaan irene. Tiba-tiba saja, seorang pria memutar bangku di depan irene agar bisa menghadapnya. "Eh lo rii, kenapa?"
Namun Ari hanya memandangi wajah Irene sambil tersenyum manis.
"Heh gila ya lo?!" Tanya irene sambil mengayunkan tangannya di hadapan wajah Ari.
"Rene lo mau gak...........Tbc...
YOU ARE READING
Snatch Love
Teen Fiction" seperti hujan yang pergi meninggalkan pelangi, seperti malam yang pergi menyisakan pagi, seperti mentari yang pergi digantikan bintang, seperti itu pula diriku yang akan pergi menintipkan bahagia. " -Irene (snatch love)