Malam ini, derasnya suara hujan membuat Nayeon tidak bisa tidur untuk mengistirahatkan pikiran dan badannya sejenak. Tapi sudah lama juga dia tidak pernah menyaksikan hujan seindah dan sesejuk ini. Dia menatap keluar lewat jendela apartemennya seperti menanti sebuah pelangi datang menghiasi langitnya. Padahal mana mungkin itu terjadi di malam hari, tapi kemudian dia menyelimuti dirinya dengan selimut kesayangannya yang dia dapat dari seseorang yang pernah bersamanya dulu. Dengan terus menatap hujan, dia duduk di sana sampai keadaan membawanya ke dalam tidurnya.
Bagi Nayeon, masa lalu itu adalah sebuah hadiah dari Tuhan yang selalu diberikan kepada ciptaanNya, Manusia. Nayeon tidak pernah ingin menyesalinya, tapi tidak juga ingin berada berlama-lama di sana. Terutama lagi, masa lalu Nayeon yang separuh bagiannya diisi oleh seseorang yang sebenarnya tidak bisa dia lupakan. Mengingat seseorang itu saja seperti ada kekuatan yang terpancar, merambat menembus jarak dan waktu menghampiri Nayeon yang sedang sendiri.
Seseorang itu sebenarnya tidak menyakiti Nayeon, hanya saja dia menghilang begitu saja, dan sejak itu Nayeon kehilangannya dan hidupnya seperti redup seketika sampai saat ini. Dia juga tidak ingin berlama-lama hidup terbelenggu dengan ingatan akan seseorang yang sebenarnya sudah pergi dari hidupnya. Nayeon berusaha mengalihkan pikirannya dengan melakukan hal-hal yang dia sukai seperti mengajar menari untuk anak-anak, karena dia bisa menari, dia memanfaatkan itu untuk mengisi waktunya.
Nayeon memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Gongchan. Hanya saja kakaknya itu tidak tinggal bersamanya, karena dia sedang berada di Jepang sebagai seorang komposer lagu. Gongchan hanya bisa menemui Nayeon disaat-saat tertentu, seperti libur nasional atau karena dia mengambil cuti. Hal itu seringkali membuat Nayeon sangat merindukan Gongchan untuk ada bersamanya. Tetapi, dia tidak akan membuat dirinya terkesan kesepian, dia juga akan terus menunggu kakaknya untuk pulang padanya.
****
Sudah dua minggu sejak kedatangan terakhir Mina, teman Nayeon, ke apartemen Nayeon untuk mengunjunginya, akhirnya dia datang juga. Mina baru saja kembali dari rumah orang tuanya di Suncheon. Mina datang dengan membawakan beberapa buah-buahan kesukaan Nayeon. Mina adalah teman dekat Nayeon sejak mereka TK. Bagi Mina, Nayeon sudah seperti adiknya sendiri. Mina kehilangan adik perempuannya saat dia berumur delapan tahun, karena saat itu adik Mina tenggelam di pantai, tempat Mina dan keluarga sedang berlibur. Dia merasa bahwa dia lalai menjaga adiknya, dan dia tidak akan mengulanginya lagi, kepada Nayeon.
"Nayeon-ah!" Mina mengetuk pintu apartemen Nayeon pagi itu. Namun setelah diketuk, Nayeon tidak kunjung membukakan pintu. Akhirnya, Mina memutuskan untuk langsung masuk dan mengecek keadaan Nayeon.
Mina mendapati Nayeon masih tertidur di posisi duduknya sedari malam itu. Dengan terbungkus selimut tebal warna coklatnya, Nayeon terlihat sedikit pucat. Dia menyanggah kepala dengan tangannya, dan kemudian dia mengigaukan nama seseorang 'Himchan.. Himchan..' dengan suara sedikit parau.
Mina meletakkan barang bawaannya dan kemudian menghampiri Nayeon, sehingga itu membuat Nayeon terbangun.
"A-ah, Mina-ssi.. mianhae, aku tidak membukakan pintu untukmu," kata Nayeon sesaat setelah dia menyadari keberadaan Mina disana, dan dia segera membereskan selimutnya.
"Gwaenchanha," kata Mina sembari duduk di samping Nayeon. "Kau terlihat pucat, apa kau sedang demam?" lanjutnya, kemudian Mina meletakkan tangannya ke kening Nayeon untuk pengecekan suhu badan.
"E-eh? Aniya, aku baik-baik saja, eonni," Sahut Nayeon sambil membiarkan Mina melakukan pengecekan terhadap dirinya itu.
"Kau bahkan tidak merasakannya sendiri. Kau sedang demam, kalau begitu aku akan membuatkanmu bubur dan teh hangat, arasseo?" kata Mina seraya beranjak dari tempatnya dan mulai membuatkan semangkuk bubur dan secangkir teh untuk Nayeon.
Nayeon merapikan selimut dan setelah itu dia ingin membantu Mina. Di dalam tidurnya semalam, Nayeon tidak bermimpi apapun, sekalipun dia sudah menginginkan Himchan hadir di sana. Tapi semuanya tidak terjadi. Nayeon masih dan akan terus berusaha melupakan semua tentang Himchan. Hidupnya tidak boleh berhenti pada satu orang saja. Sebisa mungkin Nayeon harus sudah menganggap Himchan tidak lagi tinggal di dalam hatinya. Tapi Nayeon belom juga ingin mencari pengganti Himchan.
Setelah Nayeon membasuh muka dan menggosok giginya, dia menghampiri Mina di dapur. Bubur buatan Mina adalah yang paling enak sejauh ini menurut Nayeon. Karena yang dia tahu, saat Mina memasak, dia selalu menggunakan perasaan, jadi apapun masakannya, rasanya selalu enak. Terkadang Nayeon membayangkan dia menjadi seperti Mina. Selain cantik, Mina juga bersifat keibuan. Kalau saja Nayeon terlahir sebagai seorang lelaki, dia pasti akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadikan Mina pasangan hidupnya.
Bubur buatan Mina akhirnya tersaji rapi di atas meja didekat tempat tidur Nayeon. Dua bubur dan teh hangat pagi itu menjadi sarapan lezat untuk Nayeon dan Mina. Biasanya Nayeon akan melewatkan sarapannya, dan dia baru akan makan saat makan siang tiba. Saat menyantap makanannya pun Nayeon tidak lupa berharap bahwa, kakaknya, Gongchan, berada di sini dan makan bersama-sama.
"Ngomong-ngomong, tadi kau mengigaukan nama Himchan. Kau masih belum tahu bagaimana kabarnya dan dimana dia?" tanya Mina setelah dia menyelesaikan suapan terakhir dari buburnya.
"Ne. Lagipula, aku ingin belajar untuk tidak mengingatnya, eonni. Maksudku, apapun alasan dia pergi begitu saja dariku, aku hanya berharap keputusan itu baik untuk dirinya," tukas Nayeon dengan jelas dan tegas.
"Ah, hmm.. padahal aku sendiripun penasaran, kenapa dia tiba-tiba menghilang," kata Mina sambil menatap keluar ke arah jendela. "Dia juga tidak memberikan kabar via ponsel, kan?"
"Tidak sama sekali," jawab Nayeon. "Kami juga sedang tidak bertengkar. Terakhir kami bertemu adalah saat dia menemaniku berlatih menari di tempat latihan. Kami baik-baik saja, bahkan dia masih bersikap hangat padaku," lanjutnya.
"Ya, anggap saja dia sudah tidak lagi memiliki hubungan denganmu, Nayeon-ah," Mina menepuk pundak Nayeon pelan. "Sekarang yang perlu kau lakukan adalah apapun itu asal baik untukmu. Arra?" tukasnya.
Nayeon semakin yakin untuk melupakan Himchan. Kepergian Himchan sudah terhitung setahun di hari ini. Mulai hari ini pula, Nayeon ingin seperti membuka lembaran baru untuk hidupnya; pekerjaan, kisah cinta, dan semuanya. Dia ingin menjadi Nayeon yang sebelumnya. Nayeon yang tidak ada habisnya untuk berbahagia. Karena terkadang ketika Nayeon bersedih, dia selalu mengingat ibunya yang juga selalu berkata padanya 'Jangan menangis, Nayeon-ku. Ibu akan selalu menjadi ibu perimu, Ibu akan menolongmu kapanpun kau membutuhkan Ibu. Jadilah seseorang yang dengan senyumnya akan menyembuhkan luka di setiap celah hati orang lain.'
Ibu Nayeon meninggal saat sedang mengantarkan Gongchan untuk tampil di sebuah acara. Saat itu pertama kalinya Gongchan tampil menyanyi di depan khalayak. Saat perjalanan pulang, sebuah truk menabrak Ibu Nayeon hingga tewas. Gongchan tidak tahu harus berkata apa pada ayahnya dan Nayeon, tapi akhirya dia melakukannya. Ayahnya yang terpukul akibat kepergian istrinya yang mendadak, membuat dirinya menderita suatu penyakit. Ayah Nayeon positif menderita alzheimer – jenis demensia paling umum yang awalnya ditandai oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa – hal tersebut membuat Gongchan dan Nayeon akhirnya memindahkan ayah mereka ke rumah bibinya di Seongnam, Gyeonggi, Korea Selatan. Nayeon berharap dia akan bisa mengunjungi ayahnya bersama Gongchan setelah ini. Karena selama ini, Nayeon selalu pergi sendirian, begitu juga dengan Gongchan.
Setelah membereskan semuanya, Mina akhirnya berpamitan pulang kepada Nayeon. Nayeon juga sudah ada janji dengan anak-anak untuk latihan pada pukul 10 AM, jadi dia ingin bersiap-siap.
Hari ini, aku sudah menggambarkan kembali senyum itu pada wajahku, Bu. Terimakasih sudah selalu menyuarakan suara lembutmu di hati dan pikiranku, kata Nayeon dalam hati sambil menutup tirai jendela apartemennya.
****
YOU ARE READING
U GOT ME [FanFiction]
Fiksi Penggemar"Aku juga terkejut sejujurnya, terkejut aku bisa seperti ini dan disebabkan oleh seorang kau. Beberapa bulan yang sudah berlalu merupakan bulan-bulan untuk bisa menyayangimu apa adanya. Belajar untuk membiarkan rasa berjalan dengan caranya sendiri...