-005-

419 88 16
                                    

Operasinya berjalan selama tiga jam sejauh ini. Entah karena luka yang dialaminya cukup parah atau bagaimana, yang jelas Nayeon masih mengkhawatirkan keadaan lelaki itu. Tidak lama kemudian, dokter yang menanganinya keluar ruangan operasi dan mendatangi Nayeon.

"Anda adalah keluarganya?" dokter itu bertanya.

"A-ani. Aku adalah temannya." Kata Nayeon terpaksa berbohong.

"Hmm, syukurlah kau segera membawanya. Dia hampir saja kehilangan nyawanya." Dokter itu menjelaskannya sambil memegangi kedua pundak Nayeon. "Luka tusuknya lumayan dalam, dan dia kehilangan cukup banyak darah. Tapi, untungnya rumah sakit kami masih memiliki persediaan." Tukasnya.

"Terimakasih sudah menolongnya, sonsaengnim." Kata Nayeon lega dan membungkukkan badannya. Kemudian dokter itu pergi.

Setelah beberapa menit, Chansung akhirnya sampai juga. Dia segera saja menanyakan informasi pasien yang baru masuk beberapa jam lalu kepada bagian informasi, dan dia pun menuju keruangannya.

Tanpa mengetuk pintu, Chansung langsung berhambur masuk kedalam ruangan. Dia mendapati Nayeon tertidur sambil duduk disamping lelaki yang terbaring lemas, dan tampaknya sangat berantakan. Chansung berjalan sangat pelan sampai tak bersuara, karena dia tidak ingin membangunkan Nayeon. Nayeon terlihat sangat lelah saat itu. Chansung mendekati Nayeon dan berlutut didekatnya.

"Kenapa kau begitu mengkhawatirkan pria ini?" kata Chansung dengan lembut sambil mengusap pipi Nayeon pelan. "Kau sangat mahir membuat orang khawatir, rupanya. Tapi, aku bangga padamu, Nayeon-ah." Entah apa dan bagaimana perasaan Chansung, tapi dia langsung mencium kening Nayeon. Chansung juga melepaskan jaket yang dikenakannya untuk ditakkannya diatas tubuh kecil Nayeon.

Setelah beberapa menit Chansung tinggal, akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum dia bisa pergi meninggalkan tempat itu, Chansung mendengar ponsel Nayeon berdering. Chansung mengambilnya dan melihat bahwa ada kotak suara dari seseorang bernama 'Gongchan Oppa'.

Ya! Eodie? Aku mencoba menghubungimu, tapi kau tidak menjawabnya. Akhirnya aku pergi menginap untuk semalam saja di sebuah hotel yang dekat dengan bandara. Semoga kau baik-baik saja. Aku mencintaimu.

Setelah mendengarkan kotak suara itu, Chansung berasumsi bahwa Gongchan itu adalah kakak Nayeon. Dan sepertinya Nayeon sudah berjanji akan mejemputnya di bandara, namun keadaan yang baru terjadi membuatnya tidak bisa menepati janji.

Chansung meletakkan ponsel Nayeon kembali ketempat semula dan pergi dari sana. Chansung juga merasa lelah, jadi dia memutuskan untuk langsung tidur setelah sampai dirumahnya.

****

Keesokan harinya, saat pagi-pagi buta, pukul 4 pagi Nayeon terbangun dari tidurnya. Dia mendapati dirinya tertidur disebelah lelaki asing yang belum diketahui namanya itu, ditambah jaket yang menyelubungi dirinya. Nayeon segera mengambil jaket itu, dan mencium harumnya. Indra penciumannya itu mengarah pada Chansung, seperti 'Ya Chansung memang selalu harum begini. Aku menyukai laki-laki dengan bau yang begitu'. Nayeon melipat dengan rapi jaket itu.

Dilihatnya jari jemari lelaki itu bergerak perlahan. Sontak Nayeon langsung menggenggam tangan lelaki itu. Disamping Nayeon merasa lega dan senang karena lelaki itu sudah sadar, Nayeon juga merasa takut kalau lelaki itu berteriak minta tolong , karena mereka berdua jelas tidak saling kenal.

"K-kau sudah sadar. Syukurlah.." tanya Nayeon yang masih menggenggam tangan lelaki itu. "Pasti masih terasa sakit, ya?" lanjutnya dengan cemas.

"N-nuguseyo?" lelaki itu balas bertanya. Suaranya masih sedikit parau dan terdengar sangat pelan.

"Ah, mian. Aku Nayeon."

"Ah, aku ingat. Kau wanita yang aku temui di taman tadi, kan?" kata lelaki itu sambil berusaha bangun. "Jeongmal apeuda!" dia mengernyit kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Kau sebaiknya berbaring saja, jangan memaksakan diri untuk bangun," tukas Nayeon sambil merapikan selimut si lelaki itu. "Omong-omong, karena kau sudah sadar, sebaiknya aku pergi. Lagipula, ada baiknya jika keluargamu yang berada disini." Lanjutnya sambil bangkit dari duduknya.

"Jamkkanman-yo!" seru lelaki itu. "Namaku Jinyoung."

Nayeon berbalik untuk menatap Jinyoung. Dia berjalan lagi mendekatinya. Dia juga sebenarnya tidak tega meninggalkan Jinyoung sendirian untuk saat ini. Lagipula, soal keluarga yang menunggu, seharusnya mereka sudah disini sekarang.

"Aku sedang tidak tinggal dengan siapapun, jadi aku tidak memiliki keluarga disini." Kata Jinyoung sambil memandangi Nayeon. "Maukah kau tinggal untuk sementara?"

"Ne, geurae." Nayeon kemudian kembali duduk ditempat duduk disamping tempat tidur Jinyoung.

"Terimakasih karena sudah menolongku, ditambah lagi kau menjagaku."

"Itu bukan apa-apa, Jinyoung-ssi." Ujar Nayeon sambil mengusap perut Jinyoung dengan lembut. "Kau harus cepat sembuh, arra?" kemudian Nayeon tersenyum.

Jinyoung akhirnya menceritakan tentang bagaimana dia bisa terluka. Luka di perut Jinyoung adalah hasil tusukan pisau yang dilakukan oleh perampok siang itu. Saat dia sedang asik berlatih menari disebuah lapangan, tiba-tiba saja dia dipaksa untuk menyerahkan uangnya kepada perampok itu. Jinyoung menerima luka tusuk itu saat akan memukul balik perampoknya. Tapi, untunglah dia bisa diselamatkan, walaupun tidak tahu berapa banyak jahitan yang diterimanya.

Nayeon dan Jinyoung terus berbincang-bincang. Bahkan saat sudah tibanya bagi Jinyoung untuk sarapan, Nayeon masih disana dan menyuapinya. Jinyoung juga mengatakan bahwa dia sangat menyukai ayam goreng, karena kondisi Jinyoung yang masih belum stabil, Nayeon tidak berani menuruti keinginannya untuk makan ayam goreng. Mereka juga bercanda, Nayeon juga menceritakan kepada Jinyoung mengenai pengalamannya menari, bahwa Nayeon juga memiliki seorang kakak laki-laki, dan itu mengingatkannya kepada janjinya untuk menjemput Gongchan.

"Aissh! Aku seharusnya menjemput dia kemarin malam." Kata Nayeon seraya buru-buru ingin pergi darisana.

"Oh, jinjja? Apa dia tidak berusaha menghubungimu?"

Nayeon memeriksa ponselnya, dan ada beberapa kotak suara yang masuk ke ponsel, salah satunya sudah terbuka. Dia curiga siapa yang membukanya. Tapi dari kotak suara lah akhirnya Nayeon tahu kalau Gongchan baik-baik saja. Dia langsung menghubungi Gongchan.

"Yeoboseyo?"

"Oppa! Mianhaeyo." Kata Nayeon.

"Hey! Meminta maaf untuk apa? Lagipula kekasihmu yang menjemputku malam itu. Aku sudah berada di apartemenmu." Tukas Gongchan.

"A-apa kau bilang?!" kata Nayeon terkejut. "Kekasih? Aku tidak memiliki seorang kekasih oppa. Hmm.."

"Ah sudahlah, cepat pulang, ok?"

Sebelum Nayeon bisa mengatakan apapun, Gongchan sudah mematikan ponselnya terlebih dulu. Kekasih? Apa yang dia maksud itu adalah Chansung? Nayeon bertanya-tanya dalam hati.

"Kekasih? Apa kekasihmu mencarimu?" kata Jinyoung tiba-tiba.

"Eh? Tidak. Aku tidak memiliki kekasih."

"Jeongmal?"

"Mmm," Nayeon mengangguk, dan dia meraih jaket milik Chansung. "Jinyoung-ssi, mian, aku harus pulang. Besok aku akan mengunjungimu lagi, ok?" lanjutnya sambil bersiap untuk pergi.

****

U GOT ME [FanFiction]Where stories live. Discover now