Nayeon nyaris saja terlambat beberapa menit setelah kemacetan di jalan yang dia lalui. Tapi kaki-kakinya yang kuat untuk berlari akhirnya membawanya sampai ke tempat latihan. Dia segera menuju ke ruangan, menghampiri anak-anak didiknya. Sambil meletakkan tasnya ke meja, Nayeon melepaskan coat yang dikenakannya.
Selain menari, hal yang membuat Nayeon bahagia adalah kehadiran anak-anak didiknya. Anak-anak itu ketika bersemangat, ketika berselisih paham, dan tertawa, semua hal itu membuat Nayeon tidak memikirkan masalah yang dialaminya. Nayeon tidak pernah ingin menangis di depan publik, bisa dikatakan dia adalah gadis yang kuat. Baginya membagi masalahnya ke depan publik adalah hal yang tidak penting. Karena masalahnya adalah hanya urusannya dan masalah itu sendiri. Maka dari itu, Nayeon memilih jika harus menangis, dia akan menangis pada dirinya sendiri.
Satu per satu akhirnya anak-anak didiknya memasuki ruang latihan. Anak-anak yang semakin tumbuh besar ini membuat Nayeon selalu ingin melakukan yang terbaik, dan mereka berasal dari Sunhwa Arts School. Nayeon dipercaya oleh pemilik tempat latihan dan guru Sunhwa Arts School untuk membimbing anak-anaknya menari untuk penampilan mereka di perpisahan sekolah nantinya. Setelah semua anggota lengkap, Nayeon akhirnya memulai latihannya.
Tokyo, Japan
Gongchan hari ini sedang tidak ada kesibukan, jadi dia memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe – Brooklyn Pancake House – yang berlokasi di Shibuya-ku, Tokyo, Jepang. Baru hari ini dia merasa terbebas dari segala hal yang menyibukkan dirinya, lagipula dia juga sedang ingin menyantap pancake yang ditaburi dengan strawberries dan blueberries, ditambah dengan sirup maple. Pancake yang memang sangat sering dimakan oleh Gongchan saat di Tokyo adalah salah satunya pancake yang berada di cafe itu.
Gongchan tidak begitu saja bisa menjauhkan dirinya dari kebiasaan membuat lagu. Dengan membawa beberapa alat tulis dan bukunya, dia ingin menggarap separuh lirik sambil menikmati pancake. Sudah hampir dua tahun Gongchan melakukannya. Bukan waktu yang sebentar sampai akhirnya dia menjadi komposer lagu yang terkenal. Dia bahkan masih mengingat saat pertama kali dia tampil menyanyi di depan khalayak, dan pada hari itu juga dia kehilangan Ibunya. Keluarganya akan tetap menjadi orang-orang pertama di balik kesuksesannya.
Sesampainya di cafe itu, Gongchan akhirnya mengambil tempat yang paling nyaman baginya, yaitu di sudut di dekat jendela. Cafe yang bergaya kebarat-baratan – ala New York – membuat suasananya bertambah indah. Setelah memesan makanannya, Gongchan jadi teringat dengan Nayeon, adiknya. Bagaimana tidak, dia terakhir bertemu dengan Nayeon saat di bandara. Saat itu hanya Nayeon yang menemani kepergiaan Gongchan ke Jepang. Sembari menunggu pesanannya datang, dia akhirnya menghubungi Nayeon.
"Yeoboseyo," kata Nayeon. "Oppa."
"Ah, ye yeoboseyo, Nayeon-ah," seru Gongchan. "Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu. Aku nyaris melupakanmu – eh, tidak aku hanya bercanda," tambahnya sambil tertawa kecil.
"Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu, oppa?" kata Nayeon sambil pergi keluar ruangan latihan agar keramaian anak-anak didiknya tidak mengganggu teleponnya dengan Gongchan. "Ya! Awas saja kau berani melupakanku," ancam Nayeon.
"Kabarku? Bisa kau terka sendiri, kan? Tapi hari ini aku sedang tidak sibuk – oh, kau sedang di tempat latihan rupanya? Ah, si sexy and cute Nayeon akhirnya kembali."
"Obviously! – ah, kau tidak ingin mengunjungiku ke Seoul? Kerinduanku terhadapmu hampir membuatku mati setiap harinya, oppa. Cepatlah kemari, arra?" pinta Nayeon terdengar memelas.
"Geurae. Kurasa tidak lama aku akan pergi kesana dengan menghabiskan jatah cutiku. Kalau kau harus mati karena rindu itu, matilah di dalam pelukanku, agar aku bisa melihatmu dan memelukmu, bahkan melepaskanmu dengan senyum."
Nayeon menitikkan air mata. "Aku akan melakukan hal yang serupa – Oppa, aku harus kembali latihan, jaga dirimu baik-baik. Saranghae!"
"Ne. Nado saranghae!" seru Gongchan, kemudian terdengar Nayeon sudah menutup ponselnya.
Gongchan merasa damai setiap kali mendengar suara Nayeon. Setelah kepergian Ibunya, hanya Nayeon lah sosok perempuan di hidup Gongchan, yang paling berharga. Bahkan, Gongchan kerap kali mengatakan kepada teman-temannya kalau Nayeon adalah kekasihnya, karena Gongchan nampak begitu romantis terhadap Nayeon. Dan begitupun bagi Nayeon. Nayeon masih menempatkan Gongchan di tempat pertama sebagai lelaki paling romantis menurutnya. Kedekatan ini yang tidak ingin Gongchan akhiri. Kalau bisa selamanya dia rela melajang, tapi tidak juga – Gongchan ingin memiliki pasangan hidup, tapi dia juga tidak ingin mengabaikan Nayeon.
Separuh harinya akan dihabiskannya di cafe ini, sambil ditemani pekerjaan kesayangannya dan sepiring pancake kesukaannya.
Seoul, South Korea
"Terimakasih atas kedatangan dan kerja keras kalian!" seru Nayeon kepada anak-anak didiknya. Sambil membasuh keringatnya dengan handuk kecil, Nayeon menghampiri anak didiknya satu per satu kemudian memeluknya. "Sampai bertemu besok! Tetap semangat, mengerti?"
Setelah mereka semua sudah pergi, Nayeon mengambil pakaian gantinya, dan segera menuju ke ruang ganti. Hari ini dia benar-benar sudah melakukan yang terbaik. Dan dia akan terus melakukannya, mengingat Gongchan tidak lama juga akan segera mengunjunginya. Nayeon jadi memiliki semangat lebih untuk menjalani hari-harinya.
Saat akan pergi ke ruang ganti, dengan tidak sengaja dia menabrak seorang lelaki yang berjalan berlawan arah dengannya. Handuk dan pakaian yang dibawa Nayeon terjatuh, dan Nayeon segera memungutnya sambil berkata, "Mianhae!"
"Ah, Nan gwaenchanha – gwaenchanhayo!" balas lelaki itu sambil membantu Nayeon untuk membereskan kekacauan di sana, dan membantu Nayeon untuk berdiri.
Nayeon berdiri, kemudian langsung menatap ke arah lelaki itu. Dia merasa tidak pernah melihat lelaki itu ada di sekitar tempat latihan sebelumnya. Nugu? Nayeon bertanya-tanya dalam hati.
"Aku Chansung. Hwang Chansung," kata lelaki itu sambil memberikan tangannya untuk berjabat dengan Nayeon.
"O-oh, aku Nayeon. Im Na Yeon," balas Nayeon sambil menjabat tangan Chansung. "Omong-omong, kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu di tempat latihan ini sebelumnya."
"Oh, soal itu.. aku baru saja kemari. Aku diundang oleh pemilik tempat latihan ini untuk mengajar anak-anak dari Korea Kent Foreign School. Dia bilang anak-anak itu sedang membutuhkan pelatih, karena pelatih mereka sebelumnya baru saja pindah."
Bagaimana bisa aku tidak mengetahui kepindahan pelatih mereka? Kata Nayeon dalam hati. "Ah, begitu ya."
"Kau sedang ingin ke arah sana, kan?" kata Chansung sambil menunjuk ke jalan di belakangnya.
"N-ne. Annyeong," kata Nayeon sambil membungkukkan badannya, kemudian pergi ke ruang ganti.
Sebelumnya Nayeon belum pernah bertemu dengan seorang lelaki dengan postur besar dan (sepertinya) kuat seperti Chansung. Dia tidak membayangkan bagaimana terkesimanya anak-anak Korea Kent Foreign School saat dilatih oleh Chansung besok, terutama anak-anak perempuan. Tapi memang Nayeon pun mengakui kalau Chansung memiliki kharisma yang kuat. Nayeon bahkan sempat membayangkan, bagaimana indah bentuk tubuh Chansung, ditambah lagi dengan abs yang berada dibalik pakaiannya. Ketertarikan Nayeon pada pandangan pertamanya kepada Chansung hanyalah sebatas 'ketertarikan' biasa. Dia bahkan tidak merasa kupu-kupu sedang disana, saat dia bersama Chansung tadi.
Sebelum akhirnya dia pulang ke apartemennya, Nayeon pergi membeli beberapa sayur-mayur dan buah-buahan untuk persediannya di lemari es. Dia berencana akan membuat kimchi – kol acar pedas – untuk anak-anak didiknya, agar bisa dimakannya bersama saat istirahat. Kimchi adalah makanan pertama yang dibuatnya, bahkan setelah membuatnya, Nayeon tidak merasa percaya diri untuk membiarkan orang lain mencicipinya, termasuk Mina. Karena nyalinya tidak sebesar itu. Dia selalu khawatir kalau-kalau kimchi nya akan membuat orang yang memakannya merasakan sakit di perut mereka. Kalau sampai itu terjadi, Nayeon akan merasa sangat bersalah.
****
YOU ARE READING
U GOT ME [FanFiction]
أدب الهواة"Aku juga terkejut sejujurnya, terkejut aku bisa seperti ini dan disebabkan oleh seorang kau. Beberapa bulan yang sudah berlalu merupakan bulan-bulan untuk bisa menyayangimu apa adanya. Belajar untuk membiarkan rasa berjalan dengan caranya sendiri...