Lepure Cafe adalah sebuah kafe yang dapat membuat siapapun yang datang merasa bahagia. Kafe ini dihiasi dengan lampu-lampu redup berukuran kecil yang akan terlihat memesona saat malam hari, serta diletakkan lilin-lilin di setiap meja. Lepure Cafe ini juga merupakan kafe yang menyediakan menu makanan penutup Japanese-inspired, seperti Chocolate Roll Cake, Strawberry Short Cake, Cheesecake and Chocolate Tart dengan harga 5,000 won – 5,800 won/ S$5.60 – S$6.50. Kafe ini juga terletak di 1F 534-8 Sinsa-dong, Gangnam-gu.
Siang ini Lepure Cafe menjadi salah satu tempat yang akan dikunjungi Jinyoung dan Nayeon. Jinyoung yang sudah sering datang ke kafe itu merasa bahwa Nayeon harus mencobanya. Dia berulang kali mengatakan pada Nayeon bahwa kafe itu tidak akan mengecewakan pengunjungnya. Jinyoung dan Nayeon memilih untuk duduk di dekat jendela. Jinyoung kemudian memesan roll cake, homemade chocolate ice cream dan champagne sorbet. Sedangkan Nayeon hanya memesan roll cake with strawberries.
Beberapa saat setelahnya, menu yang mereka pesan pun tiba. Tidak disangka, ternyata memang menggiurkan. Nayeon tidak sabar menyantapkan roll cake strawberries itu ke dalam mulutnya. Jinyoung yang memperhatikan ekspresi Nayeon hanya bisa menahan tawanya.
"Bon appetit!" seru Nayeon yang sudah mengangkat garpu dessertnya tinggi-tinggi.
Di waktu yang bersamaan, Himchan akhirnya telah selesai menyantap menu makanan penutup terakhirnya itu, homemade milk tea ice cream dan champange sorbet. Dia beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi ke kasir untuk membayarkan pesanannya.
"Berapa semuanya?"
"7,300 won."
Sambil menunggu kembalian uangnya, Himchan melihat ke sekeliling, sambil memuji kafe itu berulang kali. Namun, saat matanya memandang ke arah seorang gadis yang duduk berada di dekat jendela dengan seorang pria, Himchan sedikit memicingkan matanya. Sepersekian detik dia merasa seperti mengenal gadis itu. Aku pernah melihatnya. Bahkan rasa ini tidak asing bagiku. Aku seperti pernah memiliki hubungan khusus dengan gadis itu, pikirnya dalam hati.
"Ini uang kembaliannya."
"Ah, ye, gomawo." Himchan kemudian berjalan keluar kafe, namun dia terhenti di dekat pintu masuk kafe itu dengan memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit.
Pria yang dilihat Himchan sedang bersama gadis itu tadi datang menghampirinya. "Gwaenchana??" tanya pria yang ternyata Jinyoung.
"N-ne.. aku baik-baik saja. Terimakasih," jawab Himchan sambil berusaha menyeimbangkan dirinya dan mulai pergi. Tidak lama setelah itu Jinyoung kembali dan melanjutkan makan siangnya.
"Apa yang terjadi pada pria itu, Jinyoung-ah?" tanya Nayeon seraya mengusap bibirnya dengan tisu.
"Dia bilang, dia baik-baik saja."
"Ah, begitu ya. Kuharap dia memang baik-baik saja."
****
Semilir angin mendatangkan hawa segar ke dalam pori-pori Himchan yang sedang terduduk di sebuah bangku taman Yeouido Hangang. Taman Yeouido Hangang adalah salah satu taman yang populer di sepanjang sungai Han. Terlalu banyak pengunjung setiap harinya. Di taman Yeouido Hangang ini juga seringkali menjadi tempat diadakannya acara tahunan di Seoul, Korea Selatan, diantaranya adalah the Yeouido Cherry Blossom Festival saat musim semi dan the World Fireworks Festival saat musim gugur.
Himchan menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku mantelnya dan terus memandangi langit. Andaikan benar bahwa mimpinya itu sebenarnya adalah kepingan kenangan sebelum Himchan hilang ingatan, sebisa mungkin dia tidak ingin terpaku dalam bayang kenangan itu. Sakit kepala yang baru dialaminya tadi membuat dia merasa bahwa semua hal yang pernah terjadi padanya sebelum kecelakaan itu memang terjadi di kota ini. Sejak kedatangannya di Seoul serta mimpinya itu, Himchan mulai merasa resah pada sesuatu yang bahkan tidak dia ketahui. Mungkin ini merupakan firasat yang tidak tergambar jelas, hanya dirasa sedang ditumbuk beban yang berat.
Himchan memejamkan matanya, seperti sedang melakukan meditasi untuk menghilangkan sebuah trauma. Tiba-tiba saja seseorang meneriakkan, "Ouch!" tepat di depannya. Sontak teriakan orang itu membuka mata Himchan dan pandangannya langsung mengarah pada seseorang itu. Dilihatnya seorang gadis itu terjatuh dari sepeda, namun anehnya dia menatap Himchan dengan mata membelalak dan seperti baru saja melihat hantu.
"Gwaenchana?" tanya Himchan seraya membantunya untuk berdiri. Himchan juga memastikan bahwa tidak ada luka di tubuh gadis itu dengan melihatnya dari atas kepala sampai kaki.
"K-kau.." kata gadis itu seraya mengedip-kedipkan matanya memandangi Himchan.
"Kenapa melihatku seperti itu?"
"Himchan?"
"Huh?" Himchan melepaskan genggaman tangannya dari tangan gadis itu dan kembali untuk duduk di bangku taman.
"Kenapa kau sampai di sini?"
"Ah, kau pasti Nana?"
Nana akhirnya berakhir di sana sambil menemani Himchan yang masih berusaha mencari tahu apa yang telah hilang darinya di kota Seoul ini. Namun, setelahnya Himchan teralihkan oleh serentetan cerita dari Nana mengenai dirinya. Nana menceritakan pada Himchan bahwa dia tidak percaya mereka bisa bertemu kembali. Lelucon yang dibuat Nana, meski beberapa dari lelucon itu terdengar membosankan, paling tidak Nana menenangkan pikiran Himchan sejenak.
"Hey, Himchan.. tersenyumlah. Sekalipun kau sedang meragu atau merasa pilumu tidak ada habisnya mendatangimu. Semoga apapun yang mencegah senyummu merekah itu berakhir," ujar Nana kemudian tersenyum. Nana beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sepeda kayuhnya.
"Kau akan kemana?" tanya Himchan.
"Aku harus pulang. Ada banyak hal yang harus kukerjakan. Hm, satu hal lagi.. aku tidak tahu bagaimana caraku menyampaikannya, tapi.. aku merasa lebih dari senang saat dipertemukan lagi denganmu. Sampai jumpa, Himchan. Annyeong!" Sesaat setelah Nana menundukkan kepalanya, dia pun perlahan hilang dari pandangan Himchan sore itu.
****
Tokyo, Jepang
Angin datang dengan hembusan yang begitu lembut dan matahari mulai naik ke permukaan, hingga cahayanya menembus jendela apartemen Gongchan. Gerakan debu di udara semakin membuat suasana pagi ini terasa begitu hangat. Terdengar pula suara-suara klakson mobil penduduk Tokyo di jalanan sana. Gongchan membuka matanya perlahan, dan kemudian menyadari bahwa gadis di sampingnya masih tertidur dengan pulas. Gongchan tidak langsung beranjak dari tempat tidurnya, dia memandangi Mina dari mata sampai bibirnya.
Gongchan mengecup kening mina sedikit lebih lama dari sebelumnya. Kulit Mina yang halus dan flawless telah membius Gongchan pagi itu.
"Harus kau tahu, Mina.. bahwa disini ada rasa rindu yang tetap kujaga dengan baik hingga rindu itu tahu kemanakah dia harus menuju semestinya, aku jaga dia dengan baik agar tidak sampai pada orang yang salah," ujarnya kemudian tersenyum.
Hari ini Gongchan harus kembali pada pekerjaannya sebagai komposer lagu. Setelah dia mandi dan menyiapkan sarapan untuk Mina, dia pun bergegas. Gongchan meninggalkan memo di meja makan,
Hey, gadis pelangi.. jangan lupa memakan ini untuk sarapanmu. Kau boleh tuliskan kritik dan saran tentang rasanya. I'll catch you later! Saranghaeyo – 공찬
Beberapa menit setelah kepergian Gongchan, Mina pun terbangun, dan sedikit terkejut dengan ketidakberadaan Gongchan di sampingnya. Dengan cepat Mina menguncir rambutnya, dan merapikan tempat tidur mereka. Setelah itu Mina mulai membersihkan ruangan lain di apartemen itu. Saat Mina berjalan melewati meja makan, dia menyadari sepiring nasi goreng telur buatan Gongchan tersaji rapi dan lucu dengan saus pedas bertuliskan nama korea Mina "미나". Tidak lupa juga dia membaca memo dari tunangannya itu.
"Aku harap, dimanapun kau berada dan apapun yang sedang kau lakukan, kau baik-baik saja, Gongchan. Oh ya, kau tahu? aku pun masih tak pernah mengira ternyata sepeduli ini kau padaku. Gomawo.. Jagiya." Mina menyantap sarapannya dengan lahap.
****
YOU ARE READING
U GOT ME [FanFiction]
Fanfiction"Aku juga terkejut sejujurnya, terkejut aku bisa seperti ini dan disebabkan oleh seorang kau. Beberapa bulan yang sudah berlalu merupakan bulan-bulan untuk bisa menyayangimu apa adanya. Belajar untuk membiarkan rasa berjalan dengan caranya sendiri...