"Jadi kau menolak diantar pulang sama Ali?" Nada suara Gritte meninggi mendengar cerita dari sahabatnya. Prilly menjawabnya dengan angukan kecil khas nya.
"Astaga Pril, kenapa kau tolak? Dia itu udah baik banget lagi mau nolongmu, eh mau dianterin pulang lagi"
"Aku tuh gak mau ngerepotin orang." Prilly memanglah tipe gadis yang tidak suka merepotkan orang-orang disekitarnya, apa lagi orang yang baru ia kenal.
***
Satu bulan telah berlalu...
Prilly sama sekali sudah tidak pernah bertemu Ali lagi, semenjak terakhir waktu itu mereka bertemu saat Ali menolongnya.Hari ini Prilly sedang duduk sendirian di sebuah cafe yang bernama 'Regenboog' sambil menikmati secangkir coklat panas dan ditemani roti bakar sebagai teman nya. Prilly melihat ke arah luar, menatap hujan yang turun. Langit juga terlihat sangat gelap suasana sudah tak seperti siang hari, malah lebih terlihat seperti sudah malam.
"Hai?"
Prilly menoleh menyadari panggilan itu ditunjukkan padanya, pada siapa lagi cafe ini sepi hanya dia yang berada disini? Prilly mendongakkan kepalanya, sekejap dia mengerjapkan matanya, seolah terkejut.
"Kamu?" Prilly mencoba mengingat siapa nama seseorang yang tengah berdiri tepat didepan nya. "Ali."
"Rupanya kau masih mengingatku, ku fikir setelah satu bulan tak bertemu kau sudah lupa padaku." Ternyata dia adalah Ali, seorang lelaki yang membuatnya penasaran dan yang sudah menolongnya.
"Aku tidak akan lupa padamu, apa lagi kau sudah menolongku waktu itu." Prilly tersenyum lebar.
"Boleh aku duduk di sini?"
"Silahkan."
"Kau sering ke cafe ini ya?" Ali memandang Prilly dengan tatapan matanya yang begitu tajam. Prilly malah melamun melihat Ali, tatapan mata itu mirip sekali dengan tatapan mata Varel, ya, Prilly masih ingat betul tatapan itu. Tapi mungkin itu hanya sekedar kebetulan saja.
"Hei, Pril, kau melamun?" Ali melambaikan tangannya didepan mata Prilly, yang melamun melihatnya.
"Maaf, tadi kau bilang apa?" Tanya Prilly ketika kesadarannya telah kembali.
"Apa kau sering ke Cafe ini?" Ulang nya sekali lagi.
"Aku baru kali ini mampir ke cafe ini, karena tadi hujan sangat deras dan akhirnya kuputuskan untuk mampir di sini. Kau sendiri?"
"Ini cafe favorite ku dan setiap hari aku kesini." Senyum Ali mengembang, lalu ia memesan secangkir coklat dan roti bakar kesukaan nya. Hah. Ini kebetulan sekali, Prilly juga memesan menu itu sebelum Ali datang.
Dan percakapan itu berlanjutlah. Di tengah hujan deras yang mengiringi di luar. Prilly terlarut bersama Ali. Entah kenapa jantungnya berdebar sangat kencang saat berada di dekat Ali, Prilly merasa hatinya terasa hangat,
entah kenapa. Sudah lama sekali dia tidak merasakan kehangatan ini, semenjak kepergian varel.***
Beberapa bulan telah berlalu, Ali dan Prilly sering bertemu dan menghabiskan waktu di cafe Regenboog dan memesan menu yang sama. Di iringi hujan yang tak terlalu deras, hanya rintik-tintik biasa.
Saat Prilly ingin mengambil ponselnya yang berada di dalam tas miliknya, tiba-tiba saja ia menemukan selembar foto di dalam tas nya.
"Varel." Gumam Prilly tanpa sadar cairan bening kembali membasahi pipi nya, lagi-lagi ia mengingat Varel. Padahal ia sudah sangat berusaha melupakan nya, apa mungkin Varel tidak ingin dilupakan?
"Varel? Siapa?" Tanya Ali saat melihat Prilly memegang foto Varel dan menangis.
"Dia kekasihku"
"Terus kenapa kau menangis? Apa dia menyakirimu?" Tanyanya lagi.
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Penasaran?
Jangan lupa
Vote😋
Vote😆
Vote😚
Setelah membaca👌
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi dari Hatiku
RomanceDunia seperti mempermainkan ku, mempermainkan kesedihan, dan mempermainkan cinta dalam hidupku. *** Di saat sebuah kenyataan pahit yang tak di inginkan terungkap!!! *** Yuk baca cerita Pergi Dari Hatiku, jangan lupa vote and add your library. Oke ok...