"Stop! Pev, kau harus sadar. Aku tidak bisa lagi bersamamu."
"Apa ini semua karena mata itu, dan gadis yang selalu hadir dalam mimpi mu? Jika aku tau kamu akan meninggalkan aku hanya karena mata dan gadis dimimpi mu itu . Lebih baik kamu tidak melihat selamanya. Aku menyesal Li!!!" Pevita berlari meninggalkan Ali yang kini diam mematung.
"Maafkan aku Pev."
***
Berhari-hari telah berlalu, Ali memutuskan untuk pergi mencari gadis yang berada dimimpinya itu. Berjam-jam ia menelusuri jalan-jalan yang berada di jakarta, tanpa sengaja saat dia sedang berteduh disebuah Halte Bus karena hujan deras. Ali sudah bisa merasakan kalau Prilly akan mencarinya, keesokan harinya mereka bertemu kembali dan saling berkenalan. Akhirnya berlanjut, hingga mereka sering bertemu di Cafe Regenboog dan menghabiskan waktu bersama.
Pertemuan-pertemuan mereka sering diisi dengan cerita Prilly, tentang kenangannya bersama Varel. Jelas itu semua membuat Ali merasakan cemburu, dimata Prilly, Varel lah lelaki yang paling sempurna yang berada di dalam hidupnya. Perasaan cinta yang Ali miliki sudah sangat besar pada Prilly. Namun yang di cintai hanya lah Ali, dan akan selalu seperti itu.
Flashback Off
***
"Kau benar-benar pergi Ali, apa kau marah padaku? Dengan semua yang ku katakan padamu waktu itu." Prilly duduk di halte itu, tempat dimana ia pertama kali bertemu dengan Ali. Hari ini juga hujan turun begitu lebat, seakan tau kesedihan yang ia rasakan saat ini.
Prilly tidak ingin mengakui kalau dirinya perlahan mencintai Ali, entah kapan perasaan itu mulai tumbuh. Mungkin karena pertemuan-pertemuan singkat mereka setiap harinya di Cafe Regenboog.
"Kau salah menganggap ku seperti itu"
Deg...
Suara itu? Suara Ali?
Prilly mendongakkan kepalanya melihat siapa yang tengah berdiri tepat di hadapannya."Ali." Dengan cepat senyuman bahagia mengembang dibibir tipis miliknya. Tanpa Prilly sadari ia langsung memeluk Ali. Beberapa detik kemudian dia tersadar dan melepaskan pelukannya.
"Maafkan a-aku, karena perkataan ku waktu itu. Sungguh aku tidak bermaksud menyuruhmu pergi dari hidupku, ak..." Belum sempat Prilly menyelesaikan perkataannya, jari telunjuk Ali dengan cepat mendarat di mulut Prilly.
"Aku yang seharusnya minta maaf, karena telah memaksamu. Aku janji tidak akan pernah memaksamu lagi." Mereka duduk berdua di halte tersebut.
"Terima kasih karena kau sudah mengerti aku, padahal aku sudah mengecewakanmu." Prilly menatap senduh ke arah Prilly, karena keputusan yang sudah membuat Ali kecewa.
"Tidak apa-apa, itu karena aku mencintai mu." Walaupun mencintai dan tidak dicintai, tapi entah kapan akan terbalas, Ali terus menunggu hingga suatu saat Prilly akan membuka hatinya untuknya.
"Maaf ya karena aku tidak bisa membalas cintamu."
Ali hanya membalasnya dengan senyuman khas miliknya, walaupun ia sulit menerima kenyataan kalau Prilly tidak akan mencintainya.
***
mungkin ini memang jalan takdirku
mengagumi tanpa dicintai
tak mengapa bagiku
asal kau pun bahagia dalam hidupmu, dalam hidupmutelah lama kupendam perasaan itu
menunggu hatimu menyambut diriku
tak mengapa bagiku
mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukkukuingin kau tau diriku disini menanti dirimu
meski kutunggu hingga ujung waktuku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
tuk ucapkan slamat tinggal untuk slamanya
dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap sajaAli merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya yang superempuk. Ia merasa senang karena bisa bertemu kembali dengan Prilly.
Gimana ceritanya? Semoga suka ya? Tunggu kelanjutan ceritanya ya!
Please, jangan lupa vote and add your library😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi dari Hatiku
RomanceDunia seperti mempermainkan ku, mempermainkan kesedihan, dan mempermainkan cinta dalam hidupku. *** Di saat sebuah kenyataan pahit yang tak di inginkan terungkap!!! *** Yuk baca cerita Pergi Dari Hatiku, jangan lupa vote and add your library. Oke ok...