"Dia sudah meninggal tepat di hari pertunangan kami." Prilly mencoba menceritakan tentang Varel pada Ali.
"Aku ikut bersedih atas kehilanganmu. Dia pasti lelaki yang baik, sehingga kau sulit untuk melupakan nya?"
"Iya, dia adalah segalanya bagiku. Dan akan selalu berada di dalam hatiku." Prilly menyimpan foto Varel di dalam tas nya.
Karena keenakan bercerita mereka sampai lupa kalau hari sudah larut malam dan cafe ini pun akan segera ditutup.
"Astaga!" Prilly menepuk kening nya. "Sudah malam, aku harus segera pulang."
"Biar aku mengantarmu pulang." Dengan cepat tangan Ali mengenggam tangan Prilly dengan erat. Prilly melirik tangan Ali yang mengenggam tangan nya.
"Maaf." Ali yang menyadarinya langsung melepaskan genggamannya.
"Ku mohon Pril, biarkan aku mengantarmu. Selama ini setiap kali aku ingin mengantarmu kau selalu menolak, lagi pula ini sudah larut malam. Aku takut terjadi hal yang tidak diingin kan terjadi padamu. Kali ini ku harap kau menerima ajakan ku."Prilly menarik nafas panjang. "Baiklah."
***
"Ini rumahmu?" Tanya Ali ketika laju mobilnya terhenti di sebuah rumah yang cukup megah dan terlihat mewah.
"Iya, kau mau mampir gak?"
"Lain kali saja, lagi pula sudah larut malam." Ali tersenyum lebar. "Sampai ketemu besok." Ali melambaikan tangannya dari balik kaca mobil nya, lalu melajukan mobilnya dengan cepat.
***
Keesokan harinya mereka bertemu kembali. Namun, kali ini mereka tidak bertemu di Cafe Regenboog. Melainkan disebuah taman, entah kenapa Ali menyuruh Prilly untuk menemuinya di taman ini.
"Setiap aku bersamamu aku selalu merasakan ke hangatan." Perlahan tangan Ali mengenggam kedua tangan Prilly dengan lembut.
"Aku juga merasakan hal yang sama. Ku harap kita bisa bersahabat seperti ini seterusnya."
Wajah Ali seketika memucat, lalu tersenyum miris. "Hanya sebagai sahabat? Aku mencitaimu Pril, lebih dari seorang sahabat."
"Apa! Kau tau Ali, aku gak bisa lebih dari itu." Prilly melepaskan tangannya dari genggaman Ali.
"Aku tau, apa karena Varel?"
"Stop!"
"Aku benarkan? Karena Varel? Ingat Pril, Varel sudah meninggal dia tidak akan pernah kembali lagi. Kalian sudah berbeda alam." Suara Ali sedikit meninggi.
"Varel belum meninggal bagiku, dia akan selalu berada didalam hatiku." Prilly mencoba menagan tagisan nya.
"Pril, kau harus belajar lupain Varel? Apa kau ingin seperti ini terus? Hidup Varel itu sudah berhenti, sementara hidupmu terus berjalan meninggalkanmu yang terus-terusan terkenang dan menangisi Varel."
"Stop! Stop!" Prilly kini menangis, ia tidak sanggup membendung air matanya.
"Kau harus sadar Pril? Varel mu itu sudah meninggal!!"
"Kau tidak berhak mengatur-ngatur hidupku."
"Aku memanglah tidak berhak mengatur-ngatur hidupmu tapi aku berhak menyadarkan mu." Semua pengunjung yang berada di taman itu berhenti beraktifitas dan kini mereka malah memperhatikan Ali dan Prilly yang sedang bertengkar.
"Kau sudah membuatku malu dengan pertengkaran ini, mulai detik ini jauhi aku! Aku tidak akan pernah ingin melihatmu lagi! Pergi dari hidup aku!!" Prilly pergi meninggalkan taman itu dengan diiringi hujan, seolah tau apa yang kini ia rasakan.
"Kau jahat Ali... kau jahat, ku fikir kau akan mengerti aku. Tapi kenyataan berkata lain, kau sama saja dengan yang lain nya." Prilly berhenti disebuah jembatan gantung tidak jauh dari lokasi taman itu. Ia sangat sedih mendengar kata-kata yang tidak ia harapkan keluar dari bibir Ali.
Bagaimana kah kelanjutan ceritanya? Apakah setelah pertengkaran ini mereka akan bertemu kembali? Atau tidak?
Penasaran?
Yuk VOTE and ADD YOUR LIBRARY👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi dari Hatiku
RomanceDunia seperti mempermainkan ku, mempermainkan kesedihan, dan mempermainkan cinta dalam hidupku. *** Di saat sebuah kenyataan pahit yang tak di inginkan terungkap!!! *** Yuk baca cerita Pergi Dari Hatiku, jangan lupa vote and add your library. Oke ok...