#Thirteen : Dinner

2.9K 172 1
                                    

Setelah sampai,  mereka berdua disambut oleh gadis manis berkebaya, sangat mooi indie sekali. Kemudian mereka berjalan menuju ruang utama, semacam selasar pendek untuk menuju ruangan utama. Terdapat ruang tunggu dengan sofa empuk yang sangat nyaman. Sementara di pojok kanan arah masuk terdapat ruangan kecil yang ternyata adalah khusus untuk tempat wine andalan di restoran ini. Restoran ini sangat indah dengan langit-langit tinggi dan pilar atas melengkung. Pada bagian atas terdapat lampu-lampu gantung dan beberapa kipas angin. Sementara nuansa di ruangan ini dibuat temaram, romantis sekali. Tidak hanya itu pada sisi belakang ruangan ini terdapat lukisan amat besar berukuran 9 x 4 meter yang menjadi daya tarik utama ruangan ini. Prilly yang melihat ke indahan restoran ini sangat kagum dan tersenyum-senyum sendiri, karena ini kali pertamanya menginjakkan kakinya di sini. Tidak lupa mereka mengabadikan moment ini dengan cara berfoto bersama.

Tapi ada satu hal yang aneh? Kenapa restoran sebagus dan sebesar ini sepi tak ada pengunjung satupun, kecuali dirinya dan Ali?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi ada satu hal yang aneh? Kenapa restoran sebagus dan sebesar ini sepi tak ada pengunjung satupun, kecuali dirinya dan Ali?

"Kenapa, kau tidak suka dengan tempatnya? Apa kita pindah ke tempat lain?" Pertanyaan Ali membuyarkan lamunan Prilly.

"Aku sangat menyukai tempat ini? Tapi, kenapa sepi, dan hanya ada kita disini?"

Ali tersenyum mendengar pertanyaan Prilly, Prilly benar-benar tidak mengetahui maksud Ali, atau dia berpura-pura tidak tau? Entah lah.

"Aku sengaja mem-booking tempat ini, khusus malam yang spesial ini. Aku hanya ingin ada kau dan aku."

Kemudian mereka duduk di salah satu kursi yang sepertinya sudah Ali persiapkan dari awal. Setelah itu seorang pelayan membawakan menu-menu andalan di restoran itu, menu andalannya mirip seperti masakan rumahan kesukaan Prilly.

Kemudian Dinner malam ini diiringi suara alunan musik yang romantis.

"Ada yang berbeda denganku kali ini, aku tidak bisa berbohong pada diriku sendiri. Aku mulai menyukai Ali lebih dari seorang sahabat." Batin Prilly. Ia sudah merasa yakin kalau dirinya telah jatuh cinta.

"Aku sangat senang melihatmu tersenyum seperti ini." Ali mengambil sesuatu pada saku celananya. "Ini." Sebuah kotak kado berbentuk ❤ ia sodorkan pada Prilly.

"Ini apa?" Sorotan mata Prilly penuh dengan pertanyaan.

"Kau buka saja."

Perlahan tangan Prilly membuka kotak berbentuk hati itu. Betapa terkejutnya Prilly saat membukanya, sebuah cincin.

"Ini untukku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini untukku?"

Ali menganguk perlahan. "Iya, tadi sebelum menjemputmu aku lewat di toko perhiasan dan aku membelikannya untukmu. Semoga kau menyukainya itu mungkin harganya tidak seberapa."

"Aku tidak pernah menilai orang dari harga barang yang ia berikan padaku, tapi dari hati nya."

Ali mengenakan cincin itu pada jari manis Prilly. "Aku ingin kau memakai cincin ini selamanya."
Mereka saling bertatap-tatapan, bertukar pandang penuh cinta. Ali merasakan sekujur tubuhnya seakan bernyanyi berada di dekat Prilly.

Ada satu hal didunia ini yang lebih indah dari pada 'Cinta'
Yaitu 'Kamu'. Aku hidup tanpa kamu, sama saja aku berjalan tanpa tujuan yang pasti, entah kemana kaki ini akan melangkah yang pasti jika ada kamu ada di samping aku. Aku tau harus melangkah dan berjalan kemana.

***

Hari ini Prilly berjalan-jalan sendirian, ia tidak bersama Ali atau Gritte, karena Ali hari ini sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Sementara Gritte dia lagi keluar kota bersama mamanya.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrak Prilly hingga membuatnya terjatuh, ternyata seorang gadis yang menabraknya. Gadis itu mengulurkan tangannya membantu Prilly untuk berdiri, dan Prilly membalas uluran tangan perempuan itu.

"Maaf, aku berlari terburuh-buruh dan tidak memperhatikan kalau ada orang di depanku."

"Tidak apa-apa." Prilly merapikan pakaiannya yang sedikit kusut akibat terjatuh.

"Apa ada yang luka, biar aku membawamu ke rumah sakit." Gadis itu terlihat cemas, takut kalau Prilly terluka olehnya.

"Tidak, aku baik-baik saja." Prilly tersenyum ke arah gadis itu.

"Sebagai rasa bersalahku, aku ingin mentraktirmu makan siang, ku harap kau tidak menolaknya."

Prilly menarik nafas panjang. "Baiklah." Kebetulan juga ada yang mengajaknya makan siang, dari pada jalan-jalan sendirian tanpa tujuan.

Setelah sampai di sebuah Cafe, yang ternyata Cafe yang sering ia kunjungi bersama Ali. Ia memesan menu, kali ini gadis ini yang memilihnya.

"Ohya, kita belum berkenalan. Namaku Vita."

"Namaku Prilly."

***

"Aaarrgghh" Pevita menghambur-hamburkan peralan make up yang berada di meja riasnya.

"Aku membencimu Pril, kau sudah merebut Ali dariku." Pevita meneteskan air matanya, mengingat kembali wajah Prilly yang sangat ceria seperti tak ada rasa sedih sedikitpun. Ia sudah bersenang-senang di atas penderitaan gadis lain.

#FLASHBACK

Setelah Ali meninggalkan Pevita di rumah sakit, keesokan harinya Pevita juga sudah bisa pulang dan harus rutin meminum obatnya.

Dan dia sengaja mengikuti Prilly hari ini saat sedang berjalan-jalan sendirian dan juga sengaja berlari dan menabraknya.

OFF

"Pev, kau kenapa? Apa yang terjadi?" Seorang lelaki tampan berlari kecil ke arah Pevita.

"Bryan." Pevita segera menghapus air matanya, ia tidak ingin jika Bryan mengetahui yang terjadi sebenarnya. "Ka-kau kenapa bisa ada disini? Dan kapan kau balik dari New York?"

#FLASHBACK

Bryan adalah sahabat Pevita sejak kecil, sejak kecil Bryan sudah menaruh hati pada Pevita, namun saat beranjak dewasa Bryan harus mengubur dalam-dalam perasaan nya pada Pevita, karena ia mengetahui kalau ternyata Pevita mencintai Ali, lelaki yang baru ia kenal. Pevita terlihat sangat bahagia bersamanya. Akhirnya Bryan memutuskan untuk pindah ke New York, dan berusaha melupakan Pevita dan merelakannya untuk Ali. 3 tahun kemudian, tepatnya hari ini Bryan kembali ke indonesia, karena ia merindukan Pevita, sungguh ia sangat sulit untuk melupakannya.

OFF

"Aku baru saja sampai, dan langsung ke sini menemuimu. Kau kenapa menangis seperti ini? Apa yang terjadi? Apa Ali menyakitimu?" Kemudian mereka duduk di atas sofa yang berada di kamar Pevita.

"Hubunganku dan Ali baik-baik saja." Pevita mencoba menutupi yang sebenarnya, ia masih berharap kalau Ali akan kembali ke pelukannya.

"Ku dengar pernikahan kalian batal? Kenapa?" Bryan menatap lurus-lurus ke arah Pevita.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Penasaran?
Yuk vote vote vote and add your library😙

Pergi dari HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang