#Nine : Kamu

3K 199 0
                                    

"Walaupun kau tak mencintai aku, tapi aku selalu bahagia saat kau bahagia." Ali tersenyum-senyum sendiri membayangkan jika hari itu Prilly menerima cinta nya.

"Ali."
Tiba-tiba saja lamunan Ali seketika buyar, akibat di kagetkan oleh suara teriakan seseorang. Ali menolehkan kepalanya, mendapati siapa yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Ada apa ke sini?" Ali berjalan menghampiri gadis itu, yang ternyata adalah Pevita.

"Aku mohon Li, kembali lah padaku? Aku tidak bisa hidup tanpa mu?" Pevita memegang tangan Ali seolah sangat memohon.

"Sekali lagi aku minta maaf, tapi aku sudah sering mengatakan kalau aku tidak bisa kembali lagi padamu." Mata Pevita sudah mulai berkaca-kaca seolah tak terima dengan apa yang Ali katakan.

"Tidak! Kau tega membuangku begitu saja, setelah beberapa tahun kita bersama. Kau tega Li, kau tegaaa." Pevita pergi dengan deraian air matanya, ia sungguh terpukul karena Ali.

***

"Sudah lama?" Tanya Prilly ketika mendapati Ali yang tengah duduk sambil meminum secangkir coklat hangat. Di Cafe biasa.

"Kurang lebih."

Kemudian Prilly memesan menu seperti biasa, apa lagi saat hujan-hujan seperti ini. Suasana akan semakin dingin.

Kemudian mereka berbincang-bincang hingga Prilly tertawa mendengar cerita lucu dari Ali.

"Hahahaha." Tawa Prilly, ia sangat ceria hari ini. "Sudah... sudah, seketika perutku menjadi sakit akibat tertawa."

"Baru kali ini aku melihatmu tertawa seperti ini." Senyum Ali mengembang merasakan apa yang kini Prilly rasakan. Memang sudah lama Prilly tidak tertawa seperti ini semenjak kepergian Varel, ia kadang tertawa hanya karena terpaksa. Tapi sekarang ia benar-benar tertawa bahagia.

"Ali, aku ke toilet dulu ya." Ali menjawabnya dengan angukan.

Beberapa detik kemudian tiba-tiba saja ponsel Ali, ia segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja dan melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.

"Tante." Pekik Ali sedikit kaget, ternyata mamanya Pevita yang menelphone nya, baru kali ini mama Pevita menelphone semenjak ia pergi dan memutuskan hubungan dengan Pevita.

"Hallo."

"Ali, kamu harus segera ke rumah sakit. Pevita, dia sakit, dia butuh kamu." Suara diseberang sana terdengar panik dan menangis.

"Apa." Seketika Ali melonjak kaget mendengar apa yang dikatakan mama Pevita dari seberang sana. Ia menjadi panik. "Kalau aku kesana, bagaimana dengan Prilly?" Ali diam mematung mencoba mencari keputusan.

"Tante mohon sama kamu, datanglah."

"Baik... baik Ali akan segera kesana."

Kemudian Ali meninggalkan Prilly di Cafe itu, tanpa memberitahunya.

Tak lama kemudian Prilly kembali, sambil merapikan bajunya, ia tidak sadar jika Ali sudah pergi meninggalkan nya. "Maaf aku sedikit lam..." Prilly melihat ke sekelilingnya, mencari Ali yang entah kemana. "Ali... Ali kau dimana?"

"Lelaki yang disini dia barusan pergi keluar dari Cafe ini." Salah satu pelayan menghampiri Prilly, sepertinya ia tau siapa yang Prilly cari.

"Dia pergi kemana ya? Apa dia menitip pesan?"

"Saya tadi hanya liat dia pergi sangat terburu-buru setelah menerima telphone." Kemudian pelayan itu pergi mengerjakan kembali tugasnya.

"Ali kemana? Kenapa dia tidak bilang padaku?"

***

Dengan terburu-buru Ali berlari di koridor rumah sakit. "Tante gimana ke adaan Pevita?" Terlihat mama Pevita menangis melihat anak tersanyangnya tak berdaya.

"Dia baru saja diperiksa oleh dokter, kondisi kesehatannya semakin hari semakin menurun. Dan dia sudah sering masuk ke rumah sakit ini, semejak kamu memutuskan hubungan. Tante mohon kembali lah pada Pevita, tante tidak tega melihatnya terus-terusan bersedih seperti ini." Mama Pevita mencoba menjelaskan hal sebenarnya pada Ali.

Bagaimana kelanjutannya? Apakah Prilly akan marah karena di tinggal oleh Ali tanpa sepengetahuannya? Apa Ali akan kembali pada Pevita, setelah mendengar cerita mama Pevita?

Penasaran?
Stay terus ya, buat membaca cerita-cerita selanjutnya. Jangan lupa vote... vote... vote... nyaaaa❤

Pergi dari HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang