Tok... tok... tok...
Ali mengetuk dengan kasar pintu rumah Pevita, kemudian Pevita membuka pintunya dan mendapati Ali yang tengah berdiri tepat dihadapannya dengan raut wajah yang sangat marah.
"Ali! Ada apa kamu kemari?"
"Dimana Prilly? Jawab!"
"Prilly? Setelah ku ceritakan semua padanya, pasti dia sekarang sedang bunuh diri."
"Sekarang apa kau puas dengan apa yang kau lakukan, apa kau tidak tega pada Prilly kau tidak memikirkan perasaannya saat ini? Dia tidak tau apa-apa tentang masalah ini?" Nada suara Ali terdengar sangat keras, ia begitu tidak bisa mengontrol amarahnya yang sudah memuncak.
"Ali! Kau mengatakan aku tega, sedangkan dirimu bagaimana? Lagi pula untuk apa aku memikirkan perasaannya, apa kau sendiri pernah memikirkan perasaanku Li? Aku hanya ingin kamu mencintaiku lagi, dan meninggalkan perempuan itu." Mata Pevita berkaca-kaca, menatap Ali yang terus-menerus menyalahkan nya. Jika bukan karena ia cinta pada Ali, mana mungkin dia ingin memberitahukan hal ini pada Prilly.
"Kau gila Pev, kau sudah gila!"
"Aku gila! Aku memang gila Li, gila karena kamu." Pevita menghela nafas panjang. "Kamu mungkin bisa melupakan aku begitu saja, membuangku dari hidupmu, melupakan kenangan-kenangan kita. Tapi aku tidak sepertimu, aku tidak bisa melupakanmu semudah kau melupakan aku. Tinggi harapan aku untuk hidup berdua denganmu, aku ingin menghabiskan seluruh hidupku denganmu."
Ali pergi meninggalkan Pevita, jika ia berlama-lama disini bisa saja ia menampar atau berbuat sesuatu pada Pevita yang sudah keterlaluan seperti ini.
Ali menyusuri jalan yang terguyur hujan deras, sekarang sudah tepat jam 12 malam belum ada tanda-tanda keberadaan Prilly.
Tiba-tiba saja Ali teringat sesuatu, ia tau akan mencari Prilly kemana. Ali melajukan dengan cepat mobilnya.
***
Kini Prilly berlutut tepat didepan makam Varel, hatinya terasa sakit karena kenyataan yang sulit ia terima. Ingin sekali ia mengakhiri hidupnya saat ini, hingga tidak mendapatkan kekecewaan, penderitaan dan kesedihan yang ia rasakan saat ini.
"Kenapa disaat aku mulai merasakan cinta yang baru, sebuah kebenaran yang sulit ku terima datang begitu saja. Aku tidak menyangka ini semua akan terjadi." Prilly menatap nisan Varel dengan tangisan yang tak tertahankan.
"Prilly." Ali datang menghampirinya, tubuhnya basah kuyup seperti Prilly. Prilly yang sadar mendongakkan wajahnya ke arah Ali, lalu ia berdiri tepat di hadapan Ali, terlihat jelas matanya sembab akibat menangis. Ali yang melihatnya tidak tega, ia tidak ingin melihat Prilly menangis.
"Aku minta maaf karena tidak memberitahumu dari awal, sebenarnya waktu itu aku ingin memberitahukanmu yang sebenarnya, tapi..."
Dengan cepat Prilly memotong perkataan Ali. "Tapi apa? Kamu lebih memilih merahasiakan nya, dibanding berterus terang kepadaku." Nada suara Prilly terdengar sangat tegas, ia tidak bisa menahan amarahnya yang sudah memuncak.
"Dengarkan aku dulu." Prilly mengangukkan pelan kepalanya. "Tapi waktu itu aku bingung, aku takut jika kamu akan menjauhiku dan aku tidak ingin itu terjadi karena aku mencintaimu sangat amat mencintaimu. Hingga aku memilih merahasiakannya." Ali meremas rambutnya frustasi.
"Aku berfikir jika aku membuka hatiku untukmu maka aku bisa melupakan Varel, tapi kenyataan berbanding terbalik dari semua yang ku fikirkan." Air mata Prilly jatuh membasahi pipinya, kemudian ia melanjutkannya. "Mungkin yang terbaik buat kita adalah kita tidak usah berhubungan lagi, lebih baik kita saling menjauh mencari kehidupan baru bagi kita, ku rasa itu lebih baik." Wajah Ali memucat, hatinya terasa tercabik-cabik, ia tidak pernah menyangka kalau Prilly akan mengatakan itu padanya.
"Apa! Tidak Pril, aku tidak bisa menjauh darimu. Kamu tau kan aku mencintaimu, dan aku tidak mungkin bisa jauh darimu."
"Jujur aku juga mencintaimu, tapi dengan perpisahan mungkin lebih baik. Ini yang terbaik bagi kita." Prilly melangkah membalikkan tubuhnya pergi meninggalkan Ali.
"Prilly! Kenapa kau tidak mengerti aku, aku cinta sama kamu! Jangan pergi dari hatiku Prilly!" Teriak Ali sambil meremas rambutnya frustasi.
Prilly pun membalikkan tubuhnya, menengokkan kepalanya ke arah Ali. "Maafin aku Ali. Tapi aku harus pergi dari hatiku" Kemudian ia melanjutkan langkah kaki nya berlari menjauh dan semakin menjauh, hingga tak terlihat karena guyuran hujan yang deras.
Di daun yang ikut mengalir lembut terbawa sungai ke ujung mata
Dan aku mulai takut terbawa cinta menghirup rindu yang sesakkan dada
Jalanku hampa dan ku sentuh dia, terasa hangat di dalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu, tak urung jua ku lihatnya pergiTak pernah kuragu dan selalu kuingat kerlingan matamu dan sentuhan hangat
Ku saat itu takut mencari makna, tumbuhkan rasa yang sesakkan dada
Kau datang dan pergi begitu saja, semua ku terima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam, di ruang rindu kita bertemuKau datang dan pergi begitu saja, semua ku terima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam, di ruang rindu kita bertemu***
Satu minggu kemudian ...
Ali dan Prilly tidak pernah saling bertemu atau bahkan berkomunikasi, semenjak kejadian itu. Mereka benar-benar menjauh, seperti apa yang di inginkan Prilly.
"Mama, Prilly minta maaf ya Prilly harus pergi meninggalkan mama, Prilly akan melanjutkan kuliah Prilly di sana." Prilly terpaksa mengambil keputusan yang sulit baginya meninggalkan sang mama yang sangat ia sayangi, tapi jika ia terus berlama-lama disini ia akan semakin tersiksa dengan semua kenangan tentang Ali. Keputusannya untuk pindah ke luar negeri dan melanjutkan kuliahnya di Los Angeles, mencari sebuah kehidupan baru.
"Jika itu keputusanmu, mama tidak bisa melarangmu." Mereka pun berpelukan tanda perpisahan, air mata Prilly serasa ingin terjatuh dipipinya tapi ia menahannya ia tidak ingin menangis di hadapan mama nya.
"Gritte, tolong jaga mama aku ya."
"Pasti Pril, mama mu kan sudah ku anggap seperti mama ku sendiri."
"Kita akan selalu menjadi sahabat." Prilly dan Gritte berpelukan.
***
Kini Prilly sudah tidak kuasa menahan tangisan nya, cairan bening meluncur mulus dipipi nya.
"Kenapa ini semua harus terjadi pada kisah cintaku? Apa aku tidak di takdirkan memiliki cinta? Jika boleh jujur aku mencintai Ali, aku sangat mencintainya? Tapi mungkin takdir berkata lain? Mungkin dengan aku pergi jauh aku bisa melupakan kenangan tentang Ali" Batin Prilly ia menatap cincin yang terpasang indah di jari manisnya, ia mengelus lembut cincin permberian Ali itu dan memejamkan matanya dengan senyuman yang terukir manis.
Tamat
Bagaimana ceritanya guys? Semoga kalian terhibur ya?
Tapi sedikit sedih juga sih, karena ternyata Ali dan Prilly harus saling menjauh dan tidak bersama😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi dari Hatiku
RomanceDunia seperti mempermainkan ku, mempermainkan kesedihan, dan mempermainkan cinta dalam hidupku. *** Di saat sebuah kenyataan pahit yang tak di inginkan terungkap!!! *** Yuk baca cerita Pergi Dari Hatiku, jangan lupa vote and add your library. Oke ok...