Hari ini hari yang ku tunggu-tunggu. Karena Vando hari ini kembali masuk sekolah.
Tak sabar rasanya membongkar rahasia Evelyn yang berselingkuh dengan Reno.
Berciuman pagi-pagi dan berduaan sudah menjadi alasan yang cukup bukan?
Aku rasa Vando akan memutuskan Evelyn, karena aku tahu Vando adalah lelaki yang tak suka dibohongi apalagi diselingkuhi.Sebisa mungkin aku berusaha memberanikan diri untuk berbicara dengannya. Sebetulnya rasa gugup sudah ada sejak tadi malam. Sampai-sampai aku tak bisa tidur karena memikir kan apa yang akan aku katakan, uuuhh tidak-tidak lebih tepatnya bagaimana cara aku menyampaikannya.
Ku harap Vando dapat mendengarkan ku dan akan kembali mencintai ku."Van." Aku berlari ke arah nya yang sedang berjalan sendirian di koridor.
"Vando tunggu." Aku gugup menatap mata hitam nya itu yang juga menatap ku.
"Mmmm kam- lo apa kabar? ibu lo udah sehat?" Tanya ku basa-basi dengan senyum tulus di wajah ku.
Tidak mungkin kan kalau harus to the point?
Dia tak menjawab melainkan hanya mengangkat kedua alis nya kemudian menatap ku tajam. Sungguh aku ingin menangis. Vando yang aku kenal dulu mana? Mengapa berubah? Kelembutan yang selalu ia berikan kepada ku pergi kemana?
Mengapa diri nya bersikap seolah-olah tak mengenalku? Aku rasa dada ku mulai sesak.
Tapi aku harus tahan, karena ini demi kebahagiaan ku, dan kebahagiaan Vando juga."Kalau orang nanya tuh dijawab Van bukan cuma ngangkat alis aja."
"Ya."
"Ya untuk apa?"
"Sehat." Singkat, padat, jelas. Hati ku semakin terasa sesak. Padahal saat pacaran dulu dia paling tidak suka dengan jawaban singkat.
Vando kenapa? Ini benar Vando lelaki ku kan? Tak ku sangka dia berubah menjadi pangeran Es."Oh syukur deh hehehe. Mmm Van tau ga selama lo di Bali Evelyn ngapain aj--"
"Vando sayang!!! Aku kira kamu ngga bakal langsung masuk hari ini. Maaf ya tadi malem aku ngga jemput kamu ke Bandara." Evelyn tiba-tiba datang di tengah-tengah perbincangan ku dengan Vando. Sue.
"Eh ada Qeena. Hai Qeen." Lanjut nya menyapaku dengan senyum sok manis padahal munafik! Jijik!!!
Aku hanya membalas nya dengan senyuman sinis saja. Malas kalau harus membalas sapaan nya dengan kata-kata."Mmm kalian lagi ngapain kok berduaan?" Tanya nya sambil menunjuk aku dan Vando.
"Mau BALIKAN. Ya kan Van?" Balas ku dengan menekan kata yang di cetak tebal.
"Hahahaha mana mau Vando balikan sama lo? Orang tua Vando sama orang tua gue kan udah ngejodohin kita. Nanti kalau udah kelas 3, tepat nya udah UN kita mau langsung tunangan."
TUNANGAN? Kuping ku tidak salah dengar kan?
"Apa tadi? Tunangan?"
"Iyaaaa Tunangan. TU- NA-NGAN! Nanti lo dateng ya. Oh iya lo orang pertama yang kita kasih tau lho. Hehehe spesial kan?" Tangan Evelyn kini telah melingkar di tangan kanan Vando.
Aku tak percaya. Tidak. Ini tidak mungkin.
"Van bener?" Tanya ku -masih tak percaya- kepada Vando.Vando memalingkan wajah nya dari aku dan Evelyn, kemudian menjawab pertanyaan ku "Ya."
Satu kata tapi bagaikan berjuta-juta pisau.
Menusuk hati.
Luka yang kau gores kemarin saja belum sembuh, mengapa kau gores lagi? Bahkan sekarang kau gores luka lebih parah dari yang kemarin."Hahaha ga usah pada bercanda gitu hahaha."
Vando kembali menoleh kepada ku.
"Ga ada yang bercanda. Gue sama Evelyn emang udah dijodohin karena orang tua kita teman dekat. Jadi, gue mohon sama lo dengan sangat buat jauhin gue, lupain gue dan anggep apa yang udah kita lalui itu cuma kenangan. Karena lo itu- cuma Masa Lalu gue. Paham? Dan satu lagi, Anggap. Kita. Ga. Pernah. KENAL!"Nadanya datar dan diucapkan dalam satu tarikan nafas, namun menyakitkan.
Membuat jantung ku berhenti seketika, lalu kemudian berdebar begitu kencang tak beraturan.
Badan ku lemas seperti tak bertulang.
Mulut ku kaku tak mampu untuk mengucapkan sepatah kata pun.
Ingin rasanya aku pergi dari sini.
Pergi dari lingkungan ini.
Menjauh dari mereka.Sakit. Ini sangat sakit.
Hati ku hancur seluruh nya tak tersisa.Melupakan nya saja aku belum bisa.
Kepingan hati ku saja masih berserakan entah dimana.
Petir yang aku terima sebulan lalu saja belum berlalu, dan kini badai yang menghadangku.
Kesedihan apa lagi ini yang harus aku terima?
Sungguh aku tak sanggup.
Aku semakin semakin semakin rapuh.Kebahagiaan yang aku alami ketika bersama nya seolah-olah berubah menjadi luka yang teramat dalam, dalam sekejap. Menjadi bara api tersendiri untuk ku.
Aku akui bahwa KALI INI AKU BENAR-BENAR PATAH HATI.Lalu, bagaimana bisa Vando tunangan dengan perempuan yang telah berselingkuh dengan lelaki lain dan jelas-jelas tak mencintai nya? Ya tuhan......
"Qeena kok diem? Kenapa? Sedih ya?" Perkataan Evelyn menyadarkan ku dari lamunan akan kesakitan ini.
Baik, sekarang aku harus berusaha sekuat mungkin untuk tegar di hadapan mereka.
"Lebay banget sih lo baru bocah SMA udah ngerencanain tunangan hahahahaha. Kalau jodoh, mau pergi kemana aja juga bakal ketemu lagi. Pergi sampe ke kutub utara juga ga jadi masalah. Hahahahahaha." Aku pura-pura tertawa. PURA-PURA!!"So so an ketawa deh. Padahal hati nya hancur ya? Aduh harapan buat balikan sama Vando musnah dong? Maaf ya Qeena, Vando udah jadi milik gue. Hehehe. Cari lagi aja gih yang baru. Gue tau kok ini emang sulit. Tapi ya mau gimana lagi? Gue yang menangin Vando." Evelyn memasang senyum 'bangga' nya, dan perkataan dia itu sangat tepat dengan keadaan ku.
Perempuan ini memang biadab!"Kalau lo tunangan sama Vando, terus Reno gimana? Selama Vando ke Bali kan lo selingkuh sama Reno." Ucap ku tak mau kalah dengan senyuman 'bangga'nya itu.
Mendengar apa yang aku ucapkan, tiba-tiba saja Evelyn membulatkan matanya.
"Hah? Ngaur aja lo! Cemburu ga usah segitu nya. Gue tuh setia sama Vando. Ga kaya lo. Yang-- pas liburan ninggalin Vando.""Ga usah so tau lo perempuan murahan!"
"Jaga mulut lo! Udah ah gue males ladenin orang yang lagi Frustasi gara-gara lelaki idamannya udah dimiliki sama cewe lain. Hahahaha. Yuk sayang kita ke kelas." Dengan tangan yang masih melingkar di tangan Vando, mereka pergi begitu saja meninggalkan ku dengan berbagai macam luka dan kesedihan.
"Haruskah sampai disini saja harapan ku untuk kembali dengan nya?"
-----------------------------------------------------------
"Cinta adalah suatu hal yang tidak bisa di paksakan. Kadang, orang lebih memilih yang unggul dari segi fisik daripada unggul dalam perasaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
RandomRyszarda Saqeenarava : Mungkin ini jalan terbaik yang tuhan beri. Aku hanya bisa mencintai mu dari alam yang berbeda saja.