13 : Qeena's POV

87 3 0
                                    

Tak ada semangat menginjakkan kaki di sini.
Tempat ini penuh luka.

Kalau saja ada polisi cinta, aku akan melaporkan mereka atas kasus penganiayaan dan pembunuhan yang korbannya tak lain adalah hatiku.
Dan akan aku jadikan tempat ini sebagai saksi bisu nya.

Bruggg...
Benar kan kata ku? Aku tidak ada semangat menginjakkan kaki di sini, sehingga berjalan menuju kelas pun tubuhku lemas dan akhirnya terjatuh. -Vando memang berpengaruh besar terhadap hidup ku.

"Ck. Jalan aja jatoh! Bagun!" Tiba-tiba sebuah tangan terulur.
Aku menerima uluran tangan itu, alhasil aku dapat berdiri lagi.

"Makasih."

Dia berlalu begitu saja tanpa membalas ucapan terimakasih dari ku.
"Siapa sih orang itu. Aneh banget. Ngebantuin tapi gue bilang makasih ga di jawab. Maen pergi-pergi aja. Peduli tapi dingin." Aku bertanya pada diri sendiri dalam hati dan terus memperhatikan tubuh tinggi tegap itu hingga akhirnya ia berbelok arah menuju tangga.

"Kok lo jalan duluan ga bilang sih? Gue kira lo terbang di jalan." Abyan menepuk pundakku tetapi aku tak menghiraukannya.

"Heh? Lagi ngeliatin apa sih lo?" Karena kesal -mungkin- dia menyenggol lenganku.

"Ngggggg. Ngga. Ga liatin apa-apa. Udah ah, yuk ke kelas." Aku menarik tangannya dan membawanya menuju kelas.

***
Hari ini keadaan kelas sangat riuh karena bu Winda tidak masuk, sehingga 4 jam pelajaran kosong. Berbeda dengan yang lain aku malah merasakan kesepian yang teramat.
Mereka -teman-temanku, tertawa begitu lepas nya seperti tidak ada beban. Sedangkan aku tersenyum pun susah, karena memikul beban yang begitu berat. Ya. Merelakan orang terkasih bersama orang lain itu, berat bukan?

"Qeen." Abyan berdiri di samping ku.

"Apa?"

"Lo kenapa? Gue perhatiin kayanya lo diem mulu. Dari mulai pas berangkat."

"Ngga."

"Lo marah sama gue? Kesalahan apa yang udah gue buat Qeen?" Kini, dia menduduki kursi yang ada di depan ku-tempat duduk Aisyah tetapi Aisyah sedang tidak masuk-

"Apasi lo ih. Ngga, gue ga marah sama lo." Jawab ku ketus.

"Yan mending lo balik deh ke tempat duduk lo. Qeena kalau lagi diem berarti dia ada masalah yang serius. Tapi lo jangan coba-coba tanya tentang masalahnya sekarang. Karena nanti, bukannya lo dapet curhatan malah dapet semprotan. Tunggu dia kaya biasa lagi aja dulu." Diantara teman yang lain, Nadmi memang paling paham tentang sikap ku. Dia tak pernah memaksa untuk bercerita saat itu juga.

"Udah Yan sana balik." Neta juga menyuruh Abyan kembali ke tempat duduknya.
Akhirnya dia bangun dari duduk nya dan berjalan pergi, tapi bukan menuju tempat yang diperintah Nadmi atau Neta, melainkan keluar kelas.
"Ck. Rempong deh cyinnn."

Melihat Abyan pergi keluar kelas, Neta menggelengkan kepalanya
"Si dongo mah gitu tuh, di suruh balik ke tempat duduk malah keluar kelas."

My Everything - Ariana Grande
Lagu itu terputar dengan sendiri nya di handphoneku.
Ternyata aku lupa mengaktifkan mode vibrate haha...

Keanu Aufa is Calling...
0812778xxxxx

"Halo..."

"Qeen ada guru ga?"

"Ga."

"Oh."

"Tumben lo nelpon gue, mau ngapain?"

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang