12 : Qeena's POV

67 2 0
                                    

I lost the love, i loved the most - Christina Perri
-----------------------------------------------------------

Langit berubah menjadi gelap, senja telah menenggelam kan dirinya.
Cahaya matahari kini telah digantikan oleh sorot lampu.
Semilir angin malam menyapu rambut ku halus.
Suasana ini mendukung untuk menikmati perih nya kenyataan.


Duduk sendiri di taman belakang rumah.
Merenung.
Menangis.
Kesakitan.
Mengingat nya tapi juga berusaha melupakannya.
Mencoba menerima kenyataan.
Dan sebisa mungkin mengubur harapan untuk kembali bersamanya dalam-dalam.

Aku...
Perempuan dengan banyak luka yang tak terlihat.


REYNANDE NAVANDO NADIV
Lelaki yang aku cintai dengan berjuta cara yang ia miliki untuk membuat ku bahagia selama 3 tahun.

3 tahun bersamanya, melalui hari-hari.

3 tahun bersamanya, mengukir cerita.

3 tahun bersamanya, menciptakan berbagai macam rasa dalam percintaan.

3 tahun bersamanya, dengan segala lika-liku hidup.

3 tahun bersamanya, melewati suka-duka.

3 tahun bersamanya dengan segala canda tawa.

3 tahun bersamanya, melukis indah nya masa remaja.

Itu semua terjadi 3 tahun lalu. Saat aku dan dirinya masih menjadi 'kita' dalam satu ikatan hubungan spesial.
Saat bahagia masih bersama ku.
Saat semuanya belum berubah.
Saat bintang masih bersinar.
Saat matahari masih menghangat kan.
Sebelum kegelapan datang.
Sebelum panah luka menusuk hati ini.

"Gue cinta Qeena."

"Aku sayang sama kamu Na *peluk*"

"Sayang jangan marah nanti aku peluk lho!"

"Tumben lo cantik."

"Na maafin Vando dong..."

Ucapan-ucapan Vando ketika pacaran dulu masih melekat di telinga ku.
Membuat tangis ku pecah malam ini.
Aku tak tahu kata-kata apa lagi yang dapat menggambarkan keadaan ku sekarang. Karena aku lebih dari yang nama nya terluka.

Dia yang selalu ku cinta, kini mencampakkan ku begitu saja. Membuang ku. Dan melupakan ku.

"Jadi, gue mohon sama lo dengan sangat buat jauhin gue, lupain gue dan anggep apa yang udah kita lalui itu cuma kenangan."

1 tetes,
2 tetes,
Dan semakin banyak lagi tetesan-tetesan air yang membasahi pipi ku saat ucapannya terngiang di telinga ku.
Seolah tak pernah saling mencintai dan membahagiakan, dia berbicara seperti itu dengan enteng nya.

"Karena lo itu- cuma Masa Lalu gue. Paham?"


Mungkin bagi nya aku hanya lembaran kertas usang yang tak dibutuhkan lagi.
Beda dengan ku yang masih menganggap nya barang antik yang berharga.
Sekarang, di mata dia aku bukan lagi perempuan tersayang --setelah ibunya. Bukan lagi kekasih hati melainkan hanya sebuah masa lalu yang tak patut untuk di lihat kembali.

Secepat itu kah dia melupakan ku?
Secepat itu kah dia mencintai orang lain?
Aku tersenyum miris.

"Dan satu lagi, Anggap. Kita. Ga. Pernah. KENAL!"

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang