Aku menatap cemas dengan masih dibaluti baju panjang rumah sakit. Aku sangat lemas dengan keadaan ku sekarang ini. Aku benar-benar ngga sangka apa yang terjadi saat ini.
Demian kembali masuk ke rumah sakit karna aku. Aku lagi penyebab dari semuaa ini. Aku sangat kecewa dengan diriku sekarang.
Setelah Demian dimasukan ke UGD dan memberi petujuan Tante Lisa dia langsung menunggu kedatangan nya. Ngga peduli keadaan nya padahal sudah beberapa suster nter menegurnya melihat kondisi Nayla yang sangat mengkhawatirkan.
"Kenapa harus aku yang menyebabkan ini semua." Kata ku menatap sedih lantai yang terdiam.
"Tuhan... Kenapa cobaan yang engkau berikan sangat begitu berat menimpaku?" Setetes air mata mulai lolos dari mata ku yang sendu karna lemas. "Kenapa harus aku yang mengangkut beban ini? Apa dosa ku Tuhan? Apa aku pernah melakukaan dosa besar kepada-Mu?" Sesak di dada ngga bisa tertahankan lagi, ini begitu menyakitkan.
"Kenapa Tuhan? Kenapa ssemua kayak gini? Kau jauhkan aku dari orang-orang yang aku ssayangi. Kenapa ngga ambil aja nyawa Nayla? Kenapa?"
Aku begitu sakit di dalam hati lemah ini. Tubuhku sangat lemas, jantung ku berpacu begitu cepat, sesak didada yang amat menyakitkan ngga bisa ddipungkiri lagi.
"Nay?" Suara berat sedang berhadapan dengan ku berdiri tegak. "Berdiri. Lo ngapain duduk disini sambil nangis?" Tanya nya lagi yang kini berjongkok menatap hidupku yang sangat kacau.
"Kahfi?" Tanyaku halus yang menyembunyikan wajahku dengan kedua tangan. Aku tau betul ini suaranya.
"Lo kenapa Nay? Ngapain lo pake ini baju juga? Lo sakit? Mau gua panggilin dokter?"
"Gua..gua sakit Fi. Di sini." Kataku menunjuk arah dada ku.
Aku menatap mata Kahfi, ada kecemasan yang terlihat jelas dengan sedih.
"Mau gua kasih obatnya?" Tanya nya pelan.
Aku menggelengkan kepalaku, aku ngga butuh obaat. Aku hanya butuh Demian terselamatkan sekarang.
Tiba-tiba Kahfi menarik ku dekat memeluk ku sangaat erat, dia elus pelan rambut sampai punggungku.
"Ini obatnya. Sekarang, nangis sesuka hati lo." Perintahnya datar.
Aku awalnya terdiam merasakan pelukan erat nya, tapi benar katanya. Aku hanya butuh pelukan dan pelampiasan untuk tangis ku sekarang.
Aku sesunggukan mengeluarkan derasnya air mata. Aku menangis memukul pelan tubuh Kahfi yang terbalut kaos hitam lengan panjang nya.
"Terus Nay... Lanjutin aja. Lepasin semua yang lo rasain sekarang. Gua ikhlas." Ucap Kahfi pelan masih mengelus rambutku.
***
"Udah siap cerita? Tanya Kahfi lembut menatap ku dan duduk dihadapan ku.
Sekarang kita berdua ada di kantin rumah sakit. Setelah pelampiasan tangis ku mereda, Kahfi langsung menarik ku menuju kesini dan menyodorkan ku teh hangat.
"Gua ngga tau gua kuat apa ngga cerita soal ini, Kahf." Seruku menatap kosong meja.
Dia terkekeh pelan, "Gua ngga perlu lo yang teoritis buat ceritain semuanya. Gua cuman perlu inti dari semuanya."
Aku menopang dagu ku dengan satu tangan menatap dalam Kahfi yang terduduk santai ddihadapan ku.
Manis setiap saat. Batinku.
"Demian nolongin gue dari cewek iblis yang mau ngebunuh gue pake suntikan. Demian yang kena suntik, sekarang dia lagi di UGD. Udah hampir 2 jam kurang dokter belum keluar." Jelas ku pelan. "Dia marah banget kayak nya sama gua Kahf. Dia mikir kalo gua itu penyebab dia ngga jafi di jodohin sama Demian. Padahal jelas-jelas gua yang duluan pacaran sama Demian."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Romance!CERITA PINDAH KE KUBACA! cari akunku di Aplikasi Kubaca @motzky [ CERITA SEBAGIAN SUDAH DI HAPUS ] Also Known As HEARTBEAT Menceritakan tentang seorang Mahasiswi cantik bernama Nayla namun sikap nya di kampus jauh dari kata cantik yang mengalami h...