"Damian!" Aku berteriak memanggil namanya. Dasar lelaki itu! Tidak bisa dipegang sama sekali omongannya. Dia tadi berjanji ingin memijat seluruh tubuhku sehabis bercinta yang memakan waktu hampir 3 jam! Dan sekarang dia malah pulas tertidur. "Damian! Bangun atau gak dapat jatah sebulan!" Ancamku dengan nada rendah.
Damian yang mendengar itu tentu saja langsung bangun duduk menghadapku. Dengan kadar kemesumannya yang begitu tinggi, ancaman seperti ini sangat ampuh.
"Apa lagi, Nay." lelahnya yang dibuat-buat ingin sekali aku balas dengan tonjokan.
"Kamu udah janji! Jangan jadi laki-laki gak bertanggung jawab!" pelototku yang dibalasnya decakan malas.
Aku mendesah manja dan menggoyangkan lengannya, "kamu udah janji, loh tadi! kan kesepakatan awal kamu puas aku puas. Ini aku pegel banget, sayang." aku sengaja menambah panggilan sayang untuk membujuknya.
Damian pernah bilang, dia sangat suka kalau aku memanggilnya dengan kata-kata 'sayang'. Baginya panggilan itu menandakan betapa berharganya kehadiran dia kepadaku. Sedangkan aku hanya memanggilnya dengan sebutan itu di saat keadaan-keadaan tertentu saja.
Damian yang tahu kalau aku tidak akan menyerah membujuknya hanya mendesah lirih sambil mengangguk kalah. Yess! Tidur nyenyak, aku datang!
Aku memposisikan badanku agar nyaman saat dipijat olehnya. Tangan besar Damian adalah kesukaanku. Saat tangannya mulai menyentuh kulitku dengan pijatan lembut namun dalam itu membuat rasa lelahku sedikit demi sedikit terkikis. Damian serta keahliannya dalam hal seperti ini harus diberi dua jempol. Bahkan, aku pernah menyuruhnya membuka usaha panti pijat yang langsung dibalas dengan pelototan horror.
"Tidurlah, aku akan memijatmu sampai tuntas." suruhnya yang tentu saja tidak aku iyakan.
Damian tahu kelemahanku kalau sudah di pijat olehnya. Aku jadi gampang tertidur dan dia mengambil kesempatan itu dengan tidak menyelesaikan pijatannya. Itu sudah terjadi berkali-kali, dan kali ini tidak akan semudah itu aku tertidur. Tadi sore aku minum 2 kopi dan pastinya sekarang aku masih segar. Buktinya, aku masih sempat rewel meminta Damian memijatku alih-alih tidur karena kelelahan dikerjain Damian.
"Oh, kali ini gak segampang itu, ganteng." godaku.
"Maksudnya?" dia masih saja pura-pura.
Aku memutar kedua bola mataku malas, "udah pijetin aja sampai selesai! Aku tetep tungguin kok! Aku mau tidur sambil di peluk nanti."
"Ya kalo gitu kita tidur aja sekarang. Aku peluk kok bi—"
"Sstt! Pijet aja sampai selesai!" potongku gemas.
"Iya kanjeng ratu." kalahnya sambil memijat keras betisku sampai rasanya sangat sakit sekali.
"AWW!" Aku berbalik memukul lengan berototnya dengan keras. "pelan-pelan! Kamu beneran gak aku kasih jatah baru tau rasa!"
Aku kembali memukulnya namun kini naik keatas kepalanya, "iya-iya ampun! ampun sayangku!"
Aku melototinya dan berbalik ke posisi semula. Damian di saat kita sudah menikah seperti ini tingkahnya semakin menjengkelkan seperti anak kecil. Dan aku juga akhir-akhir ini bertingkah semakin ganas. Damian bahkan pernah menyebut dirinya sebagai golongan SSTI —suami-suami takut istri—karena aku terus memarahinya dan menuntutnya harus mengalah.
Sebenarnya, aku juga bingung kenapa aku mulai cerewet lebih dari biasanya. Aku bahkan berani main tangan walaupun hanya memukul lengan atau kalo tidak terkontrol aku suka menggeplak kepalanya. Itu pun karena Damian suka menguji kesabaranku. Aku kadang suka merasa bersalah sehabis memukulnya, tapi, Damian yang sudah terkena pukulan bukannya marah balik kepadaku, dia malah menambah kadar sikap menjengkelkannya.
"Kamu tuh suka di pijat kalo kita abis main kenapa sih? udah tua ya, makanya gak bisa nyeimbangin aku lagi?" ucapnya santai.
Lihat kan? Belum sampai semenit dia sudah memancing emosiku lagi. Aku menarik nafas panjang sambil memejamkan mataku erat.
"Stop dulu, sayang." kataku tiba-tiba membuat gerakan tangannya di telapak kakiku berhenti.
"Udah mau tidur, cintaku?" tanya Damian semangat.
Aku mengubah tiduranku menjadi duduk berhadapan dengannya. Dengan santai aku meregangkan tubuhku dan bergerak melakukan pemanasan.
"Kamu tadi bilang aku apa? tua, ya?" tanyaku ulang dan tersenyum manis kepadanya.
Damian mengernyit seolah mencerna apa yang terjadi.
"Tua? kapan aku bilang gitu, ya?" polosnya dan itu membuatku mengepalkan tangan seerat mungkin. "Oh—maksud kamu tadi yang aku bilang kamu udah gak bisa nyeimbangin gaya bercinta aku lagi?"
Aku mengangguk manis.
"Iya, nih, kamu kenapa, sih, cintaku? Kamu kalo udah gak terlalu kuat, kamu jujur aja. Nanti aku cari solusi biar kamu—AWWW! NAYLA!" Damian mengelak oleh pukulanku yang bertubi-tubi.
Suamiku yang brengsek ini langsung melonpat turun dari ranjang dan bergerak menghindar pukulan tanganku yang berganti menjadi pukulan bantal. Aku memukulnya membabi buta mendorongnya keluar dari kamar.
Sampai Damian hampir terjengkang keluar dari bingkai pintu, aku melototinya.
"Kamu tidur di luar! Karena perempuan tua yang kamu sebut ini mau tidur sendiri!" kataku marah melototinya dan langsung menutup pintu dengan bantingan tidak peduli Damian yang bergerak cepat ingin membalas ucapanku.
Gerakanku begitu cepat saat mengunci pintu. Gedoran pintu juga tidak aku hiraukan. Aku sangat kesal dengan suamiku itu. Dasar Damian sialan! Tidak tahu apa kalau kata-katanya sangat menyinggungku!
Malam ini biarlah si brengsek itu tidur di luar. Kemungkinan juga dia akan tidur di kamar tamu atau kamar putra kami. Aku tidak peduli.
Ck!
***
hallo! siapa yang rindu sama Damian-Nayla? coba acungkan tangan dulu hueheheheeh....
Btw, jangan lupa baca cerita lainnya yang berjudul Anna dan Undercover ya! Untuk Mysterious Boyfriend juga udah tamat! Yuk baca sebelum aku hapus hehehehehe!
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Romance!CERITA PINDAH KE KUBACA! cari akunku di Aplikasi Kubaca @motzky [ CERITA SEBAGIAN SUDAH DI HAPUS ] Also Known As HEARTBEAT Menceritakan tentang seorang Mahasiswi cantik bernama Nayla namun sikap nya di kampus jauh dari kata cantik yang mengalami h...