Joseph Vilardo

13K 1.1K 8
                                    

JOSEPH 1

Aku sudah masuk gedung ini. Aku sudah ada di dalam gedung. Ku kira penerimaan yang melelahkan sejak kemarin akan menyita waktu karena banyak siswa yang diterima. Tapi aku salah.

Hanya aku yang berjalan-jalan sendirian disini. Aku terdaftar jadi siswa baru dan murid baru di gedung ini. Musim ini akan menjadi musim yang membanggakan khususnya untukku tentu saja.

Aku akan membanggakan diriku di depan teman-teman yang selalu mengejekku di luar sama. Aku akan membanggakan diriku kepada orang tuaku yang hanya bisa menyuruhku untuk bekerja seharian. Dan aku akan membanggakan diriku pada aku sendiri. Akhirnya aku bisa melakukannya.

Umurku memang sudah di ujung tanduk untuk masuk kesini. Aku tujuh belas tahun. Dan itu umur terakhir dan umur tertua yang bisa masuk ke sini. Selebihnya, tidak akan dapat kesempatan masuk ke gedung ini. Entah, tapi itu yang aku dengar.

Beruntungnya aku yang lahir di bulan Juni. Dan itu tahun depan. Beruntungnya lagi bagiku adalah di musim dingin bulan Desember ini umurku masih cukup untuk dapat menginjakkan kaki di gedung ini. Sekolah dengan basis fasilitas terlengkap. Sekolah yang membiarkan siapapun masuk asalkan test pertama berhasil. Tidak melihat dari latar belakang ataupun jumlah uang. Tentu saja, ini gratis.

Banyak yang ingin masuk kesini dengan uang. Tapi tidak diterima atau bahkan di blacklist untuk sekolah seperti ini. Baiklah. Itu yang aku dengar juga.

Awalnya aku rasa gedung ini akan dipenuhi orang-orang. Tapi gedung ini sangat sepi. Aku menelusuri berbagai koridor dan ya. Sepi. Sangat. Sepi. Mungkin orang lain sedang menjalankan misi atau melakulam latihan ditempat latihan khusus.

Aku sedang mencari kamarku. Menurut maps transparan yang aku pegang sedari tadi aku memang berada di jalan yang tepat. Seseorang memberikannya padaku tanpa memberitahu bagaimana cara kerja dan fungsi dari tombol-tombol yang ada di samping alat ini. Menjadikan aku kesulitan menemukan kamar 1302. Sulit sekali ditemukan. Apakah ini salah? Atau aku yang tidak bisa menggunakannya? Ah sudahlah.

Aku melihat sekeliling. Aku akan mempelajari setiap lorong disini. Agar aku tidak tersesat tentu saja. Aku tidak akan merasa kesepian disini. Aku sudah biasa sendiri. Sudah terbiasa memang.

Sejak kecil aku hidup mandiri dan sampai sekarang mungkin aku tidak akan membutuhkan bantuan kecuali jika orang itu akan membayarku. Tentu saja aku laki-laki yang menerima imbalan jika sudah mengerjakan sesuatu.

Aku kemudian melihatnya. Aku melihat lapang yang cukup luas. Dan beberapa orang tengah berlatih menembak di sana menggunakan... pistol?

Apakah disini harus menggunakan pistol juga? Wow ini sangat keren. Memang sangat menakjubkan. Sekolah ini benar-benar luar biasa.

Mataku menyisir lapangan sampai ke sudutnya dan menemukan satu titik yang menarik untukku.

Siapa itu?

Seorang gadis. Gadis yang tengah melihat latihan itu dengan seksama. Cantik. Sekali lihat saja bisa dibuat kagum. Ku kira dia adalah gadis cantik yang sombong nan elegan. Tapi sepertinya tidak. Pikiranku salah. Mungkin.

Aku mendekatinya. Berdiri di sebelahnya dan melihat hal yang dia lihat. Wow. Ini menakjubkan. Aku melihat orang-orang dilatih sangat keras disini. Keadaan menembak memang harus seimbang dan konsentrasi. Aku tau itu saat aku melihat beberapa video di layar lebar.

Aku melirik gadis itu. Gadis itu menatapku bingung. Sorot matanya tidak bisa aku kategorikan. Terkadang terlihat tajam dan terkadang terlihat tenang. Ah, keduanya bercampur.

'Ada yang salah denganku?' batinku

Dia menggeleng. Apa dia tau pikiranku? Batinku lagi.

Dia mengangguk. Apa dia pembaca pikiran?

Dia berpaling. Yang aku lihat dari dirinya adalah dia cantik. Bola matanya hitam. Kulitnya putih bersih, tak sepucat vampir namun untuk seorang gadis kulitnya terlalu putih. Rambut panjangnya diikat ekor kuda.

Dia murid baru juga? Ah aku harus berkenalan dengannya. Tapi, aku biasa sendiri. Ah tapi dia menggairahkan. Maksudku dia seperti enak untuk di jadikan teman. Aku harus bagaimana?

"Anak baru juga?" Dan pada akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulutku

Dia mengangguk. Mungkinkah dia sombong? Atau. Apa dia biasa seperti ini? Membalas dengan gesture? Apa dia bisu? Tidak mungkin dia tuli bukan?

"Aku Jos.. seph" dengan sedikit ragu aku memperkenalkan diriku.kata-kataku seakan terbata karena gugup takut uluran tanganju tidak terbalaskan

Aku mengulurkan tanganku. Tanpa ku sangka dia membalas uluran tanganku dan tersenyum tipis. Sangat. Tipis. Bahkan jika dilihat lebih jauh, dia tidak akan terlihat sedang tersenyum.

"Sainara," katanya singkat

Aku mengangguk. Apakah dia tau letak kamarku? Ah dia anak baru pastinya dia juga belum mengetahui seluk-beluk gedung besar ini.

"Aku ingin tau, apakah kau sudah beristirahat di kamarmu?" Kataku pelan pelan

Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku.

"Mungkinkah kau bisa tunjukkan dimana?" Kataku lagi-lagi ragu

Dia lantas menoleh. Kurasa dia salah paham dengan perkataanku barusan.

"Maksudku, aku di 1302. Dan aku sudah berkeliling hampir seharian dan tidak menemukannya."

Dia hanya diam. Keningnya sedikit berkerut.

"Kau diterima kemarin?"

Aku mengangguki pertanyaan darinya.

"Kemarin kau tidur dimana?"

Setelahnya dia jadi banyak bertanya.

"Ada yang mengantarku ke barak perkumpulan. Katanya disana bisa untuk aku tidur semalam karena bangunan tempat istirahat belum dibuka. Di barak sana aku tidur, makan dan mandi."

Kataku menunjukkan letak barak tempat aku tidur kemarin. Dan hari ini baru aku tau jika aku harus mencari kamarku sendiri.

Dia mengangguki pernyataan panjangku tentang barak dan juga prosesnya.

"Jadi mungkinkah bisa kau tunjukkan?"

Dia mengangguk dan mulai berjalan di depanku. Dia seperti tour guide. Sepertinya dia sudah biasa dengan gedung ini. Tapi mungkinkah seperti itu? Bukankah itu terlalu cepat untuk mengetahui bagian dari gedung ini?

"Aku hanya tau gedung latihan dan gedung istirahat," katanya seolah menjawab semua pertanyaan dalam pikiranku

Bagaimana dia tau?

"Seseorang mengajakku berjalan-jalan tadi."

Aku diam. Seseorang katanya? Siapa? Kenapa aku tidak diajak berjalan-jalan juga? Kenapa hanya dia?

"Dia mengajakku berkeliling. Tapi tak semua," dia menarik nafas sedangkan aku hanya diam untuk menyimak.

"Dia ada urusan dan meninggalkanku di sana tadi."

Disana yang dia maksud adalah tempat dimana aku menemukannya. Lalu aku hanya ber 'oh' ria tanpa bersuara. Dia memasuki lift horizontal. Dia menungguku untuk masuk.

Kami.

Maksudku aku dan Sainara disini.

Berdua.

Dia memencet salah satu tombol di pinggir pintu yang tertutup. Dan lift itu berjalan horizontal. Wow. Aku hanya tau lift vertikal yang naik ke atas.

Tidak dengan lift seperti ini.

Dan sampailah. Aku di 1302.

Dan dia sempat berkata, "aku di 1506, jika kau ingin tau."

Oh baiklah.

Sainara. Mungkin aku bisa berteman dengannya. Aku dan dia sama-sama murid baru bukan? Akan lebiu cepat akrab. Kurasa.

Saat pintu lift terbuka. Aku menarik daguku keatas karena menganga terlalu lebar.

Ini kamarku? Hanya untukku?

Wah. Benar-benar menggumkan.

Sepertinya aku akan mencintai dan menyukai kamarku sejak saat ini.

Sungguh sulit dipercaya. 

Romantic SpyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang