SARA 7

5K 575 2
                                    

Aku sudah memberitahu Arga agar pergi ke arah berbeda denganku. Dia pergi untuk mengelabui Black Angel itu. Sedangkan aku akan masuk ke dalam dan menyelamatkan Tara.

Sempat dia menolak untuk melakukan itu. Aku tidak mau mendengar penjelasan dia lagi kali itu. Oleh karena itu aku langsung pergi dari tempat Arga berdiri. Mau tak mau Arga menjalankan misi type A.

Kenapa type A? Karena aku punya plan B. Dan kemungkinan plan B ini tidak aku gunakan. Karena plan A aku prediksi keberhasilannya mencapai 90%. Tapi setelah di rencanakan baik- baik saja. Pasti selalu ada halangan yang tidak sesuai dengan rencana. Oleh karena itu, aku punya cadangan dari misi penyelamatan ini.

Aku masih bersembunyi di balik tembok lagi ketika sakit di pahaku semakin berdenyut. Aku terduduk di gang sempit ini. Sialan aku meneteskan air mata saking sakitnya.

Aku menyuntikan lagi beberapa zat penahan rasa sakit sampai tidak tersisa lagi, ketika aku melihat orang- orang berlari.

"Mungkin itu Black Angel," gumamku pelan

'Lakukan rencanamu dengan baik. Dan keluar bersama Tara dengan selamat. Aku tidak mau kau kenapa- kenapa. Dengar. Aku akan membuat mereka menjauh dari rumah itu. Aku tau masih banyak yang ada di sana. Berhati- hatilah. Gunakan kemampuan terbaikmu,' itu Arga

Aku tersenyum mendengar apa yang dikatakannya barusan.

'Mari kita bertemu lagi dengan keadaan yang lebih baik dari sekarang.'

Suara Arga memang terdengar terengah- engah. Mungkin dia berlari setelah menembak salah satu Black Angel sebelum dia berlari.

Jika menyebut nama Arga. Rasanya seperti.. seperti. Entahlah. Aku hanya ingat saat dia menciumku tadi. Ah tidak tidak. Hanya mengecup. Sudah sudah bukan waktunya memikirkan hal seperti itu.

Aku menggelengkan kepalaku secepat yang ku bisa. Bagaimana aku membiarkan seorang senior di sekolah yang di mimpikan Emma menciumku dalam keadaan dan suasana seperti ini? Astaga. Jangan- jangan pikirkan lagi.

Aku bangkit dari tempatku duduk tadi.

"Kau juga. Berhati- hatilah," ucapku pada Arga

Aku yakin dia tengah tersenyum kali ini. Ah sialan kenapa aku harus begini terhadap Arga?

Aku berlari menuju tempatku tadi bersembunyi bersama Arga. Penjagaan memang sudah mulai merenggang. Aku mulai menyiapkan senjataku. Sebuah pistol dengan type COLT 45 kini di tanganku. Aku mengecek pelurunya dan itu masih full. Aku juga masih punya persediaan peluru di saku saku kecilku.

Rasa dingin langsung menusuk ke tulang saat aku membuka jaket tebal ini. Jaket itu pasti akan merepotkan untukku masuk ke sana. Aku menyimpannya dan hanya mengambil alat- alat yang aku butuhkan. Semuanya memang di butuhkan. Tapi aku hanya mengambil yang aku anggap akan digunakan untuk penyelamatan ini.

Aku akan mengambil lagi jaket ini nanti.

Jika sempat.

Aku mulai membidik satu orang yang berjaga di sana dan suara tembakan pun mulai terdengar. Suara- suara tembakan semakin bersahut- sahutan membalas satu tembakanky tadi, saat mereka menyadari aku disini. Aku membalasnya tentu saja. Tapi masih dalam tempat bersembunyi.

Aku sesekali memajukan kepalaku di balik tembok penglindung ini. Tinggal 4 penjaga yang tersisa. Aku mulai membidik lagi. Dan-

'Doorr.'

4 kali suara itu terdengar dan semuanya tepat sasaran. Aku mengganti peluruku dan mulai mendekati rumah dengan hati- hati masih ku arahkan moncong pistolku ke arah tertentu. Aku sesekali memutar tubuhku, melihat keadaan di sekelilingku. Aku tau disini banyak ranjau. Dan lihat? Aku melewatinya dengan baik.

Aku membuka pintu utama dan di sambut dengan pukulan keras di hidungku.

'Sialan,' aku membatin.

Aku amankan pistol yang tadi aku pakai. Lalu memasang tanganku dengan bentuk menunu untuk menyerangnya dengan tangan kosong. Bisa- bisanya si brengsek ini membuat hidungku mengeluarkan darah. Bukan tumbang setelah aku menyerangnya, orang itu seperti menyuruh pasukan lainnya datang membantunya untuk menyerangku. Oh ayolah aku hanya bisa menangani 5 orang sekaligus tidak lebih. Dan sialnya. Yang datang jumlahnya tidak sedikit. Sekitar lima belas orang? Atau lebih?

Ah ayolah. Ini akan membutuhkan energi dan waktu yang banyak.

Aku menyerang orang- orang di depanku dengan tendangan memutar. Saat aku memutar tanganku aku menggerakan tanganku yang lain ke tempat aku menyimpan pistolku tadi dan mulai menembaki orang- orang brengsek ini.

Ah aku sudah membunuh lebih dari 20 orang disini. Rasanya akan menyenangkan. Jika saja tidak sebanyak ini.

'Kau baik?' Arga mulai berbicara saat chip yang aku pasang di telingaku. Sengaja aku tidak melepaskannya

"Ya. Sedikit luka kecil di hidung dan sudut bibir," kataku tersenyum miring

'Aku akan kesana, aku sudah membereskan orang-orang ini.'

"Baiklah."

Aku memeriksa persedian peluru di pistolku. Lumayan banyak. Aku belum mau menggantinya.

Aku menaiki tangga di depan dengan keadaan yang sama seperti tadi. Dimana aku mengarahkan pistolku dan berkeliling takit- takut ada serangan mendadak atau bahkan tembakan mendadak. Aku yakin tangga ini menuju ke suatu tempat. Dan well, aku melihat Tara di satu ruangan yang tengah di ikat dan tidak sadarkan diri. Aku cukup kaget melihatnya dengan keadaan lemas dan tidak berdaya. Aku rasa dia terluka. Parah.

Aku curiga dengan tempat ini tapi tidak ada apa- apa di sini. Kenapa Tara tidak di jaga sama sekali? Kemana semua orang? Orang- orang yang tadi bertarung denganku di depan tidak lebih dari 40 orang menurutku. Tapi apakah penjagaannya tengah diambil alih? Aku melihat sekeliling. Tidak ada yang mencurigakan. Kurasa tempat ini aman. Aku berencana untuk membawa Tara keluarsebelum Arga masuk ke rumah menjijikan ini.

Aku melangkahkan kakiku ke depan menuju Tara yang tengah diikat di kursi dengan darah yang keluar dari pahanya. Sesuai dugaanku GPS- nya di hancurkan. Oleh karena itu, Rico dan Joseph tidak melihat keberadaan Tara.

Langkah kedua. Aku masih baik- baik saja. Tapi saat langkah ketiga, sebelum kakiku mendarat sempurna di lantai ruangan ini tanganku di tarik ke belakang oleh seseorang dengan cepat.

"Sekarang bolehkah aku yang menyebutmu bodoh?"

Romantic SpyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang