Joseph Vilardo #2

10.4K 911 4
                                    

JOSEPH 2

Aku makan di kantin hari ini. Entahlah. Aku hanya sedang berjalan- jalan dan tiba- tiba lapar. Tidak ada yang dapat aku kerjakan di sini Kurasa makanan di sini cukup enak. Apalagi gratis. Tidak akan ada orang menyia- nyiakan apapun dengan kata gratis. Termasuk aku. Gratis itu seperti menghirup udara sesaat sesudah menyelam di bawah air.

Aku tak bertemu dengan Sainara lagi sejak hari itu. Kemungkinan besar dia hanya berdiam di kamar nya yang hangat dan serba segala ada. Ah memang fasilitas di sini sangat mengagumkan. Dan sangatlah fantastik jika kau tanya menurutku. Berawal dari suara radio, TV, DVD player, game stik dan hal lain yang kecil- kecil tapi berguna. Tapi aku tidak terlalu tertarik dengan hal yang ada di kamarku. Aku sudah memainkan semuanya. Menyalakan semuanya. Mencoba semuanya. Tidak membuatku betah di dalam kamar.

Kemungkinannya, aku memang bergaya seperti itu. Hidup di jalanan dengan bebas dan tidak terhimpit tembok- tembok seperti di kamar itu. Walaupun, segala lengkap dan fasilitas yang mengagumkan.
Oleh karena itu aku jadi berjalan- jalan sendiri. Kemana- mana sendiri mungkin lebih baik. Tidak akan merepotkan orang lain. Dan tidak akan di repotkan. Bukankah begitu?

Aku hanya perlu mempelajari setiap lorong dan belokan antar gedung. Agar aku tidak tersesat. Maps di benda transparan itu tidak terlalu membantu menurutku. Apa aku saja yang tidak bisa menggunakannya. Ah entah. Aku juga tidak mengerti.

Sulit sekali mengingat setiap lorong di sini karena lorongnya banyak, dan juga berbeda beda. Tapi aku yakin pasti akan bisa. Seiring berjalannya waktu. Dan membiarkan diri untuk berjalan di berbagai bagian lorong yang serupa tapi tidak sama.

Aku hanya membawa roti bakar dan air mineral tadi dari kantin. Aku tidak mau berlama- lama di kantin. Karena banyak yang memandangku remeh. Mencemoohku dengan teman-temannya. Atau bahkan melirikku dengan pandangan menyeluruh. Dari atas ke bawah. Seperti sedang menilaiku. Sialan. Ah ingin sekali aku berteriak.

'Jangan kalian remehkan aku. Memang aku hari ini belum bisa memperlihatkan apa- apa tapi lihat nanti di ring duel.'
Tapi itu hanya menyangkut di tenggorokanku saja. Tidak bisa keluar dari mulutku karena menyombong bukanlah keahlianku. Aku langsung berjalan cepat keluar dari kantin. Bisa- bisa aku terbakar emosi jika terus berada di sana. Yang seperti kandang harimau dan aku adalah mangsa yang enak untuk dihabisi.
Aku masih belum berani berbicara lantang di sini. Ini baru awal. Ceritanya masih panjang. Hanya untuk sekarang aku mengalah. Saat ini. Ingat untuk sekarang. Nanti akan berbeda ceritanya. Akan aku coba mengubah pikiran mereka saat sudah menata hidup baikku di sini. Kita lihat saja. Siapa yang akan mencemooh aku lagi setelah melihatku di atas ring dan memukul jatuh lawan.

Aku duduk di taman sambil memakan makananku. Salju mulai turun. Aku rasa akan lebih baik merayakan natal di sini daripada di rumah. Bukan karena aku tidak di terima di keluAxraga. Tapi aku juga tidak bisa menerima punya keluAxraga angkat seperti itu. KeluAxraga angkat? Ah aku jadi sakit hati mengucapkan dan memikirkannya. Sedih dan memalukan memang.

Aku adalah anak.. Ng. Entahlah anak siapa. Aku juga tidak tau pasti. Yang pasti aku adalah anak yang berasal dan terbiasa ada di jalanan pada awalnya. Berkelahi merebutkan daerah kekuasaan adalah tontonan ku sejak dari kecil.
Aku sudah di ajarkan untuk bertarung kala itu. Bahkan sempat belajar caranya membunuh akibat rasa dendam. Yah mau bagaimana lagi. Hidup di jalanan adalah hidup yang menyusahkan. Hidup di jalanan hanyalah tentang siapa kuat dia dapat. Bukan perkara cepat. Maka dari itu, aku suka kebebasan dan pertarungan.

Tak lama saat aku berusia lima belas tahun aku mendengar ada sekolah baru yang akan didirikan. Sekolah mata-mata. Setahuku, mata-mata harus memiliki fisik yang bagus. Kau taulah mata-mata. Bagaimana mereka cara menjalankan misi dan menyergap serangan. Aku menyukainya. Tentu saja. Karena pikiranku bebas saat itu adalah kesempatan emas.

Saat umurku lima belas tahun lebih, aku kabur dari tempatku di jalanan. Aku menelusuri kota. Memakan makanan seadanya. Sempat tidak makan. Dan bertarung dengan siapapun untuk merampas makanan. Tidak. Bukan. Hanya bertarung dengan si pencuri makanan lainnya.

Bertarung untuk mendapatkan uang juga sempat menjadi jalan alternatif saat itu. Yah aku memang lumayan jago untuk berkelahi secara bebas. Aku tidak memiliki teknik tersendiri untuk berkelahi. Sesuai insting da otak saja. Beberapa gerakan aku rancang sendiri dengan membaca gerakan lawan. Dan jika aku menang aku mendapatkan uang. Cukup banyak. Uangnya bisa digunakan untuk menyewa satu kamar kecil kosong untuk aku tiduri. Dan tentu saja untuk makan.

Sampai umurku enam belas tahun. Aku bekerja paruh waktu di sebuah restoran cepat saji.
Pada awalnya aku memang di perlakukan sebagai anak dari pemilik restoran ini. Tapi setelah dia menikah dengan lelaki yang aku ketahui namanya Hans, dia meninggal tak lama setelah warisannya di berikan kepada Hans. Aku menduga ini perbuatan Hans. Cara paling ampuh mendapat uang adalah membunuh. Itu mungkin menurutnya.

Setelah itu kehidupanku berubah. Sangat berubah. Hans menyuruh- nyuruhku seenaknya. Yah aku hanya anak angkat kan? Umurku sudah cukup untuk daftar ke sekolah mata-mata. Aku muak. Muak dengan Hans. Jadi aku kabur dengan uang di tasku yang aku curi dari Hans. Pergi dengan modal nekat dan berani.

Aku kabur ke kota dimana sekolah itu berdiri. Yang ku dengar dari informasi di televisi. Mereka hanya menerima pendaftaran di setiap awal musim. Dan ini pertengahan musim. Aku harus menunggu sampai musim dingin tiba.

Dan tibalah saat itu. Saat aku mendaftar menjadi salah satu calon siswa di sekolah dengan gedung pencakar langit. Dan well, akhirnya aku ada disini. Entahlah penilaian di berikan dimana. Yang pasti aku menggerang keras saat jarum itu menusuk pelipis dan otot di leherku. Menyakitkan. Kurasa orang- orang yang mencobanya akan menggerang seperti aku barusan.

Tak layak aku seorang pria menggerang. Tapi apa daya? Itu sangat menyakitkan. Sungguh- sungguh menyakitkan. Ah aku tidak mau membahasnya lagi. Selalu terbayang ketika membicarakannya. Yang terpenting aku sudah disini. Di dalam sekolah dengan aman dan sangatlah nyaman.
Tidak perlu mengemis untuk mendapat makanan. Bertarung hanya untuk penilaian. Dan tidur dikasur yang nyaman tanpa perintah dari siapapun.

Kudengar hanya dua orang yang masuk musim ini. Itu berarti aku dan ..... Sara.

Bukankah itu adalah sesuatu untuk di banggakan? Sejak aku mengantri saat pertama kali kesini, bajyak sekali orang- orang yang berkeinginan masuk ke sini. Dan yang dapat masuk musim ini adalah hanya aku dan Sara. Wow. Fantastik

Romantic SpyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang