#8 : Liburan Musim Panas

95 14 0
                                    

Bagiku, pada dasarnya liburan panas adalah pengalaman 3 bulan yang penuh rasa bersalah.
Misalnya saja aku harus benar - benar menghabiskan waktuku di dunia Fain.
Hari ini Ibuku mengajakku ke pasar swalayan. Jaraknya cukup jauh dari rumah sehingga kami harus menggunakan mobil. Kau tau keluargaku hanya mempunyai mobil terbang butut milik Ayah. Untung saja Ayah sudah membuat design mobil itu seperti mobil Fain pada umumnya. Jadi mobil itu sebenarnya bisa di kendarai tanpa harus di terbangkan.
Ibu mengajakku pergi ke pasar swalayan untuk membeli beberapa macam makanan untuk kami makan selama musim panas ini. Walaupun ibu penyihir, tetapi ibu lebih suka memasak makanan ibu sendiri dengan cara yang normal dibandingkan dengan memasak makanan menggunakan kekuatan sihir. Berbeda terbalik denganku. Aku lebih suka menggunakan sihirku dibandingkan dengan menggunakan kemampuanku sendiri. Aku jadi teringat ketika aku berumur 8 tahun. Di sekolah fain, guruku yang bernama Mrs. Estelle menyuruhku untuk membawa buku ke ruangan guru. Kukira hanya satu atau dua buku saja yang kubawa, tapi ekspektasiku melenceng dari realita. Aku disuruh membawa buku yang tingginya melebihi dari tinggiku. Aku disuruh meminta bantuan juga kepada temanku tapi mereka tidak mau. Jadi aku mengangkatnya sendirian.
Ketika hampir sampai di ruang guru, tiba - tiba tumpukan buku yang kubawa itu terjatuh begitu saja. Dengan cepatku bereskan buku -buku yang berserakan itu. Karena aku malas, aku menggunakan sihirku. Aku masih bisa dibilang pintar dalam menggunakan sihir walaupun umurku masih 8 tahun. Hanya saja aku sedikit ceroboh menggunakan sihir di dunia Fain. Maklum di saat itu aku belum cukup umur untuk bersekolah di sekolah sihir, jadi ibuku lah yang mengajariku sedikit - sedikit tentang ilmu sihir. Lalu aku gunakan gelang yang berkemampuan sihir itu di tanganku dan taraa!! aku selesai meletakkan semua tumpukan buku itu di ruang guru yang tepatnya di meja Mrs. Estelle.
Awalnya ruangan guru sangat ramai dan berisik. Tetapi lama kelamaan aku bingung kenapa jadi sepi dan senyap. Ketika aku melihat sekelilingku, ternyata semua guru di ruang guru membuka mulutnya lebar - lebar dan tersentak kaget melihat aku menggunakan kemampuan yang bisa dibilang tidak masuk logika itu. Aku pun jadi ikut - ikut tersentak kaget. Untung saja aku mempunyai ibu yang cerdas. Akhirnya ibu datang menghampiriku di ruang guru dan ibu pun lagi - lagi menggunakan anugerahnya karena ulah kecerobohanku. Lalu semua guru - guru tersebut lupa dengan kejadian itu dan ruangan itu pun kembali ramai.
Mungkin sebab itulah aku jadi tidak terlalu di perhatikan oleh ibuku sampai sekarang. Tapi aku yakin, ibu selalu mencintaiku dengan apa adanya aku.
"Bisakah kau menghilangkan kemampuan melamun itu, Victoria?
Ibu lelah teriak - teriak memanggilmu sedari tadi tapi kau tidak menanggapi ibu" Ucap ibuku sambil ngos-ngosan. Kurasa iya tengah berlari kesana kemari karena banyak sekali bawaan kami selepas belanja tadi.
"Bi-bisa bu. Tadi aku sedang mengingat masa kecilku saja saat berada di sekolah Fain. Maafkan aku bu"
"Ayolah sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengingat masa lalumu itu. Sekarang cepat bantu ibu untuk memasukkan makanan - makanan ini ke dalam kulkas. Ibu ingin istirahat sebentar karena ibu lelah. Selepas istirahat ibu akan membuatkan makan malam untukmu karena kamu sudah menemani ibu pergi ke pasar swalayan"
"Baik bu. Selamat beristirahat"
Ibu tersenyum kepadaku sambil mengacungkan ibu jarinya kepadaku. Baru kali ini aku melihat ibu sedikit lebih peduli kepadaku. Terakhir ibu peduli kepadaku sekitar 2 bulan yang lalu. Waktu yang cukup lama bukan?

Selepas aku memasukkan makanan ke dalam kulkas, aku langsung membuka ponselku. Jangan bilang hanya karena aku penyihir, bukan berarti aku ketinggalan zaman. Aku lihat anak - anak di dunia Fain telah banyak memiliki ponsel yang cukup mahal sementara anak - anak di dunia sihir masih memakai surat dan mengirimnya lewat burung hantu. Tak heran jika generasi ini bisa dibilang 'generasi menunduk.'

You have received a new message

Lucy: "hai Vict! Apa kabarmu? Kudengar kau sekarang tidak bersekolah di AmityField lagi. Dimana kau sekarang bersekolah?"

Victoria: "Oh hai Lucy! Aku baik - baik saja. Iya, sekarang aku pindah di sekolah Ibuku dulu. Sekolah boarding school. Aku sedang berada di rumah saat ini karena musim panas"
Aku berbohong pada Lucy. Oh iya aku belum sempat cerita. Aku mempunyai teman Fain bernama Lucy. Dia cukup dekat denganku saat aku bersekolah di sekolah Fain. Namun ia pindah sekolah di dekat rumahnya karena Ayah dan Ibunya bangkrut jadi ia pindah rumah dan tentu saja ia juga pindah sekolah.

Lucy: "Oh benarkah? bagaimana kalau kita bertemu? Sudah lama kita tidak bertemu. Aku rindu wajahmu Vict"

Victoria: "Hahaha benarkah? aku juga rindu padamu. Baiklah kita akan bertemu kapan dan dimana?"

Lucy: "Hari ini jam 5 di Cafe dekat sekolah Amityfield, bagaimana?"

Victoria: "Setuju!"

Lucy: "Baiklah, sampai berjumpa disana!"

Aku hanya membaca pesan terakhir dari Lucy. Sungguh aku sangat rindu kepadanya. Namun aku teringat ketika ibu akan memasak malam ini, jadi aku bilang kepada Ibu kalau aku ingin bertemu teman Fain ku, Lucy di cafe dekat sekolah Fainku. Ibuku mengizinkanku karena Ibuku sangat mengenali Lucy.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Haloo!! Maafkan ya kalo jarang ngepost akhir - akhir ini. Selamat membaca😊✨

Half - Blood(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang