Setelah kami berhasil kabur dari penjaga di Kementrian Sihir, kami mengunjungi Rumahku yang tidak begitu jauh keberadaannya. Dan kurasa orang - orang di Kementrian Sihir segera mengetahui keberadaan kami jadi kami harus cepat - cepat untuk kerumahku dan menanyakan sesuatu hal penting kepada Ibuku.
Selang beberapa jam, kami telah sampai di Rumahku pada pukul 3 sore. Aku segera berlari menuju pintu rumahku dan membukanya. Aku lupa untuk memencet bel karena aku dan teman - temanku memang harus buru - buru. Jangan tanya mengapa aku bisa memasuki pintu rumah sementara pagar rumahku sangat tinggi. Aku ahli dalam memanjat, jadi aku memanjat pagar rumahku dan aku membuka pagarku lewat dalam sehingga teman - temanku bisa masuk.
"Ibuuuu Ibuuuu" Panggil Aku sementara teman - temanku tengah mengagumi lukisan dinding yang berada di ruang keluarga.
Aku sudah naik turun tangga beberapa kali dan mencari keberadaan ibuku, namun ibuku tidak ada. Aku semakin curiga ada apa dibalik semua ini. Mengapa ibuku tidak ada dirumah? lalu dimana keberadaan dia sekarang?
"Guys, Ibuku tidak ada disini" Ucapku lemas sambil duduk di sofa tanpa energi.
"Astaga, usaha kita sia - sia saja untuk datang kemari. Padahal aku baru saja ingin memperkenalkan diriku pada calon mertua" Ucap Michael sambil senyum senyum sendiri.
"Apa tadi kamu bilang Mike?" Tanya Gabriel yang menahan tertawanya
"Tidak tidak aku hanya bercanda saja. Lalu kita harus kemana?" Tanya Michael
"Balik ke sekolah pun tidak mungkin karena kita pasti akan di hukum. Hmm.. Aku punya ide" Ucap Rose
"Apa itu Rose?" Tanyaku
"Aku tau suatu tempat di daerah Fain. Tempatnya cukup nyaman untuk kita tempati sementara, bagaimana? Waktu kita sudah tidak bisa lama lagi karena cepat atau lambat orang suruhan Professor Dolores serta penjaga di Kementrian Sihir akan menemui kita disini. Ayo cepat" Ucap Rose sambil berlari menuju mobil terbang. Kami pun mengikutinya.
Beberapa menit kemudian kami sampai di Hutan. Di sini banyak sekali pohon - pohon, hanya saja tidak memiliki daun. Hutan ini cukup luas untuk kami tempati sementara. Di ujung hutan terdapat sebuah rumah. Aku tidak tau itu rumah siapa, yang jelas rumah itu akan kami tempati selama beberapa hari ini.
Sambil membereskan rumah, aku mengotak - ngatik ponselku. Ketika aku sedang mengotak - ngatik, teman - teman ku heran.
"Itu apa yang ada di tanganmu, Vict?" Ucap Gabriel
"Jangan bilang kalian tidak tau apa yang aku pegang di tanganku ini."
Mereka semua menggelengkan kepala seraya membuka mulutnya lebar - lebar
"Hahaha muka kalian seperti anjing di depan rumahku. Ini namanya Smart Phone. Di dunia Fain, anak - anak seumuran kita menggunakan ini untuk berkomunikasi dengan orang lain"
"Untuk apa Smart Phone kalau burung hantu pun bisa digunakan untuk berkomunikasi?"
"Ya tidak lah Mike, mereka kan Fain, manusia yang tidak memiliki anugerah jadi mereka mana tau kalo ternyata burung hantu bisa di gunakan untuk berkomunikasi. Lagi pula burung hantu itu ribet. Kita harus menulisnya dan harus memberi upah kepada burung hantu. Sedangkan Smartphone tinggal mengetik dan kemudian klik 'send'. Oh iya, Smartphone bisa untuk foto juga loh. Kita Foto ya berempat!"
*Cklik*
"Nih jadinya kaya gini"
"HAHAHAHAHA GABE MUKAMU KAYA KOTORAN SAPI" Tawa Rose menggelegar
"TIDAK TIDAK. COBA LIHAT MUKAMU SEPERTI PANTAT BABI" Ucap Gabe.
"Ini agak berbeda ya? kalo di dunia kita kan gambarnya bergerak" Ucap Michael
"Ya jelas dong. Kalo bergerak namanya bukan gambar, tetapi video! Hanya saja video itu tidak bisa di cetak secara lembaran seperti di dunia kita"
"Video?" Tanya Michael
"Ah sudah tanyanya lain kali saja, mendingan kita semua segera membereskan tempat berdebu ini" Ucapku
Lalu kami semua kembali membereskan tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half - Blood(On Going)
Science Fiction"Ini kisahku, Jika kamu ingin membacanya terserah, dan jika kamu tidak ingin membacanya juga terserah, aku tidak peduli. Yang jelas, ketika barang - barangmu hilang dalam sekejap, itu berarti ulahku yang sedang menggunakan anugerahku." -Alexandra Vi...