#7 : Professor Dolores (Part 2)

92 16 0
                                    

Aku terus mengulang - ulang kata kata itu sampai aku malas mengucapkannya. Dan tiba - tiba saja perkataan yang kuucapkan dari tadi timbul di tangan kiriku, tepat aku memakaikan gelang itu. Rasanya sakit dan perih. Lebih sakit daripada lukaku akibat Troll kemarin. Aku sampai tidak bisa menahannya. Kurasa sakitnya makin lama makin memudar dan ya. Tulisan itu terlihat jelas di tanganku.
'Aku tidak boleh melawan guru'
"Sudah? Kalau sudah kau boleh pergi dari ruanganku." Ucap professor Dolores sambil meminum tehnya yang sudah dingin itu.
Aku tidak menjawab pertanyaannya dan aku langsung keluar dari ruangan neraka itu. Udara disana dingin, namun tetap saja panas seperti di neraka karena Professor Dolores lah penyebabnya. Aku terus mengucapkan sumpah serapah pada dirinya. Aku tidak peduli jika ia ingin menghukumku lagi. Kurasa ia sedang tertawa saat ini.
"Bagaimana keadaanmu Vict?" Tanya Gabriel yang ternyata sedari tadi telah menungguku di depan ruangan professor Dolores.
"Baik" Ucapku singkat sambil tersenyum kepadanya. Tipikal perempuan, jika ada sesuatu di dirinya yang tidak membuatnya senang, pasti selalu menyembunyikannya.
"Kau tau Vict? Kau tidak pandai menyembunyikan perasaanmu. Aku tau pasti suatu hal terjadi pada dirimu"
"Tidak Gab, aku bilang aku baik"
Gabriel tidak membalas kalimatku barusan. Ia hanya tersenyum dan memegang tangan kiriku dan berkata "What happened? Ini perbuatannya Professor Dolores bukan? Kita perlu melaporkan ini kepada Professor Albyrn"
"Tidak, sudah ini tidak apa - apa. Nanti juga akan hilang sendiri." Ucapku.
Lalu Gabriel seketika menghilang dalam sekejap. Kurasa ia tengah berlari menghampiri Michael dan Rose lalu segera menuju ke ruangan kepala sekolah.
Aku tidak memperdulikan mereka. Hanya saja aku akan membuat Professor Dolores di pecat dari sekolah ini.

1 minggu kemudian...

"Good Morning class. Sekarang kita akan mengadakan ujian tertulis. Tidak menggunakan anugerah. Cukup letakkan alat tulis kalian di atas meja. Aku akan memberikan selembar kertas dan kerjakanlah." Ucap Professor Dolores dari belakang kelas.  Salah satu tipikal guru yang menyebalkan: mengadakan ujian dadakan.
"Yah Professor. Kami kan belum
belajar. Bagaimana jika ujiannya minggu depan saja?" Ucap salah seorang anak dari penyihir kuning.
"Tidak. Ini keputusanku dan tidak bisa di ganggu gugat"
"Professor Albyrn membuat peraturan untuk tidak mengadakan ujian tertulis pada saat ini, Professor" Ucapku. Aku menggunakan nada sangat keras karena aku benci kepadanya.
"Kau pikir kau siapa Victoria? Kau hanyalah orang miskin. Hidupmu tidak sempurna. Ayahmu meninggal. Dan ibumu tidak peduli padamu" Ejek Professor Dolores. Aku tidak tau harus berbuat apa dan aku segera berlari meninggalkan kelas menuju kamar mandi. Samar - samar aku mendengar Professor Dolores teriak dan berkata "Mau kemana kau Vict? Kau sedang berada di kelasku dan jangan kau buat peraturan seenakmu saja."

Aku menuju kamar mandi perempuan. Letaknya berada di pojok sekolah. Kurasa kamar mandi di sini jarang di pakai oleh kaum wanita karena suasananya bisa dibilang menyeramkan. Dan aku suka suasana yang menyeramkan.
Disini aku menangis sejadi - jadinya. Aku heran, mengapa ada seorang guru yang tega berkata seperti itu kepada muridnya. Aku tau dia mempunyai dendam khusus kepadaku, tapi tetap saja seharusnya ia sebagai guru tidak berkata seperti itu.
Setelah selesai menangis, aku pun segera menuju ke ruangan kepala sekolah. Kurasa sekaranglah saatnya aku mengadu kepada kepala sekolah. Walaupun aku bisa dibilang anak nakal di sekolah, aku yakin kepala sekolah pasti percaya kepadaku. Dan tentu membuat guru itu pergi dari sekolah ini.
"Selamat siang Professor Albyrn" Ucapku sambil membuka pintu
"Siang Victoria. Mengapa kau kemari?"
"Aku hanya ingin bertanya, mengapa Professor Dolores bekerja disini?"
"Dia berasal dari kementrian sihir. Dia menjabat sebagai kaki tangan ketua kementrian sihir. Dan saya sebagai kepala sekolah menerima lamarannya untuk menjabat jadi guru disini sebab kementrian sihir ingin melihat suasana sekolah ini saja. Mengapa kau bertanya seperti itu?"
"Ingin melihat suasana? betulkah? kurasa ia tidak seperti itu Professor. Ia hanya menjelek - jelekan namaku saja di depan umum. Apakah itu yang disebut dengan 'ingin melihat suasana'?"
"Memangnya apa yang sudah ia katakan kepadamu?"
"Dia bilang aku anak miskin. Ibuku tidak perhatian padaku. Dan ayahku meninggal. Ia juga berkata hidupku tidak sempurna"
"Saya tau mengapa ia berkata seperti itu, Ia adalah musuh ibumu di kementrian sihir. Ibumu dulu menjabat sebagai kaki tangan dari ketua kementrian sihir. Dan Professor Dolores menyukai ayahmu, Vict"
"Jadi Professor? Apakah Professor akan segera menghukum Professor Dolores?"
"Oh tidak sayang. Itu adalah masalah pribadimu dan aku tidak ingin ikut campur" Ucapnya
Ada apa dengan sekolah ini.
"Baik kalau begitu Prof, saya pamit" Ucapku.

Sungguh. Aku benar - benar heran dengan sekolah ini. Professor Dolores, Professor Albyrn, kenapa mereka terlihat seperti tidak peduli denganku. Benar - benar keterlaluan. Kurasa saatnya aku sendiri yang mengeluarkan Professor Dolores.

Half - Blood(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang