#9 : Burung Hantu

87 14 2
                                    

Setelah aku menghabiskan waktuku untuk bertemu dengan Lucy, aku akan menikmati liburan musim panasku yang bersisa 1 bulan lagi untuk tinggal di rumah saja. Caraku untuk melewati liburan musim panas ini adalah dengan duduk di depan Televisi sambil bermain video games, dengan tirai jendela tertutup dan lampu yang di padamkan. Walaupun aku penyihir, bukan berarti aku tidak melakukan kegiatan anak - anak Fain pada umumnya.
Malang bagiku, gagasan Ibu mengenai liburan musim panas yang sempurna sungguh berbeda dengan apa yang kupikirkan. Ibu bilang sungguh 'tak lazim' seorang anak berada di dalam rumah sementara cuaca di luar sedang cerah. Aku bilang padanya bahwa aku sudah menghabiskan waktuku kemarin bersama Lucy dan juga aku bilang padanya bahwa aku sedang berusaha melindungi kulitku agar saat aku tua nanti, aku tidak terlihat keriput seperti Ibu. Namun, Ibu tidak mau dengar. Baru saja aku ingin menggunakan anugerahku untuk memberhentikan waktu, aku baru ingat kalau aku tidak boleh mempergunakan anugerahku di luar sekolah. Jadi, kuputuskan kalau aku ingin tidur saja di kamar tidurku.

Sungguh aneh ketika seorang penyihir tidak menghabiskan waktu mereka untuk pergi jalan - jalan dengan menggunakan anugerah. Maksudku bukan anugerahku, melainkan anugerah Ibuku. Namun, saat ini ibuku sedang tidak peduli dengan keinginanku dan ia malah memutuskan untuk pergi keluar rumah tanpa mengajakku.
Beberapa jam kemudian, Ibu datang sambil membawa sebuah kotak kardus besar dan meletakkan kardus itu di lantai dan --- percaya atau tidak --- di dalamnya ada seekor Burung Hantu. Ibu membeli burung hantu karena ibu tau aku sangat bosan di rumah jadi ia ingin aku bersurat-suratan dengan teman - teman ku di sekolah seperti Michael, Gabriel, dan Rose. Ah sudah lama sekali aku tidak menemui mereka.
"Thanks Mom!" Ucapku
"Your Welcome sweet heart. Don't forget to take care of him. Jangan sampai kotorannya berantakan dimana - mana" Aku yakin Ibuku tidak terlalu kasihan kepadaku karena bosan di rumah. Melainkan dengan agar aku mempunyai aktivitas di rumah untuk merawat Burung Hantuku ini.

3 Minggu kemudian...

Pada awalnya, aku benar - benar senang ketika mendapatkan burung hantu. Namun sekarang, aku mulai meragukannya.
Burung Hantu itu sebenarnya membuatku agak sedikit lebih gila. Beberapa hari yang lalu, ada seekor anjing yang kurasa itu milik seorang Fain sedang bergong-gong ke arah kamar tidurku. Lalu, segera kubuka jendela kamar tidurku. Namun aku lupa meletakkan Burung Hantuku di sarangnya, jadi ia malah terbang seenaknya lalu keluar melewati jendela. Otomatis aku berteriak memanggil Ibu dan Aku baru ingat kalau ibu sedang tidak berada di dalam rumah. Jadi aku mencari burung hantuku dengan menggunakan mobil terbangku. Aku menaiki mobil terbangku dan aku segera mencarinya hingga aku lupa untuk memencet tombol 'Kasat Mata' yang berada di dalam mobilku itu. Lalu, aku menemukan Burung Hantuku sedang berada di pinggir jalan, lagi - lagi kejadian masa kecilku terulang. Kulihat semua Fain membuka mulutnya lebar - lebar dan kaget melihat aku mengendarai mobil yang keberadaannya tepat di atas kepala mereka. Untung saja Ibuku berada di sekitar tempat itu dan langsung menggunakan anugerahnya. Akhirnya semuanya lupa akan kejadian itu. Aku benar - benar ceroboh bukan? Dan lagi - lagi aku kena marahan ibuku yang kukira ini sejuta kalinya aku dimarahi.
Namun, yang paling menjengkelkan dari Burung Hantuku adalah ketika ia tidak mau tidur di sangkarnya, melainkan ia ingin tidur bersamaku di atas ranjangku. Aku takut kalau ia akan mematuk tanganku bila aku memindahkannya ke sangkarnya. Dan dia tidak cuma asal tidur di ranjangku, melainkan ia tidur persis tepat di tengah - tengah ranjang.
Kurasa ini benar - benar akhir liburan musim panasku yang kurang menyenangkan.

Half - Blood(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang