29

14.7K 510 3
                                    

Agnez pov

Aku mengerjap ngerjapkan mata ku, mulai membiasakan cahaya yang masuk dari gorden yang telah dibuka.

Tunggu, ini bukan kamar ku.
INI KAMAR SIAPA? AKU DIMANA?! AKU SIAPA? ah jadi seperti orang amnesia saja-_-

Tapi aku merasa de javu saat ini.
Aku seperti sudah pernah ke kamar ini.

EVEN.

Ya, ini kamarnya. Aku ingat betul
Berarti sekarang aku berada di rumah nya? LOH? Perasaan semalam aku berada
Tapi kemana orang yang memiliki kamar ini?

Agnez pov end
---------------------

"Makan ga!"

"Ogah, makanan buat lu pasti ga enak"

"Eh bocah udah di tolongin semalem pas pingsan di club, di tampung di rumah gua, di bikinin makanan malah ngatain gua lagi, udah makan aja"

"Loh? Emang gua minta? Engga kan"

Dengan perdebatan hebat akhirnya Agnez mengalah, ia memakan nasi goreng buatan Even.

Even lalu mengajak Agnez belajar bareng walaupun Agnez ssma sekali tak memperhatikannya.

Tatapannya masih berada pada iphone nya yang masih diam.

Agnez berharap sebuah notifikasi masuk ke iphone nya, entah dari Line,Whatsapp,Twitter,Message,Call, bahkan email sekalipun yang terpenting itu dari sahabat yang sangat ia rindukan.

Tak bisa dibohongi, walaupun sekarang ia sedang bersama Even, lelaki yang membuat nya jatuh hati namun sesekali nama Tyo selalu terbesit di pikirannya.

Even merampas hp Agnez selayaknya seorang perampok handal.

"IH HP GUA! BALIKIN GA" teriak Agnez

"ENGGA!" ucap Even lalu menaruh hp Agnez di dalam lemari nya yang paling atas agar Agnez tak bisa mengambil nya dan mengunci lemari itu.

"TAI" umpat Agnez kesal, tak ada yang bisa ia lakukan lagi.

Dengan sangat terpaksa ia memperhatikan Even yang sedang menjelaskan teori-teori Albert Einsten yang jelas Agnez tak mengerti sama sekali.

"Ngerti ga?" Tanya Even setelah ia menjelaskan beberapa rumus matematika untuk mengerjakan latihan soal un ini.

Mata Even berbinar-binar, ia ingin Agnez mengerti mengerti mengingat menurut nya ia sudah menjelaskan rumus itu ke seluk beluk nya.

Tak lama berselang Agnez menggeleng mantap membuat Even mengumpat kesal.

Even kemudian bangun dari kasur nya dan berlalu ke meja meminum segelas air dingin yang dapat menghilangkan dahaga nya setelah berbicara panjang lebar.

"Tau ah, pusing gua. Balikin hp gua sini" ucap Agnez

"Ogah, sebelum lu bisa ngerjain soal" jawab Even

Setelah dengan susah payah Even menjelaskan rumus-rumus akhirnya Agnez dapat mengerjakan satu soal sambil kegirangan, Even pun ikut tersenyum bahagia walaupu  menurut nya soal yang tadi adalah soal yang paling mudah.

"YOII! GUE BISA! KEREN KAN KEREN? IYA LAH SIAPA DULU" Agnez terus berteriak kegirangan lalu meminta Even memberi nya soal-soal lagi dengan tingkatan sulit yang berbeda.

Setelah Even mengasih soal yang paling susah, Agnez tak bisa mengerjakannya hingga membanting pensil itu dengan frustasi.

"AHILAH! BARU JUGA DIBILANG GAMPANG LU! UDAH JADI SUSAH BANGET GINI" umpat Agnez kesal, memarahi soal matematika adalah hal tergila yang pernah Even lihat hingga membuat nya tertawa terbahak-bahak.

"NGAPAIN LU KETAWAIN GUA?!" tanya Agnez menatap Even dengan tatapan membunuh

Even masih berguling-guling di ranjang nya dan terus tertawa sambil berkata "sinting" di sela-sela tawa nya.

"EVEN" teriak Agnez sambil mencubit perut Even gemas membuat Even diam mati kutu akibat betapa sakit nya cubitan Agnez itu.

Kini tawa Even berubah menjadi ringisan.

Agnez tak perduli, ia malah mengambil rokok di dalam tas kecil nya lalu membakar satu batang.

"EH! MALAH NGEROKOK LAGI BOCAH! GA BOLEH!" teriak Even kesal setelah melihat Agnez mematikan AC kamar nya lalu membuka jendela.

Agnez menoleh sebentar ke Even lalu kembali menatap keluar, menatap jalanan komplek Even yang mulai ramai dengan anak kecil dan orang-orang yang sedang jogging.

Even pun bangun, merampas rokok itu seperti yang ia lakukan saat merampas hp nya Agnez lalu melempar nya keluar melewati jendela yang terbuka itu.

Agnez terperangah kaget, namu  beberapa detik kemudian wajah nya berubah, tidak lagi kesal lalu ia memukul wajah nya sendiri dengan spontan.

"Bego, itu belum dimatiin rokok nya" ucap Agnez masih menutup wajah nya

Even kaget, lalu ia sedikit mengintip ke bawah dan kembali menyembunyikan wajah nya setelah mendengar seorang pria berteriak.

"INI SIAPA YANG BUANG PUNTUNG ROKOK BELUM DIMATIIN? SIAPA! GA BENER BANGET SI! MANA ORANG NYA, ANAK SAYA KENA!" teriak pria itu dari bawah membuat Even makin takut, ia sama sekali enggan untuk menampakan wajah nya.

Agnez kemudian menengok ke bawah tanpa perasaan dosa lalu kembali duduk di bawah jendela seperti Even.

Agnez melihat seorang pria berperawakan seperti preman sedang meniup-niup kaki anak bayi laki-laki nya akibat menginjak puntung rokok yang Even lempar tadi.

"Eh itu gimana?" Ucap Even panik

Agnez tak dapat menahan tawa lagi melihat wajah panik Even apalagi bila ia memberi tau bahwa ayah dari anak itu berperawakan seperti preman dan siap untuk menonjok Even bila mengetahui itu adalah ulah Even.

"Ayoloh Ven, itu bapak nya preman. Badan nya gede banget kayak Agung Hercules" ledek Agnez sambil menahan tawa nya

"Eh serius? Gimana ni? kalo gua minta maaf entar belum minta maaf udah di tonjok duluan gua"

Broken GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang