"Siang" ucap Even kepada Thalita
Sejak 2 hari Thalita belum menyadarkan diri Even terus menjenguknya dan baru tadi ia mendapat telfon dari Mamah nya bahwa Thalita sudah siuman ia langsung bergegas untuk menuju rumah sakit sekalian untuk bergatian menjaga Thalita.Thalita pun membalas dengan senyuman, tubuh nya masih begitu lemas bahkan untuk berbicara saja ia tak kuat, bibir nya pucat pasi.
Sambil menemani Thalita, Even membawa buku yang berisi soal-soal UN dan bermain di dalamnya.
"Wailah, ngerjain gituan mulu. Entar botak tuh rambut lu gara-gara kebanyakan mikir terus stress terus mati deh" ucap Thalita dengan penuh tenaga
"Bacot, udah aja diem ngomong aja masih susah lu" jawab Even tanpa mengalihkan pandangan dari buku nya
"Ngeselin"
"Bodo"
Setelah beberapa saat, iphone Even bergetar membuat nya mengambil di dalam saku jeans selutut nya dan melihat notif apa yang masuk.
Agnez: ven
Even: apa?
Agnez: gapapa
Even tak membalas apa-apa.
Perasaannya mulai berkecambuk, ia melihat Thalita lalu melihat layar iphone nya yang bertuliskan nama Agnez secara bergantian, ia bingung.
Even merasa bahwa akhir-akhir ini ia lebih sering meyempatkan waktu untuk Thalita di banding Agnez.
Apakah itu jawabannya? Entah, ia masih tak tau jawabannya.
Apakah akan semudah itu bagi nya untuk meninggalkan Agnez? Tinggal selangkah lagi menurut nya untuk mendapatkan Agnez namun tiba-tiba Thalita datang membuat perasaan itu muncul kembali.
"Oy, bengong aja lu!" Thalita kembali bersuara membuat Even back to earth
"Eh gua aus ni, ke kantin bawah dulu ya bentar" ucap Even lalu keluar tanpa menunggu jawaban dari Thalita
Tangan nya menelungkup secangkir kopi hangat, membuat nya merasa kehangatan itu mengalir ke dalam tubuh nya.
Menimbang apa langkah yang akan ia ambil ke depannya.
Pindah ke London dan melanjutkan studi disana bersama Thalita atau menetap disini bersama Agnez?
Apa yang harus Even katakan kepada Agnez kalau ia jadi pindah ke sana? Haruskah Even mengatakan semua perasaanya lalu meninggalkan Agnez? Bagaimana kalau Agnez juga mempunyai perasaan yang sama? Tidak semudah itu.
Tetap disini? Jauh di dalam hati nya ia sangat ingin berada disamping Thalita mengingat kondisi sahabat nya saat ini.
Ia ingin menjaga Thalita, namun ia juga ingin menjalani hidup bersama Agnez.
Setelah merasa sedikit tenang dengan bantuan secangkir kopi hangat ini ia kembali ke kamar Thalita.
Tak ada percakapan diantara mereka berdua, Even masih mematap ke luar jendela dengan tatapan kosong.
Beberapa menit berselang, Thalita menyemburkan cairan berwarna merah membuat selmut putih nya bercorak merah.
Tak ada apa-apa disini, tissue sudah habis. Even yang tak tau harus berbuat apa langsung menadangi muntahan darah itu di kedua tangannya agar baju Thalita tidak semakin banyak terkena muntahan darah nya.
Begitu panik nya Even hingga lupa masih ada tombol darurat untuk memanggil dokter.
Setelah ia tersadar dan memencet tombol itu dokter dan beberapa suster langsung datang dan menangani Thalita sambil menyuruh Even keluar.
Setelah beberapa menit Even menunggu dalam kecemasan akhirnya dokter itu keluar lalu memberi penjelasan kepada Even, kata nya ada beberapa pembuluh darah Thalita yang pecah.
*****************
Haiiiii haii
Pendek banget yaaa, maaf:(
Pusing mikirin nem ni aku nyaVomment yap, thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Girl
Teen Fiction[PRIVATE] "Kamu adalah rumah yang selama ini aku cari Tempat dimana aku merasakan nyaman yang tak akan bisa kudapatkan di tempat lain selain disisi mu" ------------------ Amazing cover by melazycats