Tiga ❌

169 6 3
                                    

Nata masih mengendarai mobil-nya ke arah rumah-nya. Tiba-tiba ia teringat satu hal, nama tuh cewek siapa ya. Ia lupa menanyakan hal itu, tepat saat ia melihat ke arah bangku sebelahnya, ada ponsel yang tertinggal.

Nata mengambil Ponsel itu, "Ini kan, Handphone si cewek itu, teledor banget dah,"

Karna sekarang sudah larut malam, ia berencana untuk mengembalikan Ponsel Syanin besok, disekolah. Disepanjang jalan, Nata memikirkan siapa nama cewek yang tadi duduk disebelahnya.

***

Nata sudah sampai dirumah, ia mengecek ponsel Syanin, dan ia melihat Lockscreen ponsel syanin adalah foto Syanin dengan seorang cowok, itu pacar-nya bukan ya?, gumam Nata.

"Ah bodo amat, bukan urusan gua," Gumam Nata, LAGI.

*Kringgg*

Bunyi ponsel Syanin berdering, Nata melihat lewat Lockscreen, ternyata ada pesan masuk.

From : Alex

Hai nin, besok jadi kan pulang bareng?.

Alex? jangan-jangan cowok ini yang ada di foto tadi?, Nata bertanya-tanya dalam hati.

***

Syanin merogoh-rogoh tas-nya, mencari ponsel-nya, ia panik, karna di ponsel-nya tersimpan banyak kenangan, banyak cerita antara dia dengan Adnan, ya Adnan.

Adnan adalah teman SMP Syanin yang dulu sempat mengisi kekosongan hati Syanin, tapi sekarang Adnan tak pernah ada kabar, menghilang seperti ditelan bumi. Namun Syanin, masih menyimpan sejuta rasa yang ada hingga saat ini.

"Aduh mampus, handphone gue kemanaa?," Syanin menepuk jidat-nya.

Ia terus mencari-cari di tas-nya, di laci-nya, Gak mungkin ada di laci, Gumamnya dalam hati. Ia mencari di saku-nya, tetap hasilnya nihil. Tiba-tiba Syanin teringat sesuatu, "Jangan-jangan ketinggalan di mobilnya ka Nata?," Tangannya bertolak pinggang.

"Argghhh bego banget sih nin." Ia terus menyalahi diri sendiri.

"Syaninnn"

Terdengar suara dari arah bawah, Ya, itu tidak lain dan tidak bukan adalah suara Ibunda Syanin.

"Iyaaa maa, kenapa?," Syanin keluar kamar sambil menuruni anak tangga.

Anin menaruh makanan diatas meja makan, "ini makan dulu,"

"Iyaaa, Ka Amal mana mah?," Tanya Syanin sambil menarik kursi-nya.

"Ada tuh dikamar, oh iya, suruh dia makan nin,"

Syanin beranjak dari kursi-nya, ia menuju kamar kakaknya, Amal.
Syanin menggedor-gedor pintu kakak-nya.

*Tok tok tok*

"Ka Amal, disuruh makan sama mama!," Teriak Syanin yang masih berdiri tepat di depan pintu kamar Amal.

"Iya, nanti gua nunggu suami gue dateng aja," Jawab-nya

"Okee," Jawabnya, singkat, padat, dan jelas.

Syanin menuruni anak tangga, ia teringat akan satu hal, dulu, ia tak hanya menyuruh Amal makan, tapi ia juga sering menyuruh Isma, kakak kedua-nya. Dunia-nya lebih cerah saat dulu, saat masih ada kakak-nya dirumah, saat masih ada Adnan, ya Adnan, ia adalah cinta pertama Syanin.

Syanin kembali duduk di kursi yang biasa ia duduki.

"Kakak-mu ga makan?," Tanya Anin.

"Katanya nanti aja nunggu suami-nya pulang," Jawab Syanin.

***
Syanin kembali kekamarnya setelah selesai makan, ia teringat akan ponsel-nya yang tertinggal di mobil Nata. ia terpikirkan, kalau si Ka Nata buka-buka handphone gue gimana dong, ah tapi gamungkin dia selancang itu. Gerutu-nya dalam hati.

Malam ini ia tidak bisa tidur, biasa-nya jam sembilan pun, ia sudah ada dialam mimpi. Tapi entah kenapa malam ini ia sangat sulit untuk tertidur. Syanin bangun dari tempat tidurnya dan beranjak ke meja belajarnya dan membuka Laptop-nya. Ia melihat foto-foto dulu saat bersama Adnan, cowok tinggi berkulit hitam. Air mata membasahi pipi Syanin, ia teringat masa-masa dulu, masa-masa indah, saat bermain bersama, ke toko buku bersama, ke kota tua, bahkan tempat-tempat kecil yang ada di Jakarta pernah ia kunjungi bersama Adnan, ia tak pernah berpikir kenapa Adnan sampai tega meninggalkan-nya tanpa sebab. hilang, benar-benar hilang. Ia juga tersadar akan satu hal, bahwa ketika seseorang pergi dari hidup-nya, maka akan ada separuh hati-nya yang ikut menghilang.

Syanin tersenyum kecil saat melihat foto Adnan tengah mencubit pipi-nya dari belakang, "Lo kemana si nan, gue kangen,"

Ia mengusap air mata-nya yang ada di pipi, dan tersadar sudah pukul 12.17 malam, ia harus segera istirahat, mengingat besok ia harus sekolah.

Kepada  ; Yang Tak Pernah MungkinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang