Sembilan ❌

155 4 0
                                    

Sebenarnya masih banyak hal yang bisa membuat kita tersenyum, hanya saja, kita yang terlalu membawa mati semua sakit hati yang pernah terjadi, semua kenangan menyakitkan yang terus dibawa hingga kini, sampai pada akhirnya sulit sekali melupakan-nya. Itulah yang dirasakan Syanin, Ia sadar bahwa sebenarnya banyak yang bisa membuat ia tersenyum, meski tak benar-benar bahagia. Mungkin luka yang begitu dalam, pernah ada dihati Syanin, dan mungkin masih berbekas hingga kini. Tapi Syanin tersadar, bahwa hidupnya harus berjalan, dan tidak harus ada ditempat yang sama.

Sudah larut malam, tapi Syanin masih menatap layar laptop-nya karna sedang membaca artikel, ia tak biasa-nya begini, hanya saja ia sedikit insomnia malam ini.

"argh, artikel-nya gaada yang seru," Gerutu Syanin.

Tiba-tiba ponsel-nya berdering, ternyata ada telepon masuk dari Citra.

"halo nin?," Citra memulai pembicaraan lewat telepon.

"Iya cit, kenapa?," Tanya Syanin

"gua barusan ditembak!!!," Ucap Citra dengan heboh.

"Hah? trus lu kenapa malah telepon gua? kenapa lu ga kerumah sakitt? bonyok lo kemana?," Tanya Syanin dengan tubuh yang bergetar.

"ihh apa sih, maksudnya, gue di tembak cowok, mau ga jadi pacar tuh cowokk, gituu," Ucap Citra

"arghh, gue kira ada apa, abisnya lo telefon gue jam segini,"

"hehehe, gue terima ga ya nin?," Tanya Citra

"emang siapa yang nembak lo?," Tanya Syanin sambil berjalan menuju kasur-nya.

"Ka Jodi nin!," Jawab Citra

"Hah? ka Jodi yang suka bareng ka Nata itu? Trus dia tau kalau Ka Nata itu kakak lo?,"

"belum sih, ini rencana-nya gue mau ngasih tau, gue terima ga nih nin?,"

"Kalau lo sayang ya terima, tapi kalau lo cuma pengen ada status ya mending gausah, perasaan gasebercanda itu," Ucap Syanin.

"gue sayang kok, gue kan udah pdkt lama sama dia," Jawab Citra

"kok lo ga cerita ke gue?," Tanya Syanin dengan nada yang agak sedikit membentak.

"weitsss, selow, gue gacerita ke elu soalnya takut nanti kalau dia cuma php-in gue doang, kan gue malu kalau udah pamer sana sini, eh ujung-ujungnya disakitin," Ucap Citra.

"hmmm yaudah terima aja," Jawab Syanin.

"yaudah, udah dulu yaa, byeee."

*tut tut tutt*

Belum sempat Syanin mengucap "bye" panggilan masuk-nya sudah dimatikan oleh Citra. Syanin mulai memejamkan mata, mencoba untuk segera tidur, mengingat besok ia harus sekolah, tapi tiba-tiba saja dalam penglihatan yang gelap, wajah pria itu membayang-bayang, ya pria itu, Nata. Syanin kemudian membuka mata-nya, "Apasihh kok gue jadi ngebayangin dia," Ucap Syanin. Kemudian ia kembali memejamkan mata-nya tapi bayangan pria itu datang lagi, Syanin kemudian menutupi diri-nya dengan selimut sambil berkata, "Arghh udah dong nin, jangan ngebayangin dia mulu," Gerutu Syanin.

***

Langit sudah mulai mengeluarkan cahaya, menandakam bahwa sekarang sudah saat-nya ayam berkokok, Syanin masih di tempat tidur-nya, dengan selimut yang menutupi wajah sampai kaki-nya.

"Syanin bangun, udah jam setengah enam, kamu ga sekolag?," Teriak Anin dari lantai dasar.

Anin mengucek-ngucek mata-nya, kemudian beranjak dari kasur, ia teringat sesuatu, ia menepuk jidat-nya, "mampus, gue belum sholat subuh,", kemudian ia langsung lari ke kamar mandi, mengambil air wudhu, dan segera menunaikan Shalat-nya. Ia turun dari lantai pertama, ke lantai dasar, sambil merapihkan dasi yang ia pakai dan menggemblok tas-nya yang lumayan berat.

Kepada  ; Yang Tak Pernah MungkinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang