Sudah hampir dua minggu Syanin menjalani tugasnya sebagai 'pelajar' di SMA Rajawali.
*Kringgg* kini bel sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu, langit sudah menghitam, menandakan bahwa jam pelajaran sudah berakhir sejak 20 menit yang lalu juga. Siswa/i ada yang masih di sekolah, ada yang sudah pulang sejak 10 menit yang lalu. Syanin masih disekolah, ia mengikuti banyak Organisasi, alasan-nya mengapa ia banyak mengikuti Organisasi adalah, ia ingin menyibukan diri, melupakan segala hal yang dapat membuat-nya bersedih."Nin, rapat besok ikut ga?" Tanya Alex yang dari tadi duduk disebelah Syanin.
"liat sikon, gua takut nanti dirumah ada acara," jawab Syanin.
Alex beranjak dari kursinya, "oh yaudah, nanti kalau mau ngumpul, pulang nya bareng gua aja,"
"tumben ngajak bareng, ada maunya nih pasti," Tanya‒nya dengan men‒sipitkan mata.
Alex menunduk dan menyentuh hidung Syanin, "Engga lah, sekarang pulang bareng gue aja yuk?."
Syanin menjawab tanpa melihat mata Alex, "Gue dijemput bokap lex,"
"Oh yaudah, hati-hati ya, calon istri," Goda Alex
"Iyaa calon imam,"
Mereka selalu begitu, menggoda satu sama lain, tapi Syanin tak pernah merasa ada yang aneh, perasaan-nya hanya menganggap seperti teman 'biasa'.
***
Syanin berjalan menuju parkiran sambil memainkan ponselnya, 'brukk', Syanin menabrak seorang pria tinggi, berkulit putih. "kalau jalan pake mata," Pria tersebut memarahi Syanin.
"Kalau jalan tuh pake kaki, bukan pake mata kali," Jawab Syanin dengan mengangkat kedua alis‒nya.
"nyolot banget lu jadi adek kelas,"
Dia kakak kelas? Mati gua, gerutunya dalam hati.
"woi, malah ngelamun bukaannya minta maaf,"
"i‒yaa maaf," jawab Syanin dengan wajah yang memerah.
Pria tersebut menunduk sedikit dan mengarahkan mulutnya kedekat kuping Syanin sambil berkata, "lain kali kalau jalan hati‒hati,". Lalu pria itu berjalan memunggungi Syanin.
Tubuh Syanin mematung, darahnya mengalir lebih cepat dari biasa nya, ia tak pernah sedekat itu dengan pria yang belum ia kenal, kok gua deg‒degan yaa, gumamnya dalam hati.
***
Sudah pukul delapan malam, Syanin masih disekolah, menunggu ayah nya menjemputnya. *kring* bunyi ponsel nya berdering, ada pesan masuk dari ayah nya. "nak, maaf ayah gabisa jemput, ternyata ayah lembur malam ini,". Argh kenapa gabilang dari tadi, gumam nya dalam hati. Tiba‒tiba ada mobil berhenti tepat di depan Syanin, dan membuka kaca jendela-nya, "lu ngapain disini? Kenapa belum pulang?" Tanya Pria itu.
"e‒lo?," nih orang ngapain nanya‒nanya urusan gua. Syanin bertanya‒tanya dalam hati,
"iya gue, kenapa? jawab pertanyaan gue tadi,"
"gue tadi lagi nungguin bokap, ternyata dia gajadi jemput, ini baru mau balik," Jawab Syanin.
"Yaudah masuk ke mobil gua,"
"nga‒" belum sempat melanjutkan omongan‒nya, pria tersebut langsung menjawab
"udah masuk aja, mau gua anterin ga? disini biasanya kalau udah jam segini, suka ada yang lewat pake baju putih, trus rambutnya panjang"
Bulu kuduk Syanin berdiri, sambil melihat ke sekeliling sekolah.
"Udah cepetan masukk, sebelum gua berubah pikiran nih,"
Syanin langsung memasuki mobil pria tersebut. "lo kelas berapa ka?,"
Mata pria tersebut memandangi jalan dengan wajah yang serius, sambil memutar stir ke arah kanan. "12, oh iya rumah lo dimana?," Tanya Pria tersebut dengan sesekali melirik Syanin.
"di Puri Indah blok 4, No.42" Jawab Syanin.
"nama lo siapa? Lo anak OSIS bukan?"
Darimana dia tau gue anak osis, gumam‒nya dalam hati. "gue Syanin, iya gue anak OSIS, lo tau dari siapa?," Syanin menoleh ke arah pria tersebut, ia melihat wajah yang ternyata 'tampan'.
"ya buktinya lo balik jam segini, biasanya kan anak OSIS pulang paling lama diantara anak‒anak yang lain,"
"iya juga sih, lo kenapa baru balik jam segini?," Tanya Syanin tanpa melihat wajah pria tersebut.
"gue ada urusan sama anak OSIS tadi,"
Syanin mengangguk, "ohhh, eh iya, nama lo siapa ka?,"
"nama gue Adinata Kasturi Naim, panggil gue Nata aja" Ia membelokan stirnya kearah kiri dan menyalakan sen‒nya.
Kok gue kaya kenal ya namanya, Syanin bertanya‒tanya dalam hati.
"rumah lo disini bukan?," Nata mengerem mobilnya tepat didepan rumah Syanin.
"iya disini, makasih ka udah nganterin," Syanin langsung membuka pintu mobil Nata, tapi ketika ia baru saja ingin menurunkan kaki kananya, ia merasa tertahan karna tangan‒nya di genggam oleh Nata. "lain kali, kalau jalan jangan Cuma pake kaki ya," Kata Nata sambil melepaskan genggaman nya dari tangan Syanin.
Syanin hanya tersenyum kecil dan langsung turun dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada ; Yang Tak Pernah Mungkin
RomansaAku hampir menyerah atas kamu, aku sudah berusaha sebisa aku, untuk jdi seseorang yang kau mau, ternyata bagimu semua tak ada arti, dihadapanmu aku tak berharga sama sekali, sepertinya untukmu, semua dariku akan selalu kurang, karena sesungguhnya yg...