Lima Belas ❌

70 2 1
                                    

Hai aku mohon maaf bgt baru bisa upload cerita lagi, aku kali ini mau ngambil POV atau sudut pandang dari Syanin!, oh ya, jangan lupa buat terus vote dan comment ya! Makasih.

----------------------------------------------
Hari ini adalah hari bahagiaku sekaligus hari yang menyedihkan, hari yang tak pernah aku rasakan setelah beberapa tahun terakhir ini, rasanya bisa melihat sahabat ku yang selama ini baru kelihatan batang hidungnya.

Adnan, dia adalah cinta pertamaku, separuh hidupku dihabiskan bersamanya, aku suka kepribadiannya, baik, sopan dan tak pernah muluk-muluk, aku tak pernah membencinya, kecuali ia meninggalkan ku tanpa sebab.

Ngomong-ngomong soal perasaanku sekarang, aku tak tahu. Aku bingung dengan diriku sendiri, aku bingung sebenarnya aku mencintai siapa. Setelah Adnan menampakan batang hidungnya, aku bahagia sekaligus bingung, aku sayang dia, namun aku cinta Nata.

Nata? ngomong-ngomong soal Nata, hanya dengan hitungan bulan ia harus menghadapi Ujian Nasional, betapa cepat waktu berlalu, itu tandanya aku takkan pernah ketemu ia lagi disekolah jika ia sudah lulus nanti.

Handphone-ku berdering, tertera nama "Adnan", aku segera menganggkat panggilan masuk itu.

"Halo?," Sapaku lebih awal.

"besok berangkat bareng siapa?," Tanya Adnan

"sama ayah mungkin, kenapa?,"

"mulai hari ini sampe minggu depan, gue yang anter jemput lo ya,"

"Akhirnya punya supir baru, walau sementara."

"ketemu gua, bibir lu jontor nanti,"

"awww, kasar sekali mas,"

"yaudah udah dulu ya,"

Aku belum sempat menjawab 'iya' panggilan masuk itu langsung dimatikan.

Handphone ku berdering lagi, mungkin dia merasa bersalah karna telah mematikannya duluan.

"Ka Nata"

Oh ternyata dugaanku salah kali ini adalah Ka Nata yang menelepon ku, ada urusan apa ya dia?

"halo ka?,"

"haii syanin, apa kabar?,"

entah kenapa ia menjijikan seperti ini, "kenapa jadi sok imut gini?," Tanyaku.

"Gapapa hehe, besok berangkat bareng yuk?,"

"hmmmmm besok udah ada yang nganter," jawabku

"siapa? bokap?,"

"bukan, temen"

"oh yaudah,"

Apa-apaan ini, dia langsung mematikan panggilan masuknya, seenak jidat, aku tak suka itu.

***

Baiklah, hari ini aku harus berjalan seperti biasa, rasanya aku malas sekali datang ke sekolah, bukan, bukan lingkungan sekolah yang membuatku malas kesana, tapi aku harus mendengarkan ocehan guru, belajar, sungguh membosankan.

"Mah, kok makannya roti mulu sih, aku kangen nasi goreng mama,"

"Udah makan aja yang ada, gaboleh gitu," Jawab mamahku.

Ga asik, sudah beberapa hari ini menu sarapan pagiku selalu dengan roti, tapi setidaknya aku harus banyak bersyukur, karna mungkin ada diluar sana yang ingin sepertiku sekarang.

Tiba-tiba Adnan keluar dari kamar mandi, mengingat kamar mandi dari ruang makan sangatlah dekat, jadi aku bisa melihatnya ketika sedang menyantap roti, entah sejak kapan ia sudah disini.

Kepada  ; Yang Tak Pernah MungkinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang