XV. Mata di Dinding dan Darah di Ranjang

2.5K 93 5
                                    

Jangan tutup jendelanya

Biar, biar saja hujan menusuk tubir

Biar ada senandung yang menemani percintaan kita

Bergelora dan panas

Dan--

Waktu merangkak naik

Kita selalu lupa pada mata yang menancap erat di dinding

Mata yang menyala-nyala

Terbakar dan menghanguskan segala

Cintamu, tubuhmu--juga aku

Tak ada sisa

Selain ingatan samar tentang dirimu yang memutus telinga dan menghanyutkannya ke samudera

Kemudian sisa darahmu kau semai di ranjang tempat persanggamaan terakhir kita

Antologi Puisi: Perempuan-Perempuan Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang