I. Dari Revana untuk Sita

1.4K 56 4
                                    


Kepada Sita;

Barangkali aku memang buruk rupa, tetapi kesepuluh wajahku ialah bukti aku berwawasan Weda dan sastra. Tangan yang menumpuk ini pula adalah bentuk tak keterbatasanku dalam mencapai keinginan. Aku menguasai tiga dunia dan pemilik kuasa tiada hingga melebihi dewa-dewi di Kahyangan sana. Tapi cuma engkau saja, Sita, cuma engkau yang kuinginkan saat ini: cinta kasihmu.

Telah kumiliki segala apa yang kuingin, barangkali juga engkau--meski harus kubodohi dulu Sri Rama itu, meski harus kuhabisi dulu Jatayu tua itu. Hanya cintamu saja yang tidak kupunya.

Duh, Gusti, sudah kukorbankan saudara-saudaraku, anak-anakku, cuma buat mempertahankanmu.

Aku cinta kamu, Sita! Cinta sekali. Banyak sekali.

Alengka hancur lebur--begitu pula aku. Jangan tanya bagaimana wajahku ketika ajal menjemput, engkau takkan sanggup membayangkannya. Cintaku yang sebegini besar dan dahsyatnya musti dibayar dengan ketiadaan--keleburan! Beginikah akhir dari Rahvayana?

Ah.

Aku mafhum. Semoga Sri Rama senantiasa mencintaimu. Tolong beritahu dia:

Engkau masih suci karena aku yang iblis ini terlalu cinta untuk mengotori kemurnianmu.

.

.

31 Mei 2015

3:06 AM

Antologi Puisi: Perempuan-Perempuan Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang