Aku selalu bertanya-tanya sedang apakah kau di sana, apakah masih menunggu bulan runtuh ke matamu ataukah justru kau sudah menyerah dan pulang menghadap matahari.
Aku hanya ingin tahu meski aku tak berhak tahu.
Barangkali demikian kau suruh aku buat menunggu dua tahun lalu. Apa yang bisa aku tunggu kalau kau saja lenyap bak debu ditiup angin. Lantas tiba-tiba kau datang dengan segenggam surat undangan.
Aku bisa apa selain menangis?
Sepatutnya kau tahu aku cuma jatuh cinta padamu.
(30 Okt 16)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi: Perempuan-Perempuan Patah Hati
PoésiePerempuan-perempuan patah hati adalah mereka yang mengunyah luka dengan secangkir airmata. Perempuan-perempuan patah hati adalah aku, juga engkau. (c) Aksaralisa 30 Januari 2016